Kita mahfum bahwa perjalanan ini tak mudah.
Cepat atau lambat kita akan melintasi daerah yang berbatu, licin dan terjal.
Kita menyebutnya sebagai masa sulit.
Bagaimana cara anda mengatasinya menentukan apakah anda bisa terus melangkah di jalan keberhasilan atau tidak.
Rintangan tampak bagai wajah yang menakutkan, hanya bila anda memalingkan pandangan dari tujuan.
Tapi, bagaimana anda bisa sampai di ujung cakrawala bila terhenti di situ.
Bukankah seorang murid saja harus menempuh ujian agar bisa naik kelas.
Bahkan, agar bisa tetap berada dalam kelas pun ia harus menunaikan pekerjaan rumahnya setiap malam.
Kita mendapatkan intan yang terbaik dengan menggosoknya. Pedang yang tajam tercipta karena tempaan dan panas yang melelehkan.
Begitu pula, kesejatian kita takkan terujud bila tak diuji dengan kesulitan.
Kesulitanlah yang membawa anda naik ke tangga keberhasilan yang lebih tinggi.
Sedangkan, kemudahan melenakan anda untuk tetap berputar-putar di lantai bawah.
sumber: anonim
Beruang
Air sungai kecil itu terlihat tenang. Percik-percik air pun tak muncul dari
balik bebatuan. Jernihnya air, mengalun seperti bunyi-bunyi angin dari kejauhan.
Semilirnya yang terlihat menghembus, tak juga menerpa ujung-ujung rumput yang
menjuntai di sisi kiri dan kanan. Hanya sesekali tampak ada kelok air, saat arus
dari hulu menumbuk beberapa kerikil kecil. Setelah itu keadaan kembali hening.
Cuma nihilnya suara jengkerik saja yang membedakan hari itu bukan lagi tengah
malam.
Tiba-tiba ada kecipak air dari langkah kaki yang berat. Tampak seekor beruang,
yang terlihat seperti sedang mencari sarapan. Badan besarnya membungkuk,
tangannya mengapai-gapai mengoyak permukaan air. Beberapa ikan gabus kecil
berlarian menyelamatkan diri, menghindar dari empasan tangan si pemakan ikan
itu. Tapi sayang, ada satu ikan kecil yang kurang gesit. Siripnya tak lincah
menghindari bongkah batu. Hap, berpindahlah ikan kecil itu ke tangan si beruang.
“Tolong…pak beruang. Lepaskan aku.” Terdengar teriakan mohon ampun dari si
gabus. Tubuhnya meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari cengkeraman
kuku-kuku tajam. “Badanku masih kecil. Pasti kamu tak akan kenyang dengan
memakanku.” Beruang hitam itu tertegun mendengar ucapan dari sang ikan. Matanya
terlihat meneliti hasil tangkapannya. “Lepaskan saja aku. Kalau aku besar nanti,
kamu akan tetap bisa menangkapku. Dan pasti kamu akan lebih kenyang.” Lagi-lagi
suara si gabus.
Sesaat sang beruang itu terdiam. Hewan itu tampak sedang berpikir. Gerakan si
gabus pun mulai tenang. Dia tak lagi meronta-ronta. Alih-alih ketakutan, ikan
itu terlihat optimis dengan ucapannya. “Kamu benar.” Ada suara yang membalas
ucapan sang ikan. “Tapi aku tak pernah melepaskan tangkapanku, walaupun sekecil
apapun.” Segera saja, dimasukkanlah ikan kecil itu kedalam mulut beruang.
Beruang itu kembali berkata, “dan hari ini, kamu menjadi sarapan pagiku.”
***
Sebab barangkali, pintu kesempatan dan rezeki itu tak mengetuk dua kali.
***
2 thoughts on “KESULITAN MEMBAWA ANDA PADA KEBERHASILAN”