Mendidik Dengan Hati

Artikel
Tidak semua pemukulan guru adalah kriminal !!!

ANDA PILIH MENEGAKKAN HAM (HAK ASASI MANUSIA) , ATAU AKHLAK ANAK KITA BOBROK???
HAM TAK PERNAH BERBUAT APA APA KETIKA AKHLAK ANAK RUSAK, tetapi ketika anak dicubit untuk didisiplinkan HAM berbicara LANTANG
……………………………………………………

MENDIDIK DENGAN HATI
Oleh: Marjuki

Tulisan ini sengaja ikut merespon artikel di atas. Artikel di atas mengisahkan adanya pemukulan murid oleh guru dan berujung di pengadilan. Akhirnya hakim yang memimpin sidang membebaskan pak guru dari tuduhan kriminalisasi. Hakim membebaskan sang guru karena hakim juga pernah dididik oleh guru tersebut, bahkan pak hakim turun mendekati pak guru untuk memcium tangannya.

Zaman sudah berubah. Kita sudah berada di zaman disrupsi (disruption). Era dimana zaman, budaya, kebiasaan tercerabut dari akarnya.

Kita tidak lagi ternibobokan dengan masa lalu, dan zaman duhulu kala. Kita tidak akan kembali ke zaman itu. Sekarang Era milenial. Era digital. Era keterbukaan. Era dimana para guru punya hak. Era murid punya hak. Era orang tua punya hak. Masyarakat pun juga punya hak.

Kita dituntut menghargai anak. Apa pun kondisi anak. Orang tua di rumah sering disebut orang tua jasmaniah karena terbatas pada memberikan kebutuhan makan, minum, hidup nyaman, dll yang sifatnya kebutuhan fisik, jasmaniah. Guru sering disebut orang tua spiritual, ruhaniah yang mendidik, mengajar, melatih, memberikan teladan, bahkan menjadi idola anak didiknya. Jadi guru pun juga menjadi orang tua di sekolah.

Jika ada anak melakukan kesalahan kekhilafan tentu saja guru mengedukasi dengan kasih sayang. Guru tidak akan melakukan kekerasan, kriminal karena yang dihadapi adalah anak sendiri. Guru tidak gelap mata, membabi buta, apalagi gebyah uyah.

Guru adalah teladan. Apa pun yang dilakukan guru akan menjadi contoh, model, pedoman anak-anak. Jika guru mengajar dengan marah-marah, anak berkesimpulan. Oh ternyata boleh ya memarahi anak di depan umum. Ketika guru memukul anak, anak akan menyatakan oh bolehnya memukul anak di depan teman-temannya. Pandangan seperti ini akan dibawah anak sampai dewasa, sampai menjadi orang, bahkan sampai mati.

Jika kita mendidik anak dengan kemarahan, saat dewasa anak terbiasa marah-marah. Jika kita mengajarkan anak dengan memukul bukan tidak mungkin saat dewasa sering tawuran, bahkan menjadi ketua Geng tawuran. Jika kita mengajarkan dengan tidak menghargai bukan tidak mungkin saat dewasa sering meremehkan, melecehkan temannya, kerabatnya, orang lain, bahkan berani melecehkan gurunya sendiri, termasuk orang tuanya sendiri.

Kita diminta mendidik anak dengan hati. Kasih sayang kita jadikan panglima. Jika kita melihat anak aneh-aneh, katanya nakal, arogan, bandel. Ketahuilah itu sebenarnya anak-anak yang cerdas, anak-anak yang IQ tinggi, anak-anak yang berbakat, anak-anak yang sejak lahir sudah memiliki segala potensi tidak lain anugerah dari Allah SWT. Kadang mengapa ada anak-anak tampak aneh-aneh? Hakikatnya mereka memiliki banyak kelebihan dibanding teman-temannya di kelas. Mereka tidak terlayani. Pembelajarannya membosankan, pembelajaran tidak menarik, pembelajaran gebyah uya. Anak di kelas dipukul rata. Anak cerdas, pandai, IQ tinggi disamaratakan dengan anak-anak rata-rata, anak kebanyakan, bahkan anak-anak di bawah rata-rata atau anak lower. Jika anak tidak terlayani, anak akan kelebihan energi terkadang mengganggu temannya.

Pertanyaannya, apakah guru sudah kehabisan pendekatan, model, strategi, metode, cara untuk mendidik anak, untuk membelajarkannya? Katanya guru adalah dalang. Guru tidak akan kehabisan cara untuk mendidik anak. Jika guru kehabisan cara, strategi, metode di era sejarang ini, apakah masih berani mengajar, berani menjadi pendidik, berani menjadi teladan, berani menjadi idola anak-ana? Nyatanya guru tidak merasakan itu.

Guru melihat anak yang aneh-aneh sebaiknya menjauhi, menjaga jarak, menghajar sampai kapok, sampai babak belur, sampai menjadi penurut, atau membersamai mereka sampai kembali ke jalan yang benar, jalan fitrah sebagai hamba Allah. Guru jika melihat anak yang aneh-aneh, apakah melihat mereka sebagai anak nakal, bandel, preman, atau sebagai hamba Allah SWT yang peru dikasihani, perlu ditolong, perlu diselamatkan? Mereka semua hamba Allah SWT yang perlu ditolong, perlu perhatian, penanganan khusus. Mereka adalah hamba Allah SWT yang tidak beruntung, maka yang muncul rasa kasih sayang dibenak para guru.

Di lembaga mana pun tidak perlu lagi ada kekerasan, kriminalisasi apa pun alasannya. Tonjolkan rasa kasih sayang sebagaimana yang telah diteladankan, dicontohkan, diajarkan Rasulullah SAW.

Jika kita lihat para kyai, masya Allah, ramahnya, santunnya, kasih sayangnya kepada para santri. Tetapi sikap ini berhenti di situ. Kita sebagai guru, ustadz, ustadzah sering berbeda dengan para kyai cara mendidik, .mengajar, mengedukasi. Mari kita contoh nabi kita Rosulullah saw, para guru-guru kita, para alim, para ulama, para kyai dalam memanusiakan manusia.

Walaupun demikian, tidakan orang tua juga salah dan teramat salah jika masalah mendidik dibawah ke ranah hukum.

Semoga mencerahkan atau memperkeruh. Wallahu ‘alam bisshowab.

Gresik, 02 November 2022

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.