Kasta Tertingi Seorang Guru

Kasta Tertinggi Seorang Guru Bukanlah Guru Penggerak

Senyuman termanis guru di acara hardiknas/dokpri
Senyuman termanis guru di acara hardiknas/dokpri

Kasta tertinggi seorang guru bukanlah guru penggerak. Tetapi guru yang dirindukan oleh muridnya. Guru selalu tersenyum manis, dan memberikan pelayanan terbaik kepada semua muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Guru mengenali hati siswa dengan hati, memunculkan kebutuhan siswa, membuat fokus murid untuk belajar, dan menginspirasi murid. Kata kuncinya adalah “teladan“. Jadilah Inspiration teacher.

Almarhum Munif Chatib teman kuliah Omjay di Pascasarjana UNJ pernah memberikan tips menjadi guru yang dirindukan murid, dan tak tergantikan robot buatan manusia.

Anda bisa menonton rekaman videonya di

https://youtu.be/hjblP3wa7so?si=DSQuO10pLZMDwryI

Guru hanya menghamba kepada Allah SWT dan menjadikan nabi Muhammad Saw sebagai teladan umat manusia. Sifat kenabian selalu ada dalam diri guru yang dirindukan. Sifat Sidiq, tabligh, amanah, dan Fathonah selalu ada dalam dirinya. Guru mampu menjadi teladan dan menginspirasi semua murid.

Guru Penggerak Harus Menjadi Guru yang Semakin Mendekat Kepada Allah Halaman all – Kompasiana.com

Seorang kawan yang baik hati menuliskan komentar di aplikasi WhatsApp. Beliau memberikan komentarnya setelah membaca tulisan Omjay di kompasiana.

Menanggapi tulisan Omjay yang dibagikan di KAUSAKu, memang susah menjadi guru penggerak yang lebih taqarrub kepada Allah, apa yang omjay tulis betul, banyak yang menjadi merasa wah …

Ketika masuk ke kelas, masuk sebentar bila bla, kemudian mengajak siswanya keluar kemudian membuat konten, sesudah itu anaknya disuruh masuk kelas dia ke ruang guru mengolah konten dan nggak masuk kelas lagi, hehehehe.

Ada lagi ketika dihadapan guru yang mengisi sebuah acara, dia dengan bangganya menyampaikan jadwal dia, hari ini di sini, hari lain di sana, berikutnya di sini, tanpa jeda waktu/hari. Kemudian ada peserta yang bertanya, “….kalau begitu kapan ibu ngajarnya ?” Guru penggerak tersebut terdiam nggak bisa menjawab.  OMG.

Isi tulisan ini sebenarnya refleksi diri Omjay sebagai seorang guru penggerak angkatan 7 kemdikbudristek. Omjay bersyukur pernah ikut program pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Tentu saja kalau diamalkan ilmunya, maka guru penggerak akan memiliki kasta tertinggi di sekolah sebab guru semakin dekat dengan semua muridnya.

Apa sebaiknya yang harus dilakukan seorang guru agar mendapatkan kasta tertinggi di sekolah?

Guru harus dekat dengan semua muridnya. Kehadiran guru dirindukan oleh semua muridnya. Bila guru tak hadir, maka semua muridnya akan kehilangan, dan kehadiran gurunya sangat dinantikan.

Oleh karena itu, buat guru yang sekarang sedang mendapat tugas di luar sekolah, tetaplah dekat dengan muridnya. Japri murid yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Usahakan semua guru memiliki nomor ponsel semua muridnya. Jauh di mata dekat di hati.

Di era teknologi saat ini, hampir semua murid memiliki HP, dan murid pasti tahu nomor HP guru yang dirindukannya. Bila guru tak hadir di kelas, maka murid tersebut akan menghubungi gurunya dan bertanya. “Ibu dan bapak guru ada dimana sekarang?”

Siapa guru yang seharusnya mendapatkan kasta tertinggi di sekolah?

