Apa Kabar Guru Pengggerak?

Apa kabar guru penggerak? Beberapa Kepala Sekolah memberikan komentar dari tulisan Omjay yang berjudul bubarkan saja program guru penggerak di WA Group Kepala sekolah Nusantara. Isinya sebagai berikut:

“Bubarkan Saja Program Guru Penggerak!” Halaman all – Kompasiana.com

  • Maaf ya omJay saya berharap dari guru penggerak dapat membawa perubahan tapi sampai saat ini yang kami dapatkan guru penggerak sering meninggalkan kelas dan tidak membawa perubahan di sekolah dan cara mengajarnya pun sama dengan sebelum-sebelumnya mungkin ini bisa menjadi pembelajaran.
  • Memang bagus program guru penggerak kita berharap dengan harapan yang sangat besar bisa membawa perubahan pendidikan kearah yang lebih baik, maafkan bila ada kata yang kurang berkenan. Di prakteknya sih bagus, tapi realita di siswa nol besaaar.
  • Iya memang teori bagus, tapi kenyataan pintere cuma buat gurunya saja, kenyataan terhadap siswa belum ada malah justru siswa ditinggal oleh kesibukan gurunya saja terus.
  • Kalau dilihat guru penggerak fokus ke guru saja. Tujuannya ya itu, cuma buat guru saja dan untuk siswa gak ada. ngajar awal beda tapi seterusnya tetep seperti dulu.
  • Guru penggerak digembleng cuma 9 bulan, belum cukup untuk menjadi pemimpin pembelajaran, yang diperoleh hanya gelar sertifikat guru penggerak dan diiming imingi jadi kepsek dan pengawas, makanya selama proses belajar bukan fokus jadi penggerak tapi iming-iming jabatan, ini riil di daerah, sebab hasil perubahan dirinya sebagai guru penggerak belum terlihat nyata, apalagi menggerakkan rekan-rekan untuk jadi pemimpin pembelajaran, bukan kuantitas dari lulusan guru penggerak tapi kualitas yang diharapkan, dana banyak keluar tapi apakah seimbang dengan kualitas bagi perubahan peningkatan pendidikan di Indonesia? Mari kita renungkan! Dulu guru guru berprestasi layak diangkat jadi kepsek, kepsek berprestasi layak jadi pengawas, ini proses puluhan tahun, tapi apakah yang hanya 9 bulan bisa?
  • Bapak/Ibu, jangankan guru penggerak yang notabene masih butuh dukungan dari pengelola sekolah, yang sekolah penggerak saja yang notabene di sokong penuh dengan pembiayaan yang lebih dari sekolah lain, bukan saja untuk gurunya, tapi juga untuk program dan sarpras nya ya sama juga… Ada beberapa yang tidak signifikan perubahannya. Kenapa saya katakan demikian di Jawa Barat ada kegiatan Atraksi. Ajang tampil kreatif sekolah penggerak. Itu gak semua sp mengirim wakilnya. Artinya yg ga ngirim ini mereka ngapain aja? Masa ga ada program yang unik yang bisa ditampilkan.
  • Di daerah kami juga guru penggerak banyaklah acara diluar wilayah kecamatan, kelas ditinggalkan apo karena masih baru dibutuhkan guru pamong oleh calon guru penggerak, kalau aku sudah kadaluwarsa untuk guru penggerak dan dak sanggup untuk guru pengajar praktek.
  • Kalau GP masih mungkin tidak berdaya, karena bisa jadi mereka tidak punya power di sekolahnya untuk mengoalkan program-program perubahannya. GP yang berdaya itu biasanya yang sudah jadi pengelola sekolah.
  • Sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya.. Dan segemuk-gemuknya ikan pasti ada duri/cucuknya…tinggal kita mau fokus ke durinya atau ke dagingnya
  • Tidak semua guru penggerak yang di beri label seperti di atas.
