Membaca buku sekolahnya manusia karya Munif Chatib membuat saya lebih memahami penilaian autentik. Dalam buku itu dituliskan pendapat Benyamin S. Bloom di halaman 154 yang menuliskan bahwa penilaian kompetensi memiliki batasan. Batasan-batasan itu terdiri dari:
- Pengukuran tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap seorang siswa
- Hasil penilaian tidak mutlak dan tidak abadi karena siswa terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Atas dasar konsep tersebut, penilaian autentik merupakan paradigma baru yang sangat fundamental jika dibandingkan dengan cara penilaian sebelumnya. Penilaian ini lebih melihat kemampuan siswa secara keseluruhan yang bukan hanya dilihat dari nilai tes saja, tetapi juga non tes. Penilaian berorientasi pada 3 ranah yaitu, kognitif (pengetahuan), Psikomotor (Keterampilan), dan Afektif (Sikap). Penilaian juga menekankan pada kompetensi yang diajarkan sehingga membantu siswa yang lemah untuk berkembang dengan cara membangun semangat kerjasama atau kolaborasi.
Berbeda dengan paradigma penilaian tradisional. Dimana penilaian menekankan pada peringkat dan mengklasifikasikannya. Mengesampingkan siswa yang tidak mampu (lemah). Adanya peringkat dan klasifikasi cenderung mendorong kompetensi yang berlebihan. Ditambah lagi penilaian hanya menitikberatkan pada aspek kognitif (pengetahuan). Pengumpulan informasi nilai hanya dengan tes saja, dan tidak melihat aspek non tes.
Teori multiple Intelegences (MI) menawarkan perombakan yang sangat penting dan mengakar ke bawah dalam penilaian autentik yang menjadi dasar dalam penilaian. Dari sini akan didapatkan output yang baik dari sebuah proses pembelajaran.
Teori MI yang dituliskan dalam buku Sekolahnya manusia karya Munif Chatib halaman 155 menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes yang berdasarkan pada nilai formal, tetapi lebih banyak didasarkan pada penilaian autentik yang mengacu kepada kriteria khusus dengan menggunakan tes yang memiliki titik acuan spesifik dan ipsative (tes yang membandingkan prestasi siswa saat ini dengan prestasinya yang lalu).
Terus terang saya terkesan dengan apa yang dituliskan munif chatib dalam bukunya yang berjudul sekolahnya manusia. Dalam buku ini dijelaskan bahwa soal yang sulit justru akan merusak mental siswa untuk maju. Sayapun terkejut, dan akhirnya bersetuju ketika Munif Chatib menuliskan bahwa cara cepat untuk membuat tes yang berkualitas adalah model open book. Yuk kita nikmati buku sekolahnya manusia.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay