



Wijaya Kusumah-Guru Blogger Indonesia
Menulislah Setiap Hari & Buktikan Apa yang Terjadi




Guru penggerak seharusnya mampu menjadi guru pendobrak. Bukan guru penurut yang mengikuti kebijakan penguasa yang kurang tepat. Guru harus mampu berpikir kritis dan berani menyampaikan pendapat yang benar.
Memang harus diakui. Tidak mudah menjadi guru pendobrak. Selalu saja ada rintangan, dan hambatan yang datang menghadang. Namun, keberanian dan kepekaan terhadap dinamika yang terjadi membuatnya terus bergerak, tergerak, dan akhirnya menggerakkan.
Hadirnya program pendidikan guru penggerak di era mendikbudristek Nadiem Makarim semestinya tidak membuat diskriminatif terhadap guru. Seolah guru terbagi menjadi dua yaitu guru penggerak dan bukan guru penggerak. Mereka yang tidak beruntung harus pasrah menerima kebijakan yang kurang tepat dari Kemdikbudristek.
Perlu kita sadari peran guru sangat penting. Oleh karena itu diperlukan guru-guru berkualitas. Namun yang bisa menikmati peningkatan kualitas pendidikan hanya guru-guru terpilih saja. Sedangkan guru lainnya hanya pasrah menerima keadaan dengan jenjang karier yang mentok sebagai seorang guru. Mereka dibungkam dengan kebijakan dan diminta menuruti kehendak penguasa.
Pengangkatan calon kepala sekolah dan pengawas sekolah di sekolah negeri seharusnya tak mutlak dari jalur guru penggerak. Sebab sejatinya semua guru memiliki kesempatan untuk peningkatan karier yang sama sesuai kompetensinya.
Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada semua guru baik guru penggerak maupun non guru penggerak Kemdikbudristek untuk mengikuti seleksi calon kepala sekolah dan dan pengawas sekolah dengan penelusuran rekam jejak secara komprehensif selama bertugas. Hal ini telah banyak dilakukan sekolah swasta sehingga mereka mampu melahirkan kepala sekolah inspiratif, dan membawa sekolahnya unggul di masyarakat.
Diskriminasi karier guru yang dituliskan oleh catur Nurochman Oktavian bendahara pengurus besar PGRI, wakil ketua dewan eksekutif APKS PGRI, dan kepala SMPN 3 Tenjo kabupaten Bogor di harian kompas edisi 27 Januari 2024 perlu menjadi catatan penting Kemdikbudristek.
Idealnya semua guru adalah guru penggerak tanpa dilabeli sebuah program pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Seharusnya semua guru mendapatkan kesempatan yang sama untuk peningkatan profesionalisme guru. Guru perlu seperti tentara yang jelas kenaikan pangkatnya dari kopral hingga jenderal.
Sampai saat ini belum kita dapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lulusan program guru penggerak Kemdikbudristek lebih baik dari guru yang tidak mengikuti program pendidikan guru penggerak.
Jadi seharusnya semua guru diberikan kesempatan untuk peningkatan karier dirinya menjadi kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Bukan hanya guru yang mengikuti program pendidikan guru penggerak saja. Sejatinya semua guru adalah guru penggerak.
Omjay sendiri sudah mengikuti program pendidikan guru penggerak selama 6 bulan dan lulus di angkatan 7. Berdasarkan hasil pengamatan Omjay, tidak semua lulusan guru penggerak mampu menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah. Mungkin ini sifatnya masih subyektif dan perlu dilakukan penelitian tindak lanjut.
Kebanyakan lulusan guru penggerak menjadi guru penurut dan kurang mengkritisi kebijakan Kemdikbudristek yang kurang tepat. Bahkan cenderung menjadi corong yang mendukung kebijakan penguasa. Mereka juga sudah berubah dari seorang pendidik menjadi pemburu sertifikat demi kenaikan pangkat. Mereka bahkan bangga telah terjajah aplikasi PMM. Tirani aplikasi membuat guru asyik di depan komputer, dan justru menjauh dari siswanya.
Omjay bersyukur kepada Allah SWT telah diberikan kesempatan mengikuti program pendidikan guru penggerak. Masih banyak yang harus diperbaiki dari program pendidikan guru penggerak. Modul-modul di LMS Kemdikbudristek harus direvisi dan disempurnakan sehingga menghasilkan guru penggerak yang berani menjadi guru pendobrak. Guru mampu memimpin pembelajaran yang mengundang selera siswa untuk belajar secara mandiri dan kelompok.
Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang guru penggerak yang seharusnya menjadi pendobrak dan berani mengkritisi kebijakan Kemdikbudristek yang kurang tepat. Guru harus berani menyampaikan secara lisan dan tulisan. Tentu saja dengan data dan fakta yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara akademik.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Guru Penggerak Seharusnya Mampu Menjadi Guru Pendobrak”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/65fb41d3de948f4895240574/guru-penggerak-seharusnya-mampu-menjadi-guru-pendobrak
Kreator: Wijaya Kusumah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan. Itulah pesan penting yang ingin Omjay sampaikan kepada pembaca Kompasiana tercinta. Pesan ini juga untuk Omjay sendiri agar memperbanyak membaca Al-Qur’an setiap hari.
Basahi lisan kita dengan banyak membaca kitab suci Al-Qur’an. Pelajari isinya lalu amalkan, dan jalankan dalam kegiatan atau kehidupan sehari-hari. Jadikan Al-Qur’an sebagai panduan hidup manusia di dunia.
Memang tidak mudah menjadi manusia yang baik dan bertakwa kepada Allah SWT. Dalam kisah Omjay kali ini, Omjay ingin mengajak pembaca untuk refleksi sejenak untuk apa kita hidup di dunia ini.
Kita hidup di dunia semata-mata hanya untuk mengabdi atau menyembah kepada Allah SWT. Hidup dan mati kita pasrahkan kepada penguasa langit dan bumi serta seisinya.
Makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Akan ada hidup sesudah mati. Oleh karena itu persiapkan diri kita jugadari sekarang untuk menghadapi kematian. Cepat atau lambat kita akan menghadapinya.
Perbanyaklah membaca kitab suci Al-Qur’an. Malam ini Omjay diingatkan oleh istri tercinta untuk membaca Al-Qur’an. Alhamdulillah Omjay sudah sampai juz 8. One day one juz. Sehari satu juz sudah cukup. Lebih boleh saja. Tergantung kekuatan kita masing-masing.
Beribadah itu harus ada ilmunya, karena itu kita berguru kepada pakarnya. Supaya kita mendapatkan ajaran agama Islam yang baik dan benar sesuai dengan apa yang telah dicontohkan nabi Muhammad Saw.

