Hujan pagi ini masih saja seperti kemarin. Saya berangkat ke sekolah dengan penuh harap-harap cemas. Takut di jalan terjebak banjir lagi seperti kemarin. Nampaknya kota Jakarta belakangan hari ini belum cukup ramah dan bersahabat. Hujan mengguyur kota seakan-akan Jakarta adalah daerah resapan air yang sanggup menampung cucuran air dari langit. Jakarta….oh ….Jakarta. Seharusnya sebagai ibu kota negara Jakarta tertata dengan rapih. Dimana saluran air dan tempat-tempat penampungan air seperti danau bekerja cukup baik. Sudah banyak ahli berpikir keras agar Jakarta tak terkena banjir. Sudah banyak proyek digulirkan agar Jakarta aman dari banjir. Tapi apa mau dikata, Jakarta adalah kota yang benar-benar kompleks masalahnya.
Jakarta bukan kota yang berdiri sendiri. Dia juga punya tetangga seperti kota Bekasi Tangerang, Bogor, dan Depok. Belum lagi, kota Jakarta yang berada di pinggir laut tentu akan berpengaruh dengan naik pasangnya air laut. Belum ditambah lagi cekungan-cekungan daratannya yang tidak merata. Ada yang tinggi, dan ada yang rendah. Siapapun yang memimpin kota Jakarta pasti pusing tujuh keliling. Perlu seorang Gubernur yang tegas dan berani mengambil kebijakan. Contohnya seperti Busway. Dulu, Busway banyak ditentang, tapi karena ketegasan Gubernurnya, proyek Busway berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat dari kalangan masyarakat. Rasanya enak keliling kota Jakarta dengan Busway. Murah lagi! Cuma Rp. 3500,-.
Jakarta oh Jakarta. Kota tua yang tak pernah berhenti dari hiruk pikuk kepadatan manusia. Mencari nafkah dari gemerlapnya kota Jakarta. Beragam suku ada di sini. Beragam keinginan menumpuk jadi satu. Harus ada pejabat dan aparat yang profesional menangani kota Jakarta. Sayangnya, belum semua pejabat dan aparat profesional. Masih terlihat kekurangan di sana-sini. Jakarta memerlukan SDM unggul yang mampu memikul beban berat yang disandangnya.
Jakarta oh Jakarta. Saya tatap wajah murid saya satu persatu hari ini. Ada lima orang yang tak bisa hadir karena terhadang banjir. Alasan yang setiap tahun rutin menjadi hari-hari saya menjadi guru. Akankah banjir Jakarta teratasi? Jawabannya hanya kita yang tahu. Jakarta bukan milik satu orang. Jakarta adalah milik kita bersama. Kalau bukan kita yang membenahi dari sekarang lalu siapa lagi?
Jakarta, oh Jakarta. Jam istirahat siang saya baca koran. Gelombang besar menjebol tanggul di Muara Angke, Jakarta Utara. Terlihat jelas keletihan di wajah para aparat yang menanganinya. Sangat profesional menangani masalah banjir. Jakarta perlu orang-orang seperti ini. Bekerja dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih. Saya salut dengan pak Gubernur Fauzi Bowo yang cepat tanggap dengan keadaan rakyatnya. Inilah bukti dari janji waktu kampanye. Melayani rakyat dengan sepenuh hati.
Jakarta, oh Jakarta. Semoga di tahun ini akan banyak pejabat dan aparat di Jakarta yang bekerja dengan penuh amanah melayani masyarakat. Tersenyum dan bersikap ramah ketika melayani. Sehingga tidak terdengar lagi celoteh miring dan nyinyir, ”duit lagi…duit lagi”.
Wijaya Kusumah, Pendidik
Guru SMP Labschool Jakarta