public speaking

Ikutilah Kelas Bicara PGRI Setiap Hari Selasa Pukul 19.00 WIB Pertemuan Keempat Melalui Aplikasi Zoom

Info kelas bicara PGRI setiap hari selasa pukul 19.00 wib selama 16 kali pertemuan di gelombang 9. Ikuti pesan Omjay di bawah ini!

https://www.youtube.com/live/-z-5a3Sx0uw

Kelas Bicara PGRI: Public Speaking for Teacher Bersama Ibu HR Utami

Sahabat guru Indonesia yang hebat,

APKS PGRI kembali menghadirkan Kelas Bicara/Public Speaking for Teacher yang sudah memasuki pertemuan keempat. Program ini dirancang khusus untuk membantu para pendidik meningkatkan keterampilan berbicara di depan umum, baik di kelas, forum ilmiah, maupun acara resmi.

Mengapa Public Speaking Penting untuk Guru?

Sebagai pendidik, guru dituntut tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan cara yang menarik, jelas, dan penuh percaya diri. Dengan kemampuan public speaking yang baik, guru dapat:

A. Membangun komunikasi efektif dengan siswa.

B. Menyampaikan pesan dengan lebih berkesan.

C. Menjadi teladan dalam keterampilan berbicara.

D. Membuka peluang berkiprah lebih luas di masyarakat.

Pemateri: Ibu HR Utami mantan penyiar tvri dan dosen PGRI Semarang.

Seorang praktisi dan motivator yang berpengalaman di bidang komunikasi. Beliau akan berbagi tips, strategi, serta praktik langsung agar guru semakin percaya diri saat berbicara di depan publik.

Jadwal Kegiatan

Hari: Setiap Selasa

Waktu: Pukul 19.00 WIB

Media: Zoom Meeting (Online)

Link Zoom Meeting:
Klik di sini untuk bergabung

Meeting ID: 883 3495 1692
Passcode: 078056

Catat jadwalnya dan ajak rekan guru lainnya untuk ikut bergabung. Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk belajar public speaking secara gratis bersama PGRI.

Mari kita tingkatkan kompetensi guru Indonesia agar semakin profesional, kreatif, dan inspiratif!

Infornasi hubungi
Omjay 08159155515 atau pak Ahmadi yang ada nomor wa di poster promosi.

Berikut ini adalah informasi lengkapnya:

✨ WEBINAR GRATIS UNTUK GURU ✨
IGTIK PGRI mempersembahkan:

🎙 PUBLIC SPEAKING For Teacher
Bersama:
👨‍🏫 H.R. Hutami (Narasumber)
👩‍🏫 Theresia Martini (Moderator)

📅 Tanggal: 23 September 2025
🕖 Waktu: 19.00 – 21.00 WIB
💻 Via Online (Zoom)

📌 Dapatkan tips dan trik berbicara di depan umum agar pembelajaran lebih hidup, percaya diri, dan berkesan!

👉 Daftar segera melalui tautan: bit.ly/PSFTPGRI
📱 Info & Kontak: 085697606840 (Achmady Alfahrizi)

Topic: public speaking
Time: This is a recurring meeting Meet anytime
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/88334951692?pwd=iow6tzl9YVFCaNtybwyrrd3cV8rIza.1

Meeting ID: 883 3495 1692
Passcode: 078056

Jangan lewatkan kesempatan ini, kuota terbatas! 🚀

Suara Harapan Guru untuk Pendidikan Indonesia dan Kesejahteraan Pendidik

Suara Harapan Guru untuk Pendidikan Indonesia dan Kesejahteraan Pendidik

Guru adalah sosok yang sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Kalimat itu indah terdengar, namun seringkali justru menyimpan ironi yang mendalam. Betapa tidak, di saat bangsa ini membutuhkan guru untuk mendidik generasi penerus, perhatian terhadap nasib dan kesejahteraan mereka justru sering kali terabaikan.

Hari ini, ketika kita membicarakan masa depan pendidikan Indonesia, suara guru harus menjadi bagian penting yang didengar. Sebab, siapa lagi yang paling memahami kondisi nyata di ruang-ruang kelas, baik di kota besar maupun di pelosok desa, selain guru itu sendiri?

