Saya dihubungi ibu Rosminiyati yang baik hati untuk membuat kata pengantar buku Romantika Keluarga. Buku ini merupakan kumpulan tulisan menarik dari para guru tangguh berhati cahaya yang mengajar di SMKN 2 Pangkalpinang. Saya merasa tersanjung diminta untuk memberikan kata pengantar buku yang sangat inspiratif ini. Saya seolah ikut mengajar di SMKN 2 Pangkalpinang.
SMK Negeri 2 Pangkalpinang merupakan sekolah teknologi tertua dan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Saya ikut merasakan kebesaran sekolah ini setelah membaca tulisan inspiratif kawan-kawan guru yang mengajar di sekolah ini. Jumlah siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang banyak dan berbagai prestasi tingkat regional dan nasional yang diraih, menjadikan sekolah ini sangat terkenal di masyarakat. Ikut menjadi bagian dari sekolah bergengsi di kepulauan ini menorehkan berbagai kesan mendalam dan sekaligus cerita saat kawan-kawan guru sudah berada di dalamnya.
Buku “Romantika Keluarga SMK Negeri 2 Pangkalpinang” berisi cerita tentang perjalanan menuju sekolah ini yang semakin berkemajuan dan berbagai peristiwa yang terjadi saat menjalaninya. Ada yang diwarnai prasangka, kekhawatiran, suka, duka, kecewa, bangga, harapan, perjuangan, keteladanan, bahkan pertemuan dengan cinta sejati dikisahkan secara terbuka. Saya membacanya dengan penuh antusias dan rasa bahagia.
Tema yang diusung pada buku ini adalah pengalaman yang paling berkesan selama menjalani profesi guru di SMK Negeri 2 Pangkalpinang. Para guru begitu bersemangat dalam menguraikan kisah mereka. Saya membaca kisahnya satu demi satu. Membuat saya merasakan menjadi guru di sekolah negeri di sana. Sekolah menjadi rumah kedua bagi mereka yang mengajar di sekolah ini.
Cerita yang terdapat di dalam buku ini sangat seru dan luar biasa. Banyak sekali pesan moral dan inspirasi yang dapat dipetik dari kisah-kisah yang diuraikan oleh para penulis. “Romantika keluarga SMK Negeri 2 Pangkalpinang” benar-benar menggambarkan kejadian nyata yang dialami penulisnya terkait sekolah sebagai rumah kedua yang dikemas dengan gaya penulisan yang khas masing-masing penulisnya. Gaya menulis yang berbeda, membuat buku ini memiliki keragaman cerita yang begitu menggoda pembaca.
Tak lupa dituliskan kisah seorang pemimpin kepala sekolah yang bersahaja. Kepedulian seorang pemimpin semakin hari semakin dapat dirasakan semua guru. Keteladanan ditunjukkan dengan sikap yang tidak dibuat-buat. Tutur kata yang santun sepertinya benar-benar menyatu pada sosok Kepala Sekolah. Namun sayang, Allah memanggilnya di usia muda. Kepergian kepala sekolah meninggalkan kesan yang baik dikalangan guru.
Ada juga kisah seorang guru baru. Rasa bahagia dengan membimbing siswa mengantarkannya kepada kesuksesan, merupakan kepuasan hati tersendiri. Apalagi bagi seorang guru yang merupakan guru baru di sekolah tersebut. Ketika harus mempertahankan siswa bermasalah dengan susah payah. Hantaman dan cibiran di tengah pandangan pesimis rekan guru dan wali kelas yang merasa siswa tak bisa berubah. Namun, dengan pelayanan terbaik, hasil belajar siswa tersebut lulus dengan nilai yang maksimal. Di situlah, guru baru di sekolah membuktikan bahwa siswa tersebut bisa. Hasilnya prestasi siswa tinggi.
Sebagai seorang guru yang menghadapi banyak siswa dengan berbagai macam karakter dan kasus merupakan