Siang ini diadakan acara pembukaan kelas bicara gratis. APKS PGRI membuka kembali kelas bicara gelombang 5. Acara dimulai pukul 13.00 wib. Anda bisa nonton siaran ulangnya.
Dokpri
Silahkan klik link di bawah ini
Pembukaan acara kelas bicara gelombang 5 dilaksanakan melalui aplikasi zoom. Saya diminta memberikan sambutan. Saya memberikan sambutan dalam perjalanan menuju Bandung.
Dokpri
Kegiatan public speaking for teacher akan dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 19.30 WIB melalui aplikasi zoom.
Ayo daftarkan diri anda untuk mengikuti kegiatannya di wa 08159155515 dengan menuliskan nama lengkap dan asal sekolah.
Jangan lupa like and subscribe rekaman siaran ulangnya dan bantu bagikan kepada kawan lainnya.
Dari ke-18 blogger di atas, akan omjay japri yang akan menjadi pemenangnya. Bila tidak dijapri, berarti anda belum beruntung mendapatkan hadiah buku.
Berikut ini adalah pertanyaan Omjay di WAG.
Bisakah anda menulis di blog dari foto di atas? Ada hadiah kejutan buat anda yg bisa menuliskannya.
Kubeli teh pucuk di pedagang kaki lima. Tampak orang di depanku membeli minuman dingin. Ingin rasanya aku ingin membelinya. Tapi…apakah uangku cukup? Lelaki tua itu kayaknya pedagang grobaknya.
Michiko Denim ada di depan mataku. Siapakah engkau gerangan? Aqu adalah jiwa yang senantiasa berpacu dengan waktu….yang keringat mengucur siang malam…demi berkah & halal. Sosok lelaki tua duduk termenung disamping gerobak minuman yang terparkir ditrotoar jalan.
Pak Mamad duduk melepas lelah ditengah terik mentari Ibu Kota. Dia memandangi gerobak dagangannya yang hari ini sepi pembeli. Beliau berharap kepada Tuhan akan Rizki yang bisa dibawa pulang. Sekedar untuk menghidupi istri dan anaknya.
Lihatlah salah satu anaknya mengidap kelumpuhan sejak 10 tahun silam. Ah betapa berat nian beban beliau. Namun pak Mamat tak pernah lelah ihtiar dan tak jua ada keluhan kepada Tuhan, Dalam pengharapan dan renungannya kepada Tuhan, seorang pemuda tanggung menghampiri dan bertanya , “pak air mineral satu berapa pak ?”
“Lima ribu saja,” kata pak Mamad.
Seulas senyum mengulum di bibir pak Mamad saat memberikan air mineral yang diminta. Sebuah senyum paksaan. Ada kegetiran di balik senyum itu.
Pemuda tanggung itu menerima air yang disodorkan. Tak tampak niat anak muda itu menawar. Mungkin dia punya firasat kalau pak Mamad sedang menghadapi beban hidup yang berat.
Segala minuman dan makanan itu sangat menggiurkan apa lagi disaat cuaca panas untuk melepaskan dahaga. Jika cuaca dingin enak sekali makan Indomie siap saji. Namun itu semua lebih baik makan dan minum olahan kita sendiri, hal ini untuk menjaga kesehatan kita dari zat-zat kimia atau pengawet.
Pak Denim namanya sosok lelaki tua dengan gerobak dorong berjajakan berbagai jenis minuman. Panas…terik dengan peluh di sekujur tubuh tak dihiraukan demi dapat membeli sekilo beras, ikan tempe, dan minyak goreng. Entah masih cukuplah jika anak meminta uang jajan. Trotoar panas, terik matahari dan asap kendaraan menjadi sahabat sejati yang menemani hari-harinya.
Hari demi hari dijalaninya tanpa mengeluh dari takdir yang ditetapkan. Uban putihnya menjadi saksi kegigihannya sebagai pejuang receh. Salah satu motivasinya adalah istri dan anak-anaknya. Keluarga yang menantikan lembaran ribuan yang terjejer tidak rapi. Iya…keluargalah satu-satunya yang membuat bibirnya tersenyum dengan ikhlas. Sungguh perjuangan seorang bapak yang pantang menyerah.
Gerobak ini adalah nafas kehidupanku, ketika ekonomiku terhimpit tetap menemaniku rasanya banyak yang harus aku syukuri hingga membuatku tetap bersemangat.Satu atau dua orang datang berminat membeli daganganku rupanya itu rezekiku yang tak terduga bahkan tak seorangpun yang beli mungkin itu juga rezekiku yang tertunda. Tidak mengapa tetap semangat mengais rezeki rupanya jawaban atas semua penantianku.
Lelaki tua berkaos merah itu bernama Pak Jenggot. Sehari-hari tak kenal lelah mengais rezeki demi anak istrinya. Dengan gerobak kesayangannya ia menjajakan dagangannya keliling kota melewati gang demi gang. Tak jarang ada beberapa orang yang curang saat membeli dagangannya. Namun Pak Jenggot hanya tersenyum melihat tingkah pembeli yang bermacam-macam itu.