Google Lawan Guru Mungkinkah?

Era teknologi canggih sekarang ini telah menghantarkan para guru untuk juga melek ICT. Tak peduli ditertawakan atau dianggap seperti anak kecil yang mencoba-coba mainan baru. Guru harus tetap jadi pemimpin. Pemimpin di kelasnya sendiri. Dia harus jadi motivator, fasilitator, konselor, dan manager yang ulung. Pertanyaannya sekarang adalah apakah guru sebagai pemimpin di kelas dapat dikalahkan oleh Google? Sebuah mesin pencari yang super hebat itu.

Google lawan guru Mungkinkah?

Tulisan ini dibuat sehubungan dengan artikel di kolom didaktika kompas, Senin 16 Pebruari 2009. Guru Lawan Google. Penulisnya adalah rekan sejawat, R. Arifin Nugroho. Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Menarik dan sangat menyulut guru untuk melek ICT. Saya sangat sependapat dengan teman sejawat saya itu, bahwa guru adalah agen pendidikan dan perubahan. Sosoknya sangat dinantikan oleh anak didiknya dalam mengenyam pendidikan. Pendidikan tidak dapat bersandar pada teknologi semata, melainkan juga harus melibatkan hati yang dimiliki setiap pribadi manusia.

Guru masih lebih unggul daripada Google karena guru mampu mengajarkan sisi humanis yang tidak dapat diberikan mesin pencari secanggih apa pun. Dalam kehidupan nyata tidak hanya diperlukan berlimpahnya ilmu pengetahuan dalam otak, tetapi juga sisi manusiawi agar bisa memanusiawikan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan memanusiawikan manusia saat berelasi dengan pribadi lain.

Guru jelas harus lebih unggul dari Google. Dia tak hanya membuat anak didiknya pintar, sepintar Google yang hanya dalam hitungan detik sanggup mencari informasi yang kita butuhkan. Tapi Google hanya sebuah alat. Dia hanyalah sebuah media yang tak punya kemampuan apa-apa tanpa disentuh oleh makhluk yang bernama manusia. Manusialah yang menciptakannya menjadi hebat.

Google lawan guru harus dapat diartikan sebagai pemicu kreativitas guru dalam merencanakan pembelajarannya. Merencanakan pembelajaran yang mengacu pada PAIKEM (Pembelajaran yang membuat siswa Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Google lawan guru juga harus diartikan bahwa guru harus senantiasa siap menghadapi perubahan. Perubahan di bidang teknologi yang begitu cepat dan pesat. Kecepatannya tak mungkin diikuti dengan cepat, karena guru termasuk manusia yang “agak sulit” untuk berubah. Berubah untuk tak menjadi ‘gaptek’ lagi.

Sebagai pendatang di dunia digital (Digital Immigrants) guru harus dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Jangan sampai seorang guru hanya menjadi bahan tertawaan para penduduk asli di dunia digital (Digital Natives). Saya sendiri pernah membaca sebuah artikel siswa dalam blog yang berjudul “JADI GURU JANGAN BELAGU”. Di dalam blog itu dituliskan kejengkelan anak itu terhadap gurunya yang sok tahu. Seolah-olah dia lebih pintar dari Google. Tanpa diketahui oleh guru ybs, dia foto gurunya. Lalu memberikan komentar seenaknya dibawah foto itu. Wajah saya pun agak memerah ketika membaca tulisannya. Lalu secara spontan saya meminta anak itu untuk menghapuskannya secara sukarela di kolom komentar karena tak pantas dibaca oleh umum.

Google lawan Guru jelas akan dimenangkan oleh Google secara telak. Tak peduli guru itu pintar atau cerdik sekalipun. Tak ada guru yang bisa menandingi Google untuk pencarian informasi yang sangat cepat ini. Lalu dimanakah kemenangan guru?

Guru harus menang dari Google, karena dialah yang menciptakan informasi di internet. Menuliskan semua ilmu pengetahuan yang ada di buku paket dengan kemasan yang berbeda sehingga menarik peserta didik untuk membacanya. Guru harus mampu menulis. Menuliskan semua yang diketahuinya, dan dikembangkan dalam khasanah ilmu pengetahuan baru sehingga dapat berkolaborasi dengan teknologi.

Guru seperti itu sangat dibutuhkan pada saat ini, dan bukan guru yang hanya terpaku pada buku apalagi jarang membaca buku. Dia harus kreatif menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan sesuatu yang unik dan antik sehingga peserta didik berpikir inilah guruku yang sulit diterka kata hatinya walau dengan mesin pencari secanggih Google.

Akhirnya, saya hanya bisa berharap agar undang-undang Sistem pendidikan nasional kita (SISDIKNAS) harus bisa bermetamorfosis dan menyatu ke dalam UU Guru dan Dosen yang menginginkan pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang dapat menyatukan teknologi maju dengan manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga para guru berteriak” GOOGLE harus bisa dikalahkan oleh GURU”.

Bagaimana caranya? Dengan menciptakan informasi dan khasanah ilmu pengetahuan baru tentunya.

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

One thought on “Google Lawan Guru Mungkinkah?

  1. hadi

    Saya setuju dengan pernyataan guru (harus) mampu mengajarkan sisi humanis yang tidak dapat diberikan mesin pencari secanggih apa pun, permasalahannya mencapai proses pemahaman tersebut membutuhkan proses dan waktu, sementara guru-guru di negeri tercinta ini terpacu untuk mencapai akreditisasi guna mencapai pendapatan yang lebih baik, sebagai akibat telah terjadi pergeseran makna pendidikan menjadi hanya sekedar pengajaran,..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.