Pendidikan Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan

Indonesia memiliki cita-cita besar, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Namun, perjalanan menuju cita-cita itu tidak selalu mulus. Guru di lapangan merasakan langsung berbagai tantangan yang menghadang: mulai dari keterbatasan fasilitas, kebijakan pendidikan yang sering berubah-ubah, hingga rendahnya apresiasi masyarakat terhadap profesi guru.

Di kota-kota besar, sekolah mungkin terlihat megah dengan fasilitas lengkap, laboratorium modern, dan jaringan internet yang stabil. Namun, bagaimana dengan sekolah di daerah terpencil? Masih banyak sekolah berdinding papan, beratap bocor, dan berlantai tanah. Murid-murid datang dengan penuh semangat, tetapi buku dan sumber belajar terbatas. Guru tetap mengajar dengan hati, meski terkadang harus berjalan berkilo-kilometer atau menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah.

Inilah kenyataan yang membuat guru memiliki satu suara harapan: kesetaraan pendidikan. Mereka ingin setiap anak Indonesia, di manapun berada, mendapatkan hak yang sama untuk belajar dalam kondisi yang layak.

Kesejahteraan Pendidik yang Masih Tertinggal

Selain persoalan fasilitas, masalah lain yang tidak kalah penting adalah kesejahteraan guru. Tidak sedikit guru honorer yang masih menerima gaji jauh di bawah standar hidup layak. Ada yang hanya mendapat Rp300.000 hingga Rp500.000 per bulan, jumlah yang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

Kondisi ini sangat memprihatinkan. Guru yang seharusnya fokus mendidik, justru banyak yang harus mencari pekerjaan tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup. Ada guru yang menjadi ojek online, pedagang kecil, bahkan buruh harian lepas di luar jam mengajar. Hal ini jelas mengganggu konsentrasi mereka dalam mengabdikan diri untuk pendidikan.

Guru berharap pemerintah benar-benar menghadirkan solusi nyata. Mereka ingin ada kepastian status kepegawaian, gaji yang sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), serta tunjangan yang merata. Sebab, profesi guru bukanlah pekerjaan sambilan, melainkan panggilan hidup yang membutuhkan totalitas.

Martabat Guru yang Perlu Dijaga

Selain soal finansial, martabat guru juga sering kali berada dalam posisi yang memprihatinkan. Zaman dulu, guru begitu dihormati, ucapannya didengar, dan tindakannya dijadikan teladan. Kini, tidak jarang guru harus menghadapi laporan hukum hanya karena mendisiplinkan murid.

Guru memberi teguran dianggap melakukan bullying. Guru memberikan hukuman mendidik dikatakan melanggar HAM. Bahkan ada kasus di mana orang tua murid melaporkan guru ke polisi hanya karena anaknya diminta mengerjakan tugas tambahan.

Fenomena ini menimbulkan kegelisahan di kalangan pendidik. Bagaimana mungkin guru bisa mendidik dengan tenang jika setiap langkahnya selalu diawasi dengan kecurigaan? Guru berharap masyarakat kembali menghormati profesi mereka. Orang tua, sekolah, dan pemerintah seharusnya bersinergi untuk mendidik anak-anak, bukan saling menyalahkan.

Harapan Guru untuk Masa Depan Pendidikan

Harapan guru terhadap pendidikan Indonesia bukan sekadar keinginan pribadi, melainkan cita-cita bersama untuk bangsa. Beberapa hal yang sering disuarakan antara lain:

1. Kurikulum yang Konsisten dan Relevan
Guru berharap kurikulum tidak berubah-ubah setiap pergantian menteri. Perubahan yang terlalu sering membuat guru bingung dan kehilangan arah. Kurikulum sebaiknya disusun dengan melibatkan guru di lapangan agar sesuai dengan kebutuhan nyata.

2. Pelatihan dan Pengembangan Profesional
Guru ingin terus belajar dan meningkatkan kompetensi. Namun, pelatihan yang diberikan pemerintah sering kali bersifat formalitas. Guru berharap ada pelatihan yang benar-benar praktis, aplikatif, dan menjawab tantangan zaman, seperti literasi digital, coding, hingga kecerdasan buatan.