Guru yang seharusnya mendapatkan kasta tertinggi di sekolah adalah guru yang kehadirannya ditunggu semua murid yang diajarkannya. Materi ajarnya sangat disukai dan diminati peserta didiknya. Guru dengan ramah memberikan semua ilmunya dengan penuh keramahan dan bukan kemarahan. Senyuman termanis selalu ada dalam diri guru yang dirindukan.

Klik https://youtu.be/sNw7Cw6VBsI

Kapan guru selalu dirindukan muridnya?

Guru yang selalu dirindukan muridnya adalah guru yang senantiasa memikirkan perkembangan muridnya. Guru memahmi kebutuhan semua muridnya. Bila ada murid yang kesulitan dalam belajar, maka guru yang dirindukan akan tampil bersama muridnya. Murid dan guru sangat dekat seperti jari telunjuk dan jari manis.

Selama berada di sekolah, guru akan terus membantu semua muridnya menjadi sang juara. Sebab setiap murid adalah bintang. Guru akan membuat mereka menjadi juara dari minat yang disukainya, dan bakat yang sudah ada dalam dirinya. Guru menemukan potensi unik dari semua muridnya.

Pembelajaran berdiferensiasi akan membuat guru melakukan diagnostik terhadap semua muridnya. Sehingga tak ada satupun murid tertinggal dalam penguasaan materi ajar. Program remedial dan pengayaan selalu diberikan kepada murid yang mengalami nilai rendah dan nilai tinggi.

Murid yang mendapatkan nilai rendah wajib ikut program remedial, dan murid yang dapat nilai tinggi diberikan materi pengayaan. Guru juga mempercayakan muridnya untuk menjadi tutor sebaya dan membantu kawannya yang kesulitan dalam belajar.

Dimana kita menemukan guru-guru yang dirindukan itu?

Kita menemukan mereka di sekolah-sekolah yang melakukan pelayanan terbaik kepada semua muridnya. Ibarat seorang dokter dan perawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan terbaik kepada semua pasien agar cepat sembuh dari penyakitnya.

Mengapa kita harus menjadi guru yang dirindukan?

Sebab guru yang dirindukan adalah kasta tertinggi di sekolah. Semua murid akan menaruh hormat kepada guru yang dirindukan kehadirannya. Semua murid merasakan kehadiran gurunya selama belajar di sekolah. Banyak perkembangan penting murid dari sebelum belajar dan setelah belajar kepada guru yang dirindukan kehadirannya.

Bagaimana cara menjadi guru yang dirindukan?

Guru harus menguasai materi ajar dengan baik. Guru terus belajar sepanjang hayat. Guru selalu belajar kepada pakarnya. Setiap masalah pasti ada solusinya. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Oleh karena itu, guru yang dirindukan akan banyak membaca, dan menuliskan apa yang dialaminya kepada orang lain.

Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang kasta tertinggi di sekolah. Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dituntut untuk dapat meraih kasta tertinggi ini. Semoga setelah terpilih menjadi calon guru penggemar, dan lulus menjadi guru penggemar, guru semakin dekat dengan semua muridnya. Sebab semua modul LMS guru penggerak yang diberikan Kemdikbudristek mengarah ke guru yang dirindukan.

Salam blogger persahabatan

Omjay

Guru blogger indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Daftar sumber:

Guru Penggerak Seharusnya Mampu Menjadi Guru Pendobrak

Guru penggerak seharusnya mampu menjadi guru pendobrak. Bukan guru penurut yang mengikuti kebijakan penguasa yang kurang tepat. Guru harus mampu berpikir kritis dan berani menyampaikan pendapat yang benar.

Memang harus diakui. Tidak mudah menjadi guru pendobrak. Selalu saja ada rintangan, dan hambatan yang datang menghadang. Namun, keberanian dan kepekaan terhadap dinamika yang terjadi membuatnya terus bergerak, tergerak, dan akhirnya menggerakkan.

Hadirnya program pendidikan guru penggerak di era mendikbudristek Nadiem Makarim semestinya tidak membuat diskriminatif terhadap guru. Seolah guru terbagi menjadi dua yaitu guru penggerak dan bukan guru penggerak. Mereka yang tidak beruntung harus pasrah menerima kebijakan yang kurang tepat dari Kemdikbudristek.

