Pagi ini, hari Senen, tanggal 4 Januari 2016, saya mendapatkan sebuah buku dari petugas Tata Usaha sekolah. Judul Bukunya “Arief Rachman Guru“. Sebuah buku yang dituliskan berdasarkan catatan Ukim Komarudin.
Saya tahu sosok pak Arief Rachman. Beliau adalah penasehat kami di Labschool. Umurnya sudah lebih dari 70 tahun. Tapi kalau melihat semangatnya, orang muda pasti kalah. Beliau selalu bersemangat dan senantiasa menyemangati. Terkadang kami yang muda menjadi malu, karena pak Arief Rachman sangat pandai beretorika dan memainkan kata. Kemampuan ini terus terang belum saya miliki. Apa yang beliau ucapkan seringkali membuat saya akhirnya menulis, karena khawatir saya lupa akan pesan-pesannya. Retorika bicaranya lancar dan lama bersemayam di alam pikiran.
Rupanya dalam hal membuat catatan harian, saya kalah gesit dengan penulis buku ini. Saya kenal betul pak Ukim Komarudin yang merupakan guru saya dalam menulis. Beliau guru bahasa Indonesia yang kemudian dipercaya menjadi kepala sekolah di SMP Labschool Kebayoran Jakarta Selatan.
Kalau melihat buku Arief Rachman guru, sebenarnya tak ada hal yang istimewa. Tapi kalimat-kalimat yang dituliskan pak Ukim Komarudin membuat mata ini tersihir untuk terus melumatnya sampai habis. Meskipun sebagian isinya juga sudah saya tuliskan di berbagai blog yang saya kelola.
Iman, ilmu, dan Amal adalah 3 hal yang sering dikampanyekan di rumah kedua kami. Dengan iman, seseorang bisa memilah baik buruk dari semua pilihannya, selaras dengan agama yang dianutnya. Dengan ilmu, seseorang mampu membedakan apa yang benar, dan apa yang salah, sehingga keputusannya dalam hidup semakin bermakna. Dengan amal, seseorang mampu mengenal kekuatannya, untuk menjadi manusia yang berharkat dan bermartabat.
Membaca buku Arief Rachman guru, membuat mereka yang berprofesi guru akan berusaha kehadirannya menginspirasi, dan menggerakkan peserta didiknya. Persis seperti apa yang dilakukan pak Arief Rachman yang kini telah menjadi guru besar emeritus di Fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Jakarta.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan, tetapi menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Itulah sedikit pesan pak Anies Baswedan dalam buku ini. Beliau sangat terkesan dengan sosok pak Arief Rachman yang mampu menginspirasi dan menggerakan.
Salam Persahabatan
Omjay
One thought on “Mengupas Buku Arief Rachman Guru”