Terus mengaji dan belajar sepanjang hayat. Jangan pernah berhenti untuk belajar. Teruslah perbaiki bacaan Al-Qur’an kita. Semakin menua seharusnya semakin bagus bacaannya. Berkumpul Lah dengan orang-orang Sholeh agar kita menjadi Sholeh.
Jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an yang belum baik dan benar sesuai dengan Tartil. Ikuti petunjuk dari para ustadz dan ustadzah agar kita dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan menikmatinya dengan sepenuh hati.
Terkadang kita baru menyadari belajar membaca Al-Qur’an setelah dewasa. Padahal seharusnya dimulai ketika kita masih kanak-kanak hingga dewasa.
Kita lupa bahwa Al-Qur’an adalah panduan hidup manusia. Sudah seharusnya kita sering membaca isinya dan kemudian melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Tak ada kata terlambat dalam belajar. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Cari waktu yang tepat untuk kita belajar Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang sudah dibaca supaya kita sebagai muslim tidak tersesat jalan.
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an. Supaya kita sampai kepada tujuan. Ingatlah selalu bahwa tujuan kita hidup di dunia hanya untuk menyembah Allah SWT. Tiada Tuhan selain Allah. Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah SWT.
Pelajari Al-Qur’an dan Al hadist. Amalkan semua isinya agar kita menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Kita menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan Allah SWT.
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an. Jadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk bisa khatam Al-Qur’an. Amalkan apa yang sudah dibaca dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita mampu menjadi hamba Allah SWT yang pandai bersyukur.
Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang kegiatan Omjay memperbanyak membaca Al-Qur’an. Semoga target sehari satu juz dapat terwujud. Kita akan menuju hari kemenangan dengan penuh kebahagiaan.
Salam blogger persahabatan
Omjay