Perlu kita sadari peran guru sangat penting. Oleh karena itu diperlukan guru-guru berkualitas. Namun yang bisa menikmati peningkatan kualitas pendidikan hanya guru-guru terpilih saja. Sedangkan guru lainnya hanya pasrah menerima keadaan dengan jenjang karier yang mentok sebagai seorang guru. Mereka dibungkam dengan kebijakan dan diminta menuruti kehendak penguasa.

Pengangkatan calon kepala sekolah dan pengawas sekolah di sekolah negeri seharusnya tak mutlak dari jalur guru penggerak. Sebab sejatinya semua guru memiliki kesempatan untuk peningkatan karier yang sama sesuai kompetensinya.

Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada semua guru baik guru penggerak maupun non guru penggerak Kemdikbudristek untuk mengikuti seleksi calon kepala sekolah dan dan pengawas sekolah dengan penelusuran rekam jejak secara  komprehensif selama bertugas. Hal ini telah banyak dilakukan sekolah swasta sehingga mereka mampu melahirkan kepala sekolah inspiratif, dan membawa sekolahnya unggul di masyarakat.

Diskriminasi karier guru yang dituliskan oleh catur Nurochman Oktavian bendahara pengurus besar PGRI, wakil ketua dewan eksekutif APKS PGRI, dan kepala SMPN 3 Tenjo kabupaten Bogor di harian kompas edisi 27 Januari 2024 perlu menjadi catatan penting Kemdikbudristek.

Idealnya semua guru adalah guru penggerak tanpa dilabeli sebuah program pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Seharusnya semua guru mendapatkan kesempatan yang sama untuk peningkatan profesionalisme guru. Guru perlu seperti tentara yang jelas kenaikan pangkatnya dari kopral hingga jenderal.

Sampai saat ini belum kita dapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lulusan program guru penggerak Kemdikbudristek lebih baik dari guru yang tidak mengikuti program pendidikan guru penggerak.

Jadi seharusnya semua guru diberikan kesempatan untuk peningkatan karier dirinya menjadi kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Bukan hanya guru yang mengikuti program pendidikan guru penggerak saja. Sejatinya semua guru adalah guru penggerak.

Omjay sendiri sudah mengikuti program pendidikan guru penggerak selama 6 bulan dan lulus di angkatan 7. Berdasarkan hasil pengamatan Omjay, tidak semua lulusan guru penggerak mampu menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah. Mungkin ini sifatnya masih subyektif dan perlu dilakukan penelitian tindak lanjut.

Kebanyakan lulusan guru penggerak menjadi guru penurut dan kurang mengkritisi kebijakan Kemdikbudristek yang kurang tepat. Bahkan cenderung menjadi corong yang mendukung kebijakan penguasa. Mereka juga sudah berubah dari seorang pendidik menjadi pemburu sertifikat demi kenaikan pangkat. Mereka bahkan bangga telah terjajah aplikasi PMM. Tirani aplikasi membuat guru asyik di depan komputer, dan justru menjauh dari siswanya.

Omjay bersyukur kepada Allah SWT telah diberikan kesempatan mengikuti program pendidikan guru penggerak. Masih banyak yang harus diperbaiki dari program pendidikan guru penggerak. Modul-modul di LMS Kemdikbudristek harus direvisi dan disempurnakan sehingga menghasilkan guru penggerak yang berani menjadi guru pendobrak. Guru mampu memimpin pembelajaran yang mengundang selera siswa untuk belajar secara mandiri dan kelompok.

Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang guru penggerak yang seharusnya menjadi pendobrak dan berani mengkritisi kebijakan Kemdikbudristek yang kurang tepat. Guru harus berani menyampaikan secara lisan dan tulisan. Tentu saja dengan data dan fakta yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara akademik.

Salam blogger persahabatan

Omjay

Guru blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Guru Penggerak Seharusnya Mampu Menjadi Guru Pendobrak”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/65fb41d3de948f4895240574/guru-penggerak-seharusnya-mampu-menjadi-guru-pendobrak

Kreator: Wijaya Kusumah

 

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Guru Penggerak Kok Malah Semakin Jauh Dari Muridnya?

