Budaya Positif
Setelah mempelajari materi budaya positif.
ternyata selama saya melakukan guna untuk meningkatkan karakter siswa melalui kedisiplinan, namun hal yang bersifat negatif setiap saya membangun pemahaman terhadap siswa dengan memberikan hukuman dan hal yang menakutkan siswa. namun tidak membangun budaya kesadaran diri dan refleksi diri untuk memperbaiki, justru yang ada hanya menakuti dan membuat karakter anak menjadi lemah. selama ini budaya positif tidak dikembangkan sepenuhnya dan diterapkan. saya menyadari itu dan perlunya dilaksanakan budaya positif di sekolah dan kelas. dengan menggunakan segitiga restitusi. perlunya guru sebagai manajer untuk mengkontrol dan menumbuhkan nilai budaya positif di kelas dan sekolah .
Budaya Positif
Setelah mempelajari materi sebelumnya dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting seorang guru memahami siswanya, jika dikaitkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara sudah sangatlah tepat sekali bahwa mengajar tidak hanya menyampaikan materi saja namun harus memikirkan keberpihakan kepada siswa terkait apa yang dibutuhkan untuk dipelajari guna menyelesaikan permasalahan karena masing-masing siswa mempunyai potensi yang yang harus dikembangkan apalagi sekolah yang memiliki anak berkebutuhan khusus ini haruslah lebih intensif dalam mengetahui lebih awal potensi dan kebutuhan yang dibutuhkan siswa begitu juga dalam penyampaian dalam pembelajaran yang menyenangkan dan bahagia, tidak berhenti sampai disini lalu sebagai guru harus memiliki visi yang mencakup siswa, guru dan sekolah untuk masa depan. Selanjutnya kita melihat dan mengamati budaya positif apa saja yang sudah dilakukan oleh sekolah kita sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan.
Budaya Positif
Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi lebih memahami bagaimana menyikapi murid yang berperilaku tidak sesuai dengan keyakinan sekolah/kelas. Sebagai guru penggerak, saya harus mampu mencapai posisi kontrol sebagai manajer agar murid belajar mempertanggungjawabkan perilakunya dan dapat menemukan solusi dari masalah yang telah ditimbulkan.
Budaya Positif
Pada saat menyusun visi guru Penggerak, dalam kalimat rumpang “DI Sekolah saya mengutamakan pendidikan karakter dan pembiasaan baik. Salah satu hal pokok untuk pendidikan karakter adalah menumbuhkan budaya positif. salah satunya melalui disiplin positif. Ketegasan dalam membangun karakter disiplin tidak harus dengan hukuman tetapi dengan kesepakatan bersama yang dengan komitmen dan tanggung jawab dipatuhi bersama.
Budaya Positif
Setelah menyimak pengantar wal nodul 1.4 ini saya mulai sedikit memahami bahwa Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Maka dari itu untuk mewujudkannya diperlukan kegiatan-kegiatan yang merupakan pembiasaan yang kedepannya akan menjadis ebuah budaya yang benar-benar melekat bahkan menjadi “karakter” khusus sekolah tersebut.
Budaya Positif
Sejalan dengan Filosofif KI Hadjar Dewantara, pendidikan yang menuntun adalah skema pendidikan yang berpihak pada murid sebagai upaya membangun budaya positif. Dalam mengimplementasikan budaya positif yang bersumber pada nilai-nilai kebajikan universal, guru dapat mengawalinya dengan pembiasaan disiplin positif, maka perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara positif. Untuk itu guru dapat memerankan posisi kontrol yang tepat sebagai bagian dari upaya membangun budaya positif.
Untuk menjalankan budaya positif di sekolah semuanya membutuhkan waktu dan proses untuk mengimplementasikan, akan tetapi dengan bermodal komitmen umntuk menumbuhkan pemahaman, kesadaran, dan keyakinan, serta sinergi antar stakeholder maka hasilnya akan dapat terlihat dan dirasakan oleh murid.