Capres dan cawapres 01 menang di TPS 75 dan lainnya. Tapi kalah di perhitungkan quick count. Kenapa ya? Omjay coba jelaskan dari sudut pandang seorang anggota KPPS yang bertugas di TPS 75 RW 10 kompleks TNI AL Jatibening indah pondok gede Bekasi.
Salam dan bahagia sahabat kompasiana. Tahun ini Omjay bertugas menjadi ketua KPPS TPS 75 di RW 10 kompleks TNI AL Jatibening indah pondok gede Bekasi. Omjay sangat senang dapat membantu pelaksanaan pemilu dengan jujur dan adil.

Omjay didampingi 6 orang petugas KPPS lainnya dan 2 orang linmas atau petugas keamanan di TPS 75 RW 10 kompleks TNI AL Jatibening indah pondok gede Bekasi. Selain itu ada seorang petugas dari badan pengawas pemilu atau Bawaslu. Juga ada para saksi dari Paslon 01, dan 02, serta 03. Juga saksi dari para partai politik. Jadi sangat sulit terjadi kecurangan di setiap TPS. Sebab banyak mata yang ikut menyaksikannya .

Omjay sudah serahkan semua dokumennya ke koordinator KPPS di kelurahan Jatibening kota Bekasi Jawa Barat. Omjay juga sudah cek hasil perhitungan suara sampai hari ini di website KPU pusat.
Silahkan klik link di bawah ini!
https://pemilu2024.kpu.go.id/pilpres/hitung-suara/32/3275/327508/3275081002/3275081002075
Hasilnya masih dalam proses perhitungan suara KPU pusat secara manual. Omjay dan kawan-kawan masih harus sabar menunggu kotak suara diantar ke kecamatan. Semoga tepat pada waktunya.