Seorang kawan pengurus PGRI memberikan gambar atau foto di wa group PGRI. Isinya sangat menyentuh hati Omjay sebagai seorang guru.

“Jangan biarkan guruku terus bergerak mengejar aplikasi. Kembalikan guruku ke ruang hatiku di kelas.”

Terus terang Omjay merasa terharu dengan kalimat tersebut. Betapa sekarang ini banyak guru yang meninggalkan muridnya di kelas supaya bisa aktif di pengelolaan kinerja guru yang ada di dalam aplikasi PMM.

Pakar pendidikan karakter bapak Doni Koesoema mengatakan di channel YouTube tanya pak Doni saja bahwa Aplikasi PMM: Pemaksaan Terstruktur, Masif & Sistematis.

Sahabat pendidikan karakter,

Pemaksaan pemakaian aplikasi di dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM) secara terstruktur, masif, dan sistematis ini semakin menunjukkan bahwa pengambil kebijakan sedang mengalami keblinger aplikasi (mabuk aplikasi) dan tidak paham apa hal paling fundamental di dalam pengembangan guru.

Simak kajian kritisnya di kanal transformasi kebijakan pendidikan dalam program “Tanya Pak Doni Saja”. Analisis Kebijakan Pendidikan Terkini, Kritis, Objektif, dan Transformatif selalu dibahas tuntas dalam channel YouTube tanya pak Doni saja.

 

Semoga semua guru kembali bergerak untuk fokus kepada semua muridnya di kelas. Gunakan aplikasi PMM untuk niat berbagi dan belajar secara mandiri. Bukan sekedar untuk mengejar kenaikan pangkat guru.

Guru penggerak harus menjadi contoh buat guru lainnya. Guru penggerak jangan sampai malah meninggalkan muridnya, karena aktif dalam berbagai kegiatan yang justru menjauhkan dirinya dari hati para muridnya.

Semoga semua guru mampu menjadi guru penggerak dan terus bergerak menginspirasi semua muridnya agar berprestasi dan menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

Guru penggerak harus semakin dekat dengan semua muridnya. Selama 6 bulan Omjay mengikuti program pendidikan guru penggerak, Omjay merasakan semakin dekat dengan murid atau siswa yang Omjay ajari. Kalau berhalangan hadir rasanya sedih sekali.

Suatu hari Omjay tak hadir di kelas. Omjay tidak hadir karena mengikuti kegiatan upgrading guru penggerak angkatan 7 di salah satu hotel mewah dan megah yang ada DKI Jakarta.

Omjay menjadi sedih sekali, karena tidak bertemu murid di hari itu. Anak-anak juga sedih karena Omjay tidak ada di sekolah. Untunglah ada rekan sejawat yang bisa menggantikan Omjay mengajar. Sehingga pembelajaran masih bisa berlangsung.

Saran buat panitia BBGP Yogyakarta atau lainnya. Sebaiknya kegiatan guru penggerak tidak dilaksanakan di saat jam mengajar guru. Seperti halnya ketika kami mengikuti program pendidikan guru penggerak. Kita belajar secara daring di luar jam mengajar.

Dengan ilmu yang kami kuasai setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak, seharusnya guru penggerak itu semakin dekat dengan muridnya. Sebab selama 6 bulan kami diberikan ilmu agar semakin dekat dengan murid dan menjadi pemimpin pembelajaran di kelas.

Bagaimana caranya agar guru penggerak selalu dekat dengan muridnya? Guru harus selalu hadir di hati semua muridnya dan jangan sibuk dengan urusan administrasi. Oleh karena itu Omjay sarankan kepada Kemdikbudristek agar guru tidak lagi dibebani persoalan administrasi dan terjajah aplikasi PMM.

Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang kegiatan Omjay sebagai guru penggerak di sekolah. Semoga tak ada lagi guru penggerak yang justru menjauh dari muridnya hanya karena disibukkan dengan pengelolaan kinerja guru dan disibukkan urusan administrasi. Jangan sampai ada yang mengatakan, “guru penggerak kok malah jauh dari muridnya?”