Budaya positif
Setelah mempelajari pengantar pada modul ini, saya belajar bahwa menanamkan budaya positif di sekolah dapat dimulai dari guru sebagai motor penggerak. Guru harus semangat dalam menanamkan budaya positif di sekolah. Jika menilik dari budaya positif menurut saya, budaya positif adalah nilai atau kebiasaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai – nilai positif yang diajarkan di sekolah. Adanya nilai tersebut tentu harus melalui proses pembiasaan yang konsisten dilakukan secara terus menerus agar nilai – nilai dapat membudaya di lingkungan sekolah. Di sekolah saya sangat menjunjung tinggi toleransi, maka yang dilakukan agar nilai toleransi dapat menjadi budaya positif di sekolah dengan cara memberi sosialisasi pada warga sekolah tentang toleransi, melakukan kegiatan bersama lintas agama, suku supaya terbentuk rasa kekeluargaan.
Budaya Positif
Budaya positif adalah sebuah kebiasaan baik yang dilakukan secara kontinyu dan konsisten guna mencapai hasil yang maksimal. Dalam dunia pendidikan tentulah hal ini merupakan kebiasaan baik yg harus dilakukan bukan karena keterpaksaan dan hukuman namun lebih kepada upaya penyadaran diri akan pentingnya prilaku positif sebagai sebuah budaya.
Budaya positif
Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Kebiasaan baik dan dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah habit/ watak yang terbentuk. Habit yang terbentuk menunjukkan ada budaya yang sudah terbentuk. habit postif yang terbentuk maka budaya yang terbentuk pun budadaya positif, sebaliknya, jika habit yang terbentuk negatif maka budaya yang tercipta pun nilainya akan negatif. Dalam dunia pendidikan budaya positif menjadi hal penting yang harus menjadi luaran dari sebuah sistem pendidikan yang berjalan. Dalam filofosi KHD menunjukkan berbagai budaya positif dalam melayani murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Filosofi KHD terinternalisasi ke dalam nilai-nilai guru penggerak yang berpihak pada murid, mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif. Visi guru penggerak yang menginternalisasikan murid impian dan inkuiri apresiatif yang dengan menggunakan manajemen perubahan yaitu BAGJA. Filosofi KHD, nilai dan guru penggerak dilakukan secara kontinu maka akan terbentuk budaya positif.
BUDAYA POSITIF
Guru Penggerak adalah pemimpin perubahan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. Dalam modul 1.1, kami telah diajarkan bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara mendidik anak dengan prinsip berpihak pada murid. Dilanjutkan dengan modul 1.2 untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid, kami diajarkan bagaimana nilai-nilai dan peran dari seorang guru penggerak dengan sebelumnya diawali oleh materi kebutuhan dasar manusia. Kemudian pada modul 1.3 kami diajarkan bagaimana membuat Visi denga metode Inkuiri Apresiatif. Semua itu tentunya untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Kini di modul 1.4 kami diajarkan bagaimana cara membuat Budaya Positif di sekolah sehingga pendidikan dan pengajaran akan berjalan lancar dan murid merasakan kebahagiaan saat belajar di sekolah. Budaya positif juga mampu membentuk murid memiliki karakter pribadi yang baik, dalam hal ini murid diharapkan memikili karakter Profil Pelajar Pancasila. Semoga pada sepanjang jalan mempelajari modul 1.4 ini, kami dimampukan untuk merancang, menerapkan, dan mengevaluasi kembali budaya positif yang kami terapkan pada sekolah kami.
Modul 1.4 Budaya Positif
Setelah mempelajari materi sebelumnya dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting seorang guru memahami siswanya, jika dikaitkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara sudah sangatlah tepat sekali bahwa mengajar tidak hanya menyampaikan materi saja namun harus memikirkan keberpihakan kepada siswa terkait apa yang dibutuhkan untuk dipelajari guna menyelesaikan permasalahan karena masing-masing siswa mempunyai potensi yang yang harus dikembangkan apalagi sekolah yang memiliki anak berkebutuhan khusus ini haruslah lebih intensif dalam mengetahui lebih awal potensi dan kebutuhan yang dibutuhkan siswa begitu juga dalam penyampaian dalam pembelajaran yang menyenangkan dan bahagia, tidak berhenti sampai disini lalu sebagai guru harus memiliki visi yang mencakup siswa, guru dan sekolah untuk masa depan. Selanjutnya kita melihat dan mengamati budaya positif apa saja yang sudah dilakukan oleh sekolah kita sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan.