3. Penghargaan terhadap Dedikasi Guru
Guru ingin kerja keras mereka diapresiasi, bukan hanya dengan ucapan terima kasih, tetapi juga penghargaan nyata dalam bentuk insentif, penghargaan publik, dan kesempatan berkembang.

4. Pemerataan Fasilitas Pendidikan
Guru ingin semua murid di Indonesia memiliki kesempatan belajar yang sama. Tidak ada lagi kesenjangan mencolok antara sekolah di kota besar dengan sekolah di pelosok.

Komentar Omjay: Guru Harus Diperhatikan

Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd atau yang akrab disapa Omjay, Guru Blogger Indonesia, sering menyampaikan kegelisahan sekaligus harapan para pendidik. Menurutnya:
“Guru yang sejahtera akan mengajar dengan bahagia. Guru yang bahagia akan melahirkan murid-murid yang berprestasi. Maka, jika negara ingin pendidikannya maju, perhatikanlah kesejahteraan guru terlebih dahulu.”

Omjay juga menambahkan bahwa guru tidak hanya butuh kesejahteraan, tetapi juga butuh ruang untuk terus belajar. Dunia terus berubah, teknologi berkembang pesat, maka guru juga harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dengan begitu, guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga inspirator yang menggerakkan murid-muridnya.

Penutup: Dengarlah Suara Guru

Suara harapan guru adalah suara yang lahir dari hati nurani. Mereka tidak sekadar menuntut, tetapi juga memberikan solusi. Mereka bukan hanya ingin diperhatikan, tetapi juga siap berbenah untuk meningkatkan kualitas diri.

Jika pemerintah dan masyarakat benar-benar mendengarkan suara ini, maka masa depan pendidikan Indonesia akan lebih cerah. Sebab, guru adalah kunci. Di tangan guru yang sejahtera dan dihargai, lahirlah generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.

Mari kita bersama-sama menjaga martabat guru, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan menghadirkan pendidikan yang lebih berkualitas. Karena tanpa guru, tidak akan ada dokter, insinyur, presiden, atau bahkan generasi penerus yang mampu membawa Indonesia menuju kejayaan.

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah – omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Suara Harapan Guru untuk Pendidikan Indonesia dan Kesejahteraan Pendidik

Aplikasi WhatsApp Digunakan Untuk Belajar Menulis di KBMN PGRI

Mengapa KBMN PGRI Belajar Menulis Lewat Aplikasi WhatsApp? Aplikasi WhatsApp Digunakan Untuk Belajar Menulis di KBMN PGRI.

Di tengah era digital yang serba cepat dan canggih ini, banyak orang mengira bahwa belajar menulis hanya bisa dilakukan melalui kelas formal, platform daring seperti Zoom, atau kursus eksklusif yang membutuhkan biaya besar. Namun, Komunitas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) yang digagas oleh PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) justru memilih pendekatan sederhana namun sangat efektif: menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media utama untuk belajar menulis.

Pertanyaannya: mengapa KBMN PGRI memilih WhatsApp? Apa yang membuat aplikasi percakapan ini begitu ampuh dalam menggerakkan ribuan guru untuk menulis dan menerbitkan buku?

Aksesibilitas yang Luas dan Merata

Salah satu alasan utama adalah aksesibilitas. WhatsApp adalah aplikasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama para guru di daerah. Tidak semua guru memiliki akses internet stabil untuk mengikuti kelas Zoom atau Google Meet. Namun, hampir semua memiliki ponsel yang bisa digunakan untuk mengakses WhatsApp.

Dengan memilih platform ini, KBMN PGRI memastikan bahwa tidak ada satu pun guru yang tertinggal hanya karena kendala teknis atau geografis. Belajar menulis menjadi lebih inklusif, menjangkau dari Sabang hingga Merauke.

Belajar Kapan Saja, Di Mana Saja

Kelebihan WhatsApp adalah sifatnya yang asinkron. Peserta bisa membaca materi dan menulis tugas kapan pun mereka sempat. Bagi para guru yang memiliki jadwal padat dari pagi hingga sore, fleksibilitas ini menjadi penyelamat. Mereka bisa belajar menulis sambil istirahat di ruang guru, menunggu anak, bahkan sebelum tidur malam.