Salam blogger persahabatan

Omjay

Guru blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Guru Penggerak Kok Malah Semakin Jauh dari Muridnya?”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/65d1c88bde948f5771091572/guru-penggerak-kok-malah-semakin-jauh-dari-muridnya

Kreator: Wijaya Kusumah

 

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Apa Kabar Guru Pengggerak?

Apa kabar guru penggerak? Beberapa Kepala Sekolah memberikan komentar dari tulisan Omjay yang berjudul bubarkan saja program guru penggerak di WA Group Kepala sekolah Nusantara. Isinya sebagai berikut:

“Bubarkan Saja Program Guru Penggerak!” Halaman all – Kompasiana.com

  • Maaf ya omJay saya berharap dari guru penggerak dapat membawa perubahan tapi sampai saat ini yang kami dapatkan guru penggerak sering meninggalkan kelas dan tidak membawa perubahan di sekolah dan cara mengajarnya pun sama dengan sebelum-sebelumnya mungkin ini bisa menjadi pembelajaran.
  • Memang bagus program guru penggerak kita berharap dengan harapan yang sangat besar bisa membawa perubahan pendidikan kearah yang lebih baik, maafkan bila ada kata yang kurang berkenan. Di prakteknya sih bagus, tapi realita di siswa nol besaaar.
  • Iya memang teori bagus, tapi kenyataan pintere cuma buat gurunya saja, kenyataan terhadap siswa belum ada malah justru siswa ditinggal oleh kesibukan gurunya saja terus.
  • Kalau dilihat guru penggerak fokus ke guru saja. Tujuannya ya itu, cuma buat guru saja dan untuk siswa gak ada. ngajar awal beda tapi seterusnya tetep seperti dulu.
  • Guru penggerak digembleng cuma 9 bulan, belum cukup untuk menjadi pemimpin pembelajaran, yang diperoleh hanya gelar sertifikat guru penggerak dan diiming imingi jadi kepsek dan pengawas, makanya selama proses belajar bukan fokus jadi penggerak tapi iming-iming jabatan, ini riil di daerah, sebab hasil perubahan dirinya sebagai guru penggerak belum terlihat nyata, apalagi menggerakkan rekan-rekan untuk jadi pemimpin pembelajaran, bukan kuantitas dari lulusan guru penggerak tapi kualitas yang diharapkan, dana banyak keluar tapi apakah seimbang dengan kualitas bagi perubahan peningkatan pendidikan di Indonesia? Mari kita renungkan! Dulu guru guru berprestasi layak diangkat jadi kepsek, kepsek berprestasi layak jadi pengawas, ini proses puluhan tahun, tapi apakah yang hanya 9 bulan bisa?
  • Bapak/Ibu, jangankan guru penggerak yang notabene masih butuh dukungan dari pengelola sekolah, yang sekolah penggerak saja yang notabene di sokong penuh dengan pembiayaan yang lebih dari sekolah lain, bukan saja untuk gurunya, tapi juga untuk program dan sarpras nya ya sama juga… Ada beberapa yang tidak signifikan perubahannya. Kenapa saya katakan demikian di Jawa Barat ada kegiatan Atraksi. Ajang tampil kreatif sekolah penggerak. Itu gak semua sp mengirim wakilnya. Artinya yg ga ngirim ini mereka ngapain aja? Masa ga ada program yang unik yang bisa ditampilkan.
  • Di daerah kami juga guru penggerak banyaklah acara diluar wilayah kecamatan, kelas ditinggalkan apo karena masih baru dibutuhkan guru pamong oleh calon guru penggerak, kalau aku sudah kadaluwarsa untuk guru penggerak dan dak sanggup untuk guru pengajar praktek.
  • Kalau GP masih mungkin tidak berdaya, karena bisa jadi mereka tidak punya power di sekolahnya untuk mengoalkan program-program perubahannya. GP yang berdaya itu biasanya yang sudah jadi pengelola sekolah.
  • Sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya.. Dan segemuk-gemuknya ikan pasti ada duri/cucuknya…tinggal kita mau fokus ke durinya atau ke dagingnya