Budaya Positif
Setelah kita belajar bersama tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Seorang guru penggerak dapat memahami pentingnya membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk membantu mencapai visi guru penggerak. Dalam modul ini juga akan mempelajari bagaimana peran seorang pemimpin dalam menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, meyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif disekolah yang berpihak pada murid, Sekolah merupkan tempat pembentukan karakter, oleh karena itu budaya positif perlu diciptakan diterapkan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan.
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai kebajikan, keyaknan-keyakinan, kebiasaan- kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang, memiliki pribadi yang berkarakter kuat, mandiri, kritis , penuh hormat dan bertanggung jawab.
Budaya Positif Sekolah
Budaya positif yang telah ada di sekolah saya adalah pembiasaan penyambutan murid, upacara bendera, melakukan pembiasaan olah raga senam, makan menu sehat, kegiatan english day literasi numerasi di hari kamis, pembiasaan shalat berjamaan kegiatan keagamaan. Pembiasaan ini merupakan bagian yang rutin dilakukan untuk pembentukan karakter positif dan bekal keterampilan hidup murid di masa depan.
Budaya Positif
Modul 1.1, 1.2 dan 1.3, kita telah belajar bersama tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Pentingnya membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk membantu Bapak dan Ibu mencapai visi guru penggerak. Di modul 1.4 kita akan mempelajari bagaimana peran seorang pemimpin pada sebuah institusi dalam menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, meyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid. Dalam membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif.
Modul ini juga akan mengajak kita untuk memikirkan kembali kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas, serta strategi apa yang perlu diterapkan yang berpihak pada murid. Selanjutnya kita akan mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan ‘Manajer’ serta bagaimana seorang ‘Manajer’ menjalankan pendekatan disiplin yang dinamakan Restitusi. Di sini kita akan mendalami bagaimana pendekatan Restitusi fokus untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang selanjutnya dapat menumbuhkan murid-murid yang bertanggung jawab, mandiri, dan merdeka. Dalam rangka menciptakan budaya positif, penerapan disiplin positif dipraktikkan untuk menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin sekolah hendaknya berjiwa kepemimpinan serta dapat mengembangkan sekolah dengan baik yaitu dengan menciptakan lingkungan yang positif sehingga terwujud suatu budaya positif. Demikian juga dengan warga sekolahnya; setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki kompetensi standar minimal di mana mereka memiliki kesamaan visi serta nilai-nilai kebajikan yang dituju, serta berupaya mewujudkannya dalam pembelajaran yang aplikatif yang mengupayakan pemberdayaan murid agar dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat.
Jadi kita sebagai pendidik perlu melakukan refleksi terhadap cara kita dalam rangka mendisiplinkan murid dengan prinsip berpihak pada murid.
Mutmainah A7.31.D
Pada modul 1.4 ini kita akan mempelajari tentang Budaya Positif di Sekolah.
Belajar adalah kunci dari mengajar. Belajar adalah modal mengajar. Budaya di sekolah harus dapat membentuk karakter murid, guru, dan visi misi sekolah. Selain itu kita juga dapat belajar memproses disiplin positif yang ada di sekolah yang nantinya akan menjadi perubahan baru yang akan menggerakkan seluruh komponen yang ada di sekolah.
Untuk menciptakan budaya positif memerlukan kerjasama seluruh komponen yang ada di sekolah karena semua tidak akan tercapai apabila hanya dilakukan oleh pendidik saja.
Modul 1.4 ini diharapkan bisa menjadi tempat pembelajaran, wadah untuk berdiskusi dan menumbuhkan semangat diantara para pendidik untuk membentuk pribadi-pribadi yang penuh kontrol pada diri dan karakter yang kuat yang menjadi penggerak bagi para pendidik dan komponen di sekolah yang sangat penting untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Budaya Positif
Budaya positif yang merupakan perwujudan dari nilai – nilai dan kebiasaan yang baik sangatlah perlu diterapkan dan dikembangkan di sekolah agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan tanggung jawab pada guru dan temannya. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah harus menyediakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman. Dalam mewujudkan budaya positif, seorang guru memegang peranan penting. Seorang guru sangatlah perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah.