  • Ini bukan masalah cara pandang, tapi ini program yang disusun oleh pakar, jadi mestinya ada evaluasi agar PGP bisa berjalan efektif, efisien, dan optimal, harus ada pengawasan terhadap lulusannya, signifikan ga dengan peningkatan mutu pendidikan, guru dan siswanya.
  • Semoga bisa menjadi evaluasi bagi pemerintah karena dana yg dikeluarkan sangat besar sedangkan hasil yang didapat TDK sesuai kita mendukung program pemerintah yang sangat bagus memang benar seharusnya ada pengawasan biar bisa menjadi evaluasi.
  • Barangkali suatu saat yang ada di group ini bisa sharing dengan mas menteri akan menjadi lebih baik dan menyuarakan suara hati kita selaku kepala sekolah.
  • Semua program pasti ada baik dan tidak tinggal dilihat mana yang dominan. Sekarang apa ada nilai tambah bagi dunia pendidikan, setelah ada guru penggerak.
  • Maaf bukan bermaksud pamer tapi ini nyata, SDN 1 jatimulya tidak punya guru penggerak bisa dapat nilai A = 94 akreditasi 2023 November, ini atas kerjasama guru siswa kepsek komite, yang bisa membuktikan ke asesor.
  • Mudah mudahan yang teman-teman sampaikan didengar juga oleh para petinggi khususnya di kementrian….tetap semangat…..Kepala sekolah hebatttt……
  • Sesuai statement ini, Guru Penggerak tidak melakukan perubahan disekolah terkadang karena tidak ada dukungan dari sekolah itu sendiri entah itu dari atasan dsb nya.
  • Gimana mau bergerak coba? Dan tidak semua Guru Penggerak selalu meninggalkan kewajiban di sekolah. Tetap profesional menjalankan kewajiban terlebih dahulu.
  • Benar… Ketika GP punya program, lalu tidak disetujui oleh pengelola sekolah, entah itu KS, Wakil KS atau yayasan dengan alasan dana misalnya. GP yang angkatan 1 itu gak dijanjikan jabatan. Mulai angkatan 4 atau 5 kan yang dijanjikan jabatan.  Artinya memang angkatan 1 dan angkatan2 awal menjadi GP dengan motivasi merubah diri menjadi lebih baik.
  • Nah, di tempat saya selama mengikuti program Guru Penggerak, murid tidak di terlantarkan, Guru Penggerak tetap menjalankan tugas mengajar.
  • Mengingat betapa strategisnya peran guru penggerak dalam memajukan pendidikan di Indonesia pada masa mendatang, tentunya kita berharap bahwa program ini dapat terlaksana hingga tuntas dan berkelanjutan. Jangan sampai program ini bersifat hangat-hangat tahi ayam, hanya menggebrak di awal saja tetapi kemudian melempem di tengah jalan. Tentunya, kekhawatiran tersebut sangat beralasan mengingat seringkali program peningkatan kompetensi guru terhenti begitu saja karena pergantian kekuasaan. Ganti menteri, ganti program, ganti kebijakan. Jika itu yang terjadi, maka sebagus apapun program peningkatan kualitas pendidikan kita tidak akan pernah membuahkan hasil yang signifikan.
  • Semoga nasibnya tdk spt guru inti dan guru pemandu di kurikulum sebelumnya.
  • Siapapun dan dimanapun kita berproses…..Mohon tetap menjadi guru yang luar biasa di hati anak-anak kita….dan yang paling penting adanya kita di sekolah menjadi guru yang selalu ditunggu kehadirannya oleh anak anak kita di sekolah.
  • Saya pernah berproses di PGP Angkatan 5 dan saat ini mendapat tugas sebagai kepala sekolah…tapi jujur saja jika harus memilih lebih baik saya jadi guru yang bisa secara langsung berinteraksi dengan anak-anak saya di sekolah…karena canda mereka sangatlah INDAH.

Demikianlah komentar bapak ibu kepala sekolah tentang kegiatan guru penggerak di sekolahnya masing-masing. Omjay hanya bisa bertanya, apa kabar guru penggerak?

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

8 thoughts on “Apa Kabar Guru Pengggerak?

  1. Yogi Yogaswara Indra Komara

    salam dan bahagia Guru Penggerak, saya pun merasakan hal yang sama sebagai guru penggerak saya mendapat tugas tambahan sebagai kepsek, saya rasa lebih enak dan nyaman menjadi guru yang bersentuhan langsung dengan siswa di kelas

  2. Fitriyah

    *Awal mendengar guru penggerak? Benar – benar tidak ada gambaran seperti apakah? Apalagi kepikiran untuk naik jabatan, apalah aku yang cuma honorer, yang mengajar sekolah swasta yang kembang kempis nasibnya. *Alasan mengikutinya adalah setelah lulus s2, saya berpikir apalagi yang dapat saya lakukan? Apa yang dapat saya kembangkan?, menunggu PPG pun belum dapat panggilan, dampak corona pun terasa sekali sampai difinansial saya sebagai honorer yang honorpun harus tertahan beberapa bulan. akhirnya saya ikut PGP tanpa tahu isi dan goalnya seperti apa? untuk mengisi kekosongan selama pandemi * Setelah join, menurut saya ini program sangat bagus isinya, saya selalu mengajak kawan – kawan untuk join, akan tetapi tidak satupun yang tertarik, sayapun mengerti alasan mereka. *Disekolah saya memang susah sekali untuk berkembang, saya pribadi dituntut untuk melakukan perubahan, sedangkan saya hanya bergerak sendiri ketika meminta dukungan selalu terhambat, bahkan pengajar praktik sayapun saat itu akhirnya memahami kondisi saya dan sekolah. Dari program ini saya bisa mendapat kan banyak ilmu dan pengalaman dari rekan guru SD, SMP dan SMK dengan temuan berbagai masalah, dan program – program yang ada disekolah masing – masing yang bisa menginspirasi saya, selain itu perubahan dari PGP saya pribadi, saya mengenal banyak hal seperti segitiga restitusi, pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosianal, Perubahan melalui BAGJA dan banyak lainnya yang tentunya dapat saya terapkan pada murid – murid saya ataupun rekan saya. Contohnya dari segitiga restitusi saya jadi paham bagaimana menghadapi murid yang melakukan kesalahan, dari pembelajaran sosial emosional saya dapat belajar mengalih kompetensi sosial emosional siswa. Percayalah banyak hal positif dari PGP ini, jadi tidak selamanya hasil tampak terlihat jelas dengan program – program besar, karena semua itu butuh support dan kerjasama dan butuh waktu tidak instan. perubahan – perubahan kecilpun saya yakin dapat dirasakan oleh GP dari segi kepribadian. Tapi saya melihat rekan – rekan GP saya sudah banyak melakukan perubahan – perubahan besar disekolah yang mendukung. Saya tetap memandang positif PGP ini untuk mencetak Guru – guru yang unggul selama tujuannya murni untuk pengembangan sekolah, bukan untuk mengejar jabatan..Salam Guru Penggerak, kami baik – baik saja dan akan terus tergerak, bergerak dan menggerakan.

  3. Adeyati Nurhayati

    Menurut saya, program GP, sangat berkualitas, dan untuk lulus CGP juga butuh proses yg nggak mudah….jika di daerah ada GP yg Hasil nya biasa biasa saja. Bisa jadi karna tidak ada dukungan dari kepala sekolah dan rekan lain. Sejati nya Aksi nyata dari para Guru Penggerak sangat mendukung untuk peningkatan kualitas mutu di sekolah…….

  4. S Suliharti

    Selamat , dan sukses Buat Om Jay… Menanggapi tentang tulisan mengenai guru penggerak ” Semua tulisan di atas dan tanggapan mengenai guru penggerak 95℅ benar dan nyata itu adanya, guru penggerang, guru muda ,pinter di gemleng hanya untuk dirinya bukan untuk siswanya
    Semakin dirinya di gemleng ” Ilmu padi yg makin berisi makin merunduk ” Sdh tidak penting lagi dan tak berguna, guru penggerak, guru muda malah membusungkan dada Tampa lagi punya etika, unggah / unguh kpd pimpinan setempat apalg kpd rekan2 guru di tempat tugasnya karena merasa dirinya sudah menjadi GP. Kecuali Om Jay…. GP yg bisa berbagi ilmu,menghargai teman sesama guru Pendengar setia, tidak egois, otoriter
    Demikian mohon maaf.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.