Selamat pagi kawan-kawan. Sarapan apa pagi ini? Omjay sarapan dengan ketupat sayur. Makanan ini dijual orang di pinggir jalan pemuda. Tepatnya di dekat sebelah kanan depan pintu masuk Labschool Jakarta. Pokoknya gampang banget ketemunya. Sebab mudah dilihat dari jalan pemuda.
Ketupat sayur hanya ada di pagi hari saja. Tepat pukul 8, biasanya mereka sudah keliling dan menjajakan dagangannya ke berbagai tempat. Semua itu mereka kerjakan dengan ikhlas hingga siang hari. Mereka adalah orang-orang yang menjemput rezeki di pagi hari. Mencari orang yang belum sarapan pagi.
Dokpri
Harga ketupat sayur tidak mahal. Kalau pakai telor Rp. 13.000 dan tidak pakai telor Rp. 10.000. Kalau tidak punya uang, ngomong aja sama pakde Mulyono. Pasti akan diberikan gratis oleh beliau. Begitulah cerita pakde Mulyono kepada Omjay. Beliau akan dengan senang hati membantu sesama.
Kami ngobrol santai sambil menikmati ketupat sayur. Beliau akan memberikan harga murah buat mereka yang memang benar-benar membutuhkan sarapan pagi. Kadang ada yang membayar Rp. 5000 sampai Rp. 7.000 untuk sepiring ketupat sayur. Semua itu beliau terima dengan niat menolong sesama.
Dokpri
Pakde Mulyono berangkat dari rumah kontrakannya habis sholat subuh. Beliau berjalan kaki dan mendorong gerobaknya. Dari velodrom Rawamangun hingga hutan kayu dijalaninya. Terkadang beliau sengaja tidak pakai alas kaki. Supaya kakinya kuat dan sehat. Selain di depan jalan pemuda, beliau berjualan sampai jalan hutan kayu Jakarta Timur. Semua itu ditekuninya setiap hari. Termasuk juga hari libur Sabtu dan Minggu.
Dokpri
Laki-laki berusia 62 tahun ini bercerita kalau sehari bisa dapat uang di atas Rp. 500.000 kalau lagi ramai. Kalau habis semua bisa dapat Rp. 650.000. Nah, modalnya sekitar Rp. 170.000 sampai Rp. 200.000. Kalau sepi pembeli, pernah beliau alami hanya dapat Rp. 150.000. Beliau menerima dengan ikhlas. Jadi sehari bisa laku 50 piring. Itulah targetnya setiap hari. Kalau ditotal penghasilannya sebulan bisa Rp. 9.000.000. Jadi itu pemasukan kalau ramai pembeli setiap hari. Paling kecil Rp. 3.000.000 kalau sepi pembeli. Alhamdulillah dengan penghasilan segitu, beliau bisa bertahan hidup di kota Jakarta.
Dokpri
Pakde Mulyono sudah berjualan ketupat sayur dari tahun 1987. Anak dan istri tinggal di Sragen. Beliau tinggal seorang diri di kota Jakarta untuk mencari sesuap nasi. Kalau sayuran labu tidak habis, maka langsung dihangatkan. Supaya bisa dijual esok hari dan tetap enak rasanya. Beliau sudah punya cucu dari 5 orang anak. Cucunya sudah sekolah di SMA. Alhamdulillah semua anaknya sudah hidup mandiri dan bekerja di Jawa tengah. Beliau berjualan ketupat sayur keliling karena untungnya lumayan buat biaya hidup keluarga. Beliau cerita kalau dari jualan ketupat sayur dapat menyekolahkan anak-anaknya di desa.
Dokpri
Demikianlah kisah Omjay kali ini. Omjay belajar bisnis dari pakde Mulyono. Beliau orang yang pantang mengeluh dan tekun dalam bekerja. Baginya, rezeki itu harus dijemput dan setiap orang sudah punya rezekinya masing-masing. Tak akan mungkin tertukar.
Ayo kita jemput rezeki dengan terus berusaha dan berdoa. Seperti pakde Mulyono yang terus bekerja di hari tua. Omjay belajar bisnis dari beliau. Asalkan halal dan dikerjakan dengan rasa senang, pastilah tidak akan merugi. Seperti pakde Mulyono yang tidak pernah merugi setiap hari. Selalu bersyukur kepada Allah dan ikhlas menerima rezeki dari apa yang telah dikerjakannya.
Terima kasih Pakde Mulyono atas inspirasi dan motivasi nya pagi ini. Dimana ada kemauan disitulah selalu ada jalan.
Dokpri
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Belajar Bisnis dari Tukang Ketupat Sayur”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/637ab97c4addee26b15ae452/belajar-bisnis-dari-tukang-ketupat-sayur?page=all#sectionall
Kreator: Wijaya Kusumah
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com