Etika atau Etis Bermedia Digital
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat melakukan etika atau etis dalam menggunakan media digital dalam kehidupan sehari-hari.
Peta Konsep
Kata Kunci
Pertanyaan Pemantik
Apa itu Etika atau Etis Bermedia Digital?
Etika digital adalah serangkaian aturan dan prosedur yang dibuat untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi digital. Etika bermedia digital mencakup prinsip dan aturan yang mengatur perilaku pengguna di media sosial, seperti menghormati privasi orang lain, menghindari tindakan yang merugikan atau mengancam, menghindari penyebaran informasi palsu, menghormati perbedaan pendapat, dan menghindari penyalahgunaan platform untuk kepentingan pribadi.
Ada empat pilar terkait etika bermedia digital, yaitu kesadaran penuh dalam berperilaku, integritas, bertanggung jawab akan akibat yang timbul dari bermedia digital, dan kemampuan untuk menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika bermedia digital dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa kita perlu belajar Etis Bermedia Digital?
Setelah memahami apa itu etika dan etiket, selanjutnya kita akan membahas mengenai etika digital. Menurut Siberkreasi & Deloitte (2020), etika digital merupakan sebuah kapabilitas individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam beraktivitas sehari-hari. Hal ini memiliki arti, bahwa dalam menggunakan media digital seharusnya diarahkan pada suatu perilaku etis demi kebaikan bersama. Tentunya, untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan.
Hal ini krusial untuk diimplementasikan, mengingat di Indonesia memiliki berbagai macam latar belakang yang kerap menyebabkan perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi dalam berinteraksi di internet, dapat menimbulkan berbagai konflik. Oleh karena itu, untuk meminimalisir konflik yang akan terjadi diperlukan etika dalam bermedia digital.
Berbagai interaksi yang terjadi di dunia digital harus memperhatikan etika digital. Etika digital, akan mengatur batasan dalam berperilaku di dunia digital. Lantas, bagaimana jika etika digital tidak diimplementasikan, atau bahkan diabaikan oleh warganet? Hal tersebut akan menimbulkan berbagai tindakan negatif di dunia maya seperti perundungan di dunia maya (cyber bullying), penyebaran informasi yang tidak valid (hoaks), pelecehan seksual, ujaran kebencian (hate speech), dan persebaran konten pornografi (Shina et al., 2021).
Maka dari itu, untuk menghindari berbagai tindakan negatif tersebut diperlukan pemahaman oleh setiap pengguna internet, mengenai penerapan etika digital dalam beraktivitas sehari-hari di dunia digital.
Etika dan etiket dalam melakukan aktivitas sehari-hari di internet, di antaranya etika, adalah tidak menggunakan huruf besar atau kapital, jika mengambil atau mengutip sumber dari internet, kutiplah seperlunya dan mencantumkan sumber. Lalu, menggunakan email sebagai pesan pribadi. Menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melanjutkan email (forward message) ke orang lain.
Selanjutnya, etiket berinternet antara lain, tidak menggunakan huruf kapital semua, menulis isi email dengan ejaan yang benar dan tulisan yang sopan, membiasakan diri untuk mengisi subjek email agar mempermudah penerima pesan.
Siswa juga menghormati hak cipta milik orang lain, serta menghormati privasi setiap individu. Selain itu, tidak menggunakan kata-kata yang memiliki arti kasar dan vulgar.
Internet merupakan sebuah anugerah yang dapat memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Terdapat berbagai informasi yang dapat diakses. Akan tetapi, internet dapat menjadi sebuah malapetaka manakala ia hanya bisa mengendalikan kita tanpa dibentengi dengan etika digital.
Etika, eksis sebagai sesuatu yang mengingatkan kita tentang bagaimana teknologi sebagai anugerah bagi manusia, yang pada dasarnya memerlukan kesadaran dalam diri kita. Kesadaran tersebut, mencakup bagaimana kita bertindak semestinya dalam dunia digital.
Karena itulah, etika digital sebagai landasan atau pedoman dalam berperilaku dan beraktivitas sehari-hari di dunia digital. Etika digital, mengingatkan kita untuk bertanggung jawab, berintegritas, dan menerapkan nilai-nilai kebijaksanaan antarindividu dalam berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi, dan berkolaborasi dalam beraktivitas di dunia digital.
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/544711/bermedia-digital-dengan-etis-pentingkah
Etis dalam bermedia digital ada 4 yaitu:
1. Etis dalam Mengakses
2. Etis dalam Berinteraksi
3. Etis dalam Berpartisipasi
4. Etis dalam Berkolaborasi
Prinsip Etis dalam Bermedia Digital
Etis dalam Mengakses
Kegiatan pertama dalam bermedia digital yaitu mengakses media digital. Baik itu media digital sebagau suatu perangkat, maupun media digital sebagai “penyedia” konten digital.
Mengakses perangkat digital, kita akan mulai dengan memilih gadget yang meliputi hardware, dan software termasuk sistem aplikasi dalam berbagai koneksi perangkat digital. Etis bermedia dalam akses perangkat digital, misalnya memilih perangkat digital yang legal. Jelas reputasinya dan bisa dipertanggungjawabkan standarnya. Tindakan etis ini juga demi keamanan digital yang akan melindungi segala identitas digital kita nantinya.
Perangkat digital yang legal, dan sesuai standart akan memberi opsi perlindungan data kita. Baik itu dengan jaminan atau insurance maupun dengan pilihan bebas kita untuk menggunakan ataupun mengabaikannya.
Mengakses aplikasi digital juga secara etis adalah sesuai peruntukan dan sesuai usia. Beberapa aplikasi memang mensyaratkan usia yang boleh mengakes. Maka tindakan manipulatif dalam hal usia merupakan tidankan yang tidak etis.
Mengakses media digital artinya juga mengakses konten yang ada disana. Tindakan etis dalam hal ini adalah hanya mengakses sesuai yang dibutuhkan, sesuai usia, akses konten yang bermanfaat dan positif dalam meningkatkan kwalitas kehidupan sebagai manusia.
Etis dalam Berinteraksi
Setelah mengakses perangkat digital dan mengakses konten, kita kemudian berinteraksi di ruang digital. Pertama kita akn memilih identitas digital kita. Nama yang baik tentu saja. Foto diri yang pantas, dan informasi diri yang memang layak dibagikan kepada orang-orang yang telah lama dikenal maupun yang akan dikenal kemudian hari. Selanjutnya terdapat komunikasi dan kontak digital. Ruang digital yang luas dan berisi akun-akun yang heterogen, membuat komunikasi semakin kompleks. Namun dengan menggunakan bahasa yang baik, berbagi cerita dengan sopan, berbincang dengan egaliter, beropini dengan cantik adalah contoh berinteraksi secara etis.
Kita saling menyapa dengan sapaan yang pantas, memanggil dengan panggilan yang semestinya, mendukung unggahan yang patut didukung atau dipuji, dan tidak berlebihan didalam merespon suatu unggahan yang berbeda dengan minat dan kepentingan kita, juga merupakan perilaku etis dalam berinteraksi.
Janganlah ada lagi memanggil seseorang atau sekelompok orang dengan nama-nama binatang, atau makhluk yang lebih rendah dari manusia.
Janganlah menggunakan perbedaan fisik atau fenotip orang lain ataupun perbedaan suku, ras, dan antar golongan sebagai identitas maupun konten yang merendahkan.
Etis dalam Berpartisipasi
Lebih jauh sebagai netizen adalah berpartisipasi yang merupakan kompetensi literasi digital yang lebih tinggi. Kita mulai saling berbagi karya dan status di sosial media. Namun, tidak semua hal yang kita dapatkan mesti dibagi begitu saja. Kadang perlu disusun kembali, kadang harus ditampilkan persis apa adanya, atau bahkan kadang juga tidak perlu dibagikan lebih lanjut. Semua itu memerlukan kompetensi melakukan analisis, ferivikasi kebenaran sumber dan faktanya, serta mengevaluasi
apakah itu bermanfaat atau tidak?
Berpartisipasi artinya juga aktif sebagai netizen. Terpanggil untuk membuat ruang digital aman dan nyaman bagi sesama pengguna. Netizen dewasa berpartisipasi pada pendidikan untuk generasi muda. Generasi muda berpartisipasi dalam membangun ruang-ruang yang lebih menyenangkan, kreatif, dan semangat kekinian. Saling mengingatkan, saling mendukung, saling memberi, dan saling memahami perbedaan.
Etis dalam Berkolaborasi
Sebagai puncak kompetensi literasi digital yaitu kemampuan dalam berkolaborasi. Membangun jejaring yang produktif. Tidak hanya antar golongan, lintas daerah, jika perlu melewati batas-batas budaya dan negara. Kolaborasi juga bisa diartikan sebagai kemampuan dalam memadukan daringdan luring dalam kerja-kerja nyata di berbagai bidang. Mungkin ada jejaring yang fokus pada isu lingkungan, lainnya fokus pada isu pendidikan, isu-isu kemanusiaan, isu kesehatan, isu-isu industri kreatif, peningkatan sumber ekonomi, isu informasi & komunikasi, bahkan juga bisa isu-isu politik.
Pilar etis menyoroti kemampuan memilih jaringan yang sesuai dengan minat dan panggilan semangat (passion). Kolaborasi membutuhkan kematangan diri untuk saling menghargai sehingga sebuah isu bisa diperbincangkan dan mendapat solusi untuk kebaikan bersama. Berserikat atau berkelompok menjadi penting di era digital. Sebab dengan berkelompok, kita memiliki sumber daya yang lebih kuat. Saling melengkapi, saling belajar, saling bertukar pikiran, dan saling mendukung.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
One thought on “Etika atau Etis Bermedia Digital”