  • Tidak semua guru penggerak yang di beri label seperti di atas.
  • Ini bukan masalah cara pandang, tapi ini program yang disusun oleh pakar, jadi mestinya ada evaluasi agar PGP bisa berjalan efektif, efisien, dan optimal, harus ada pengawasan terhadap lulusannya, signifikan ga dengan peningkatan mutu pendidikan, guru dan siswanya.
  • Semoga bisa menjadi evaluasi bagi pemerintah karena dana yg dikeluarkan sangat besar sedangkan hasil yang didapat TDK sesuai kita mendukung program pemerintah yang sangat bagus memang benar seharusnya ada pengawasan biar bisa menjadi evaluasi.
  • Barangkali suatu saat yang ada di group ini bisa sharing dengan mas menteri akan menjadi lebih baik dan menyuarakan suara hati kita selaku kepala sekolah.
  • Semua program pasti ada baik dan tidak tinggal dilihat mana yang dominan. Sekarang apa ada nilai tambah bagi dunia pendidikan, setelah ada guru penggerak.
  • Maaf bukan bermaksud pamer tapi ini nyata, SDN 1 jatimulya tidak punya guru penggerak bisa dapat nilai A = 94 akreditasi 2023 November, ini atas kerjasama guru siswa kepsek komite, yang bisa membuktikan ke asesor.
  • Mudah mudahan yang teman-teman sampaikan didengar juga oleh para petinggi khususnya di kementrian….tetap semangat…..Kepala sekolah hebatttt……
  • Sesuai statement ini, Guru Penggerak tidak melakukan perubahan disekolah terkadang karena tidak ada dukungan dari sekolah itu sendiri entah itu dari atasan dsb nya.
  • Gimana mau bergerak coba? Dan tidak semua Guru Penggerak selalu meninggalkan kewajiban di sekolah. Tetap profesional menjalankan kewajiban terlebih dahulu.
  • Benar… Ketika GP punya program, lalu tidak disetujui oleh pengelola sekolah, entah itu KS, Wakil KS atau yayasan dengan alasan dana misalnya. GP yang angkatan 1 itu gak dijanjikan jabatan. Mulai angkatan 4 atau 5 kan yang dijanjikan jabatan.  Artinya memang angkatan 1 dan angkatan2 awal menjadi GP dengan motivasi merubah diri menjadi lebih baik.
  • Nah, di tempat saya selama mengikuti program Guru Penggerak, murid tidak di terlantarkan, Guru Penggerak tetap menjalankan tugas mengajar.
  • Mengingat betapa strategisnya peran guru penggerak dalam memajukan pendidikan di Indonesia pada masa mendatang, tentunya kita berharap bahwa program ini dapat terlaksana hingga tuntas dan berkelanjutan. Jangan sampai program ini bersifat hangat-hangat tahi ayam, hanya menggebrak di awal saja tetapi kemudian melempem di tengah jalan. Tentunya, kekhawatiran tersebut sangat beralasan mengingat seringkali program peningkatan kompetensi guru terhenti begitu saja karena pergantian kekuasaan. Ganti menteri, ganti program, ganti kebijakan. Jika itu yang terjadi, maka sebagus apapun program peningkatan kualitas pendidikan kita tidak akan pernah membuahkan hasil yang signifikan.
  • Semoga nasibnya tdk spt guru inti dan guru pemandu di kurikulum sebelumnya.
  • Siapapun dan dimanapun kita berproses…..Mohon tetap menjadi guru yang luar biasa di hati anak-anak kita….dan yang paling penting adanya kita di sekolah menjadi guru yang selalu ditunggu kehadirannya oleh anak anak kita di sekolah.
  • Saya pernah berproses di PGP Angkatan 5 dan saat ini mendapat tugas sebagai kepala sekolah…tapi jujur saja jika harus memilih lebih baik saya jadi guru yang bisa secara langsung berinteraksi dengan anak-anak saya di sekolah…karena canda mereka sangatlah INDAH.

Demikianlah komentar bapak ibu kepala sekolah tentang kegiatan guru penggerak di sekolahnya masing-masing. Omjay hanya bisa bertanya, apa kabar guru penggerak?

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com