Hal ini sejalan dengan filosofi KBMN: menulis itu bukan perkara waktu luang, tapi soal kemauan dan kebiasaan.

Interaksi yang Aktif dan Personal

KBMN PGRI bukan hanya soal belajar menulis, tapi juga tentang membangun komunitas yang saling mendukung. Di dalam grup WhatsApp, peserta bebas berdiskusi, bertanya, menyemangati, dan saling memberi umpan balik atas tulisan teman-teman mereka.

Interaksi ini menciptakan atmosfer hangat dan akrab. Tidak ada sekat antara peserta dan fasilitator. Semangat gotong-royong khas Indonesia sangat terasa di setiap grup KBMN.

Biaya Gratis, Manfaat Luar Biasa

Mengikuti KBMN PGRI tidak dipungut biaya, namun manfaat yang dirasakan oleh peserta sangat luar biasa. Mereka tidak hanya belajar menulis, tetapi juga berhasil menerbitkan buku, baik secara pribadi maupun antologi. Bahkan, banyak guru yang mengaku baru pertama kali dalam hidupnya bisa melihat namanya terpampang sebagai penulis buku.

PGRI melalui KBMN membuka ruang yang luas bagi para guru untuk mengabadikan gagasan, pengalaman, dan inspirasi dalam bentuk karya tulis. Bagi banyak guru, ini adalah wujud nyata dari transformasi profesionalisme guru di era digital.

Menulis dengan Hati, Bukan Sekadar Tugas

Pendekatan KBMN sangat khas: peserta tidak dipaksa menulis, tetapi didorong untuk menulis dari hati. Fasilitatornya pun merupakan guru-guru senior yang telah menerbitkan puluhan buku. Salah satunya adalah Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, yang lebih dikenal dengan nama Omjay.

Dalam banyak kesempatan, Omjay selalu berpesan, “Menulislah setiap hari, dan rasakan keajaibannya.” Ia percaya bahwa setiap guru punya kisah yang layak dituliskan dan dibagikan. WhatsApp menjadi media yang pas karena mengakomodasi proses ini dengan sederhana namun mendalam.

Komentar Omjay, Guru Blogger Indonesia

Omjay yang menjadi tokoh sentral dalam KBMN PGRI mengatakan:

> “WhatsApp itu sederhana tapi luar biasa. Lewat WhatsApp, kita bisa menjangkau ribuan guru dalam satu waktu, memberikan materi, mendampingi, dan menyemangati mereka untuk menulis. Bukan alatnya yang penting, tapi niat dan konsistensinya. Bagi kami, WhatsApp adalah jembatan menuju budaya literasi.”

Ia juga menambahkan bahwa banyak guru yang awalnya hanya pembaca pasif di grup WhatsApp, akhirnya berani menulis dan menerbitkan buku setelah mengikuti KBMN. Ini menunjukkan bahwa kekuatan komunitas dan motivasi bersama bisa mengubah seseorang dari “tidak bisa” menjadi “luar biasa”.

Hasil yang Terlihat Nyata

Sejak KBMN pertama kali diluncurkan, sudah ribuan guru dari seluruh Indonesia bergabung dan menghasilkan ratusan buku. Ada buku antologi, buku motivasi, bahkan buku pelajaran yang ditulis oleh para peserta KBMN.

Beberapa di antara mereka juga menjadi narasumber dalam pelatihan literasi, bahkan mendapat penghargaan dari pemerintah daerah karena telah menginspirasi rekan-rekan sejawat untuk menulis.

WhatsApp: Teknologi Sederhana, Dampak Luar Biasa

Di tengah maraknya aplikasi pembelajaran daring, KBMN PGRI justru membuktikan bahwa kemajuan tidak selalu ditentukan oleh teknologi yang canggih, melainkan oleh kebersamaan, semangat, dan kemauan untuk berbagi ilmu. WhatsApp, yang awalnya hanya digunakan untuk komunikasi biasa, disulap menjadi ruang belajar yang penuh makna.

Di sinilah letak keistimewaan KBMN: bukan platform yang menentukan kualitas pembelajaran, tetapi kualitas komunitas dan niat baik penggeraknya.

Penutup

Belajar menulis lewat WhatsApp mungkin terdengar sederhana. Tapi di tangan para guru pejuang literasi, aplikasi ini menjadi senjata perubahan. KBMN PGRI bukan hanya sekadar program menulis, melainkan gerakan moral dan kultural yang menghidupkan semangat literasi dari bawah. WhatsApp hanyalah alat. Namun dengan niat, semangat, dan pendampingan yang tulus, alat sederhana ini bisa melahirkan ribuan penulis hebat di negeri ini.

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah – omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Kegiatan Workshop Elearning di Kota Padang Sumatera Barat

Hari ini facebook mengingatkan kembali kegiatan kami delapan tahun lalu. Liputan kegiatan KOGTIK dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 melalui e-Learning Workshop Komunitas Guru TIK dan Informatika PGRI. Kegiatan dilaksanakan  di Kota Padang, delapan Tahun Lalu. Walapun sudah 8 tahun lalu, kenangannya masih terasa hingga saat ini.
Waktu itu Kami sangat serius dan konsisten Meningkatkan Kompetensi Guru Abad 21 melalui e-Learning Workshop Komunitas Guru TIK dan Informatika PGRI di Kota Padang, 29 Juli 2017. Kegiatan ini mendapatkan sponsor dari EPSON Indonesia. Ibu Sri Melni ditunjuk menjadi Ketua Panitia. Tak terasa sudah lebih dari 50 kota kami datangi bersama EPSON Indonesia.
Saat itu, kami berada di kota Padang – tanggal 29 Juli 2017. Dari Jakarta, Omjay berangkat bersama pak Youri, pak Tatang, dan Ibu Wiwin yang merupakan pengurus Komunitas guru TIK dan Informatika. Dulu namanya Komunitas Guru TIK dan KKPI. Kami ditugaskan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kami mengelola e-learning moodle yang digagas oleh pembina dan pakar TIK bapak Onno Widodo Purbo.

Kegiatan Workshop Elearning KOGTIK di Kota Padang Sumatera Barat (Wijaya Kusumah)
Suasana penuh semangat dan antusiasme tampak di aula Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Sabtu pagi, 29 Juli 2017 kala itu. Lebih dari seratus guru dari berbagai jenjang pendidikan berkumpul dalam Workshop e-Learning.
Kegiatan workshop bertema “Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran Abad 21”, yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru TIK dan Informatika PGRI (KOGTIK) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan MGMP TIK Sumbar.
Epson Indonesia saat itu memberikan 3 buah doorprize berupa printer dan hadiah lainnya seperti kaos, topi, tas, dan lain-lain buat peserta kegiatan. Bapak dan ibu guru sangat senang mendapatkannya. Terutama buat mereka yang mendapatkan doorprize printer senilai Rp.3 juta.
Workshop ini menghadirkan narasumber nasional, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, yang akrab disapa Omjay, seorang guru blogger Indonesia yang telah menginspirasi ribuan pendidik lewat karya dan kiprahnya di dunia literasi digital.
Beliau adalah founder komunitas sejuta guru ngeblog KSGN dan juga Founder Komunitas Belajar Menulis Nusantara KBMN PGRI. Beliau juga menjabat sebagai sekjen Ikatan Guru Informatika PGRI hingga saat ini.

Sambutan Ibu Sri Melni Ketua Panitia Workshop Elekarning KOGTIK (Wijaya Kusumah)
TIK Sebagai Kebutuhan Pembelajaran Modern
Dalam pemaparannya, Omjay menekankan bahwa penguasaan TIK bukan lagi pilihan, tetapi keharusan bagi guru di abad 21. Ia menunjukkan bahwa transformasi digital telah mengubah cara belajar siswa, dan guru harus mampu beradaptasi dengan pendekatan baru yang interaktif dan berbasis teknologi.
“Guru bukan hanya pengajar, tetapi fasilitator. Teknologi adalah alat bantu yang bisa memperkaya proses belajar mengajar. Jika guru tak memanfaatkan TIK, maka ia akan tertinggal oleh zaman,” ujar Omjay penuh semangat.
Dengan gaya penyampaian yang ringan namun padat makna, Omjay membagikan berbagai pengalaman menggunakan blog, e-learning, Google Classroom, hingga media sosial edukatif sebagai sarana pembelajaran aktif dan kreatif. Beliau juga mengajarkan ilmu menulis agar semua guru mampu menulis dan menerbitkan buku ber-ISBN.