Budaya Positif
Budaya Positif
Memasuki modul ini setelah mempelajari modul 1,1 sampai dnegan 1.3, ada pemcerahan dari dalam diri saya, Bahwa begitu mulianya pemikiran dan konsep-konsep Ki Hajar Dewantara yang saya pelajari pada modul 1.1 sehingga semakin mengetahui bagaimana menjadi seornag guru yang mamahmi siswa, dilanjutkan dengan peran guru penggerak pada modul 1,2, Pada modul 1,2 kita diminta untuk mamehami dan mengaitkan perannkita sebagai seorang guru dengan peran kita sebagai guru penggerak dikaitkan dengan konsep dan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa mengajar tidak mhanya mentransfer ilmu tanpa ,memikirkan siswa, tetapi mengajar haruslah memikirkan keberpihakan kepada murid, dengan apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka dan menyampaikan pembelajaran dengan menyenangkan sehingga siswa merasa senang dab bahagia. Melanjutkan pada modul 1.3 kembali saya mendapatkan materi yang kuar biasa bahwa sebagai seorang guru penggerak kita harus memiliki cita-cita yang dituangkan dalam sebuih visi kita di masa depan, baik dari murid, sekolah maupun diidr kita sendiri. Maka di modul 1,4 ini memiliki keterkaitan antar modul, bahwa pada modul 1,4 ini kita diminta untuk memahami, melihat sekeliling kita budaya-budaya positif yang sudah dilakukan di sekolah kita,, Budaya positif menjadi hal yang penting dalam menciptakan suasana pembelajaran di sekolah yang nyaman sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada siswa.
Budaya Positif di Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana segala sesuatu harus “ideal” , dimana pendidik melakukan semua hal yang positif yang nantinya akan menjadi contoh murid.
Budaya positif yang ada di sekolah menumbuhkan nilai dan karakter murid yaang akan menjadi bekalnya pada masa yang akan datang
Budaya positif yang sudah ada di sekolah misalnya 5S, kedisiplinan yang tertuang dalam peraturan sekolah, dan budaya kebersihan.
Budaya Positif di Sekolah
Budaya positif yang sudah diterapkan di sekolah saya adalah melalukan pembiasaan 5S, melakukan pembiasaan senam dan makan bergizi bersama, melakukan pembiasaan sholat dhuha dan tadaruz atau ibadah bagi yang non muslim.
Budaya positif tersebut dilakukan untuk memupuk nilai baik dan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang berkualitas.
Budaya Positif Sekolah
Setelah mempelajari filosofi pendidikan KHD , Nilai – nilai dan peran guru pengerak dan visi guru penggerak . Maka Budaya positif ini sangat penting untuk di bangun di sekolah dengan menyesuaikan filosofis KHD pendidikan yang berpihak pada murid dan guru penggerak harus mampu menggerakkan komunitas yang ada di sekolah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan berpihak pada anak . Disekolah kami sudah mulai kami terapkan slah satu budaya positif dengan menyapa siswa di pagi hari di depan sekolah pada saat anak memasuki lingkungan sekolah dan ada kegiatan kerohanian di hari jumat dan lainnya kegiatan itu diharapkan untuk anak mempunyai krakter yang baik.
Budaya Positif Sekolah
Budaya positif disekolah adalah budaya dan iklim yang menjadi suatu pembiasaan sekolah dan telah mengakar kuat. Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, pendidikan berpihak kepada murid sesuai kodrat dan jaman, maka budaya positif tersebut juga disesuaikan dan diwujudkan dalam visi sekolah melalui prakarsa perubahan dengan inkuiri apresiatif. Adapun budaya positif disekolah kami yang telah mengakar kuat antara lain; budaya 5 S ( senyum,sapa,salam,sopan dan santun ) , tadarus dan kerohanian . Pembiasaan tersebut terus dipertahankan dan dikembangkan untuk menghasilkan murid berkarakter, disiplin dan bertanggung jawab
Budaya Positif
Setelah mempelajari modul 1.1 sampai dengan modul 1.3, dilanjutkan modul 1.4 tentang Budaya Positif.
Budaya positif yang telah kami laksanan di sekolah adalah penerapan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab, salah satunya melalui kegiatan pembiasan-pembiasan pagi dari hari senin hingga jum’at.