Jadi kawan-kawan sekarang monitor hasilnya di website KPU. Kalau tidak sama dengan hasil perhitungan di setiap TPS, kawan-kawan wajib melaporkan ke Bawaslu atau tim pemenangan nasional atau TPN dari masing-masing Paslon. Jangan sampai kawan-kawan termakan berita bohong atau hoaks yang tidak jelas sumbernya. Hal ini penting supaya kita paham tentang literasi digital.
Di TPS 75 tempat Omjay bertugas, pasangan 01 Anies Baswedan unggul dibandingkan capres lainnya. Semua saksi dan Bawaslu juga ikut menyaksikannya. Kawan-kawan harus mengawal suara sah dari para pemilih.
Selagi upload foto hasil perhitungan suara ke aplikasi sirekap, belum semua data hasil perhitungan suara diupload ke internet. Sebab sinyal tiba-tiba hilang dan ada gangguan internet. Setiap TPS ada 2 orang operator yang bertugas. Namun belum bisa dilakukan karena ada gangguan internet.
Jadi kita tunggu hasil perhitungan suara secara manual. Hati-hati dengan berita bohong atau hoaks. Setiap hasil perhitungan suara itu wajib disaksikan Bawaslu dan para saksi dari parpol dan Paslon presiden dan wakil presiden.
Kalau di dalam TPS tidak mungkin ada kecurangan. Sebab banyak saksi yang melihatnya secara terbuka. Setelah perhitungan suara, maka semua dokumen diserahkan ke kelurahan dan kemudian dibawa ke kecamatan. Para saksi diminta untuk memotret hasil suara dan membawa dokumen dalam bentuk salinan PDF.
Proses politik ini memang harus diawasi oleh kita semua. Kawal semua hasil perhitungan dari mulai kecamatan sampai ke kota dan kabupaten hingga provinsi. Kita cek hasil perhitungan suara pemilihan presiden. Juga perhitungan suara untuk DPD dan DPR serta DPRD provinsi dan kota. Kalau tidak salah ingat semuanya ada 5 lembar suara pemilih.
Aplikasi sirekap KPU belum bisa dijadikan bukti utama untuk perhitungan suara, sebab aplikasi tersebut tidak bisa bekerja secara maksimal di saat upload data karena pengaruh sinyal. Jadi Omjay lihat di media sosial belum bisa jadi dokumen resmi.
Omjay berharap semua orang yang ikut pemilihan umum untuk sabar menunggu dan terus mengawasi sampai perhitungan KPU pusat. Kalau ada kecurangan pasti akan ada orang baik yang akan melaporkan bila terjadi kesalahan pemasukan data.
Kita warga negara Indonesia harus bekerja keras, dan bekerja cerdas serta bergotong royong agar tidak terjadi kecurangan ketika data manual dimasukan ke dalam data digital. Ini yang rawan dan harus terus dikawal. Sebab operator data juga manusia biasa. Bisa jadi ada kesalahan pemasukan data. Misalnya data angka 086 bisa dimasukkan menjadi 886.
Hasil perhitungan suara di setiap TPS sudah disimpan oleh para saksi dan petugas Bawaslu di setiap TPS. Oleh karena itu kawan-kawan harus bantu mereka dalam proses perhitungan secara manual. Terus dikawal sampai proses input secara digital.
Server KPU sementara ini masih aman dan belum ada orang jahat yang mencoba membobolnya. Petugas KPU di bidang TIK pasti akan menjaga server dengan baik. Mereka bekerja secara profesional.
Perhitungan suara memang dilakukan secara manual. Kemudian dimasukkan ke komputer untuk dijadikan data digital. Namun prosesnya tetap menggunakan komputer untuk memudahkan pekerjaan manusia. Kita perlu operator yang bekerja dengan hati dan jujur sesuai dengan sumpah ketika dilantik.
Kalau bapak ibu saudara saudari menemukan kecurangan dari perhitungan suara di setiap TPS, maka segera laporkan ke petugas Bawaslu dan tim pemenangan nasional masing-masing calon presiden dan wakil presiden. Juga para saksi dari parpol masing-masing.
Omjay sendiri masih belum percaya dengan hasil quick count atau hitung cepat. Penduduk Indonesia juga sangat beragam. Sebab Indonesia ini sangat luas dan perlu waktu selama sebulan untuk mendapatkan hasil perhitungan suara secara resmi dari KPU pusat yang ada di Jakarta.
Sekarang ini eranya sangat terbuka. Perhitungan suara di mulai dari setiap TPS. Kalau banyak saksi yang mengawal suara sampai ke provinsi, maka akan ketahuan siapa yang jujur dan curang. Kita Tidak boleh menuduh tanpa ada bukti. Kalau ada bukti secara laporkan dan jangan menjadi pahlawan kesiangan.
Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang pengalaman Omjay menjadi ketua KPPS di TPS 75 RW 10 kompleks TNI AL Jatibening indah, Pondok Gede, kota Bekasi Jawa Barat. Ayo kita kawal terus hasil perhitungan suara dari mulai TPS sampai ke website KPU. Semoga pemilihan umum tahun 2024 ini dapat dilaksanakan secara jujur dan adil. Pemilu damai benar-benar terjadi. Indonesia semakin menjadi negara yang rukun serta gemah lipah loh jinawi.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Capres-cawapres 01 Menang di TPS 75 tapi Kalah di Quick Count Kenapa Ya?”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/65cf049ade948f2376620c32/capres-cawapres-01-menang-di-tps-75-tapi-kalah-di-quick-count-kenapa-ya
Kreator: Wijaya Kusumah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com