Foto Bareng Om Surya Narsum dari Jakarta (Wijaya Kusumah)
Pelatihan Praktis dan Interaktif
Sesi workshop dibagi menjadi dua bagian, yakni:
  1. Sesi Teori: Membahas konsep pembelajaran abad 21, kompetensi digital guru, dan pentingnya budaya literasi.
  2. Sesi Praktik: Para peserta dibimbing membuat blog pembelajaran, akun Google Classroom, serta merancang RPP digital berbasis e-learning.
Salah satu peserta, Ibu Yusmawati, guru SMP di Kota Bukittinggi, menyampaikan pengalamannya:
“Selama ini saya merasa kurang percaya diri menggunakan teknologi. Tapi lewat pelatihan ini, saya jadi tahu bahwa ternyata banyak platform gratis dan mudah digunakan. Terima kasih KOGTIK dan Omjay.”
Peran KOGTIK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
Ketua panitia workshop, Ibu Sri Melni, M.Kom, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program berkelanjutan KOGTIK untuk mendukung pengembangan profesional guru di seluruh Indonesia.
 “Kami percaya bahwa guru yang terus belajar adalah guru yang akan membawa perubahan. KOGTIK hadir sebagai komunitas yang saling mendukung, berbagi, dan bertumbuh bersama,” ujarnya.
Kegiatan ini ditutup dengan pembagian sertifikat, dokumentasi karya peserta, dan penandatanganan nota kesepahaman antara KOGTIK dan MGMP TIK Sumbar untuk menyelenggarakan pelatihan lanjutan secara daring.

Pembagian Hadiah Doorprize untuk peserta yang beruntung (Wijaya Kusumah)
Penutup: Menjadi Guru Pembelajar Sepanjang Hayat
Workshop ini menjadi bukti nyata bahwa semangat guru Indonesia untuk terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi tidak pernah padam. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan baru, para peserta kembali ke sekolah masing-masing dengan semangat baru untuk menghadirkan pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi siswa-siswi mereka.
Sebagaimana pesan penutup dari Omjay:
“Menulislah setiap hari, ajarkan TIK dan Informatika dengan hati, dan buktikan perubahan dalam kelas Anda. Itulah jalan kita menuju guru profesional abad 21.”

Sambutan Omjay saat foto bersama peserta Elearning KOGTIK di Padang Sumbar (Wijaya Kusumah)
Penulis liputan : Tim Liputan KOGTIK
Dokumentasi: Panitia Workshop KOGTIK Padang 2017
Editor: Omjay – Guru Blogger Indonesia
Ingin mengundang workshop serupa di kota Anda? Hubungi Komunitas dan Ikatan Guru TIK dan Informatika PGRI di: www.wijayalabs.com atau hub ungi Omjay di whatsApp 08159155515.
Kami akan mulai keliling kembali untuk 10 kota berikutnya bersama EPSON Indonesia, dan nantikan kedatangan kami di kota anda. Salam blogger Persahabatan.

Pemanfaatan Teknologi untuk Merancang Kelas Interaktif pada Kurikulum Merdeka

Kelas Public Speaking IGTIK Pengurus Besar PGRI is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Pemanfaatan Teknologi untuk Merancang Kelas Interaktif pada Kurikulum Merdeka
Time: Selasa, 28 November 2023 pukul 19:30 WIB

Join Zoom Meeting
https://us06web.zoom.us/j/83193331804?pwd=GyICSCjGdF9qqf4S3uDqQQczivfJak.1

Meeting ID: 831 9333 1804
Passcode: PGRI

📡 Live Streaming on Youtube
https://youtube.com/live/oXazKVXE3-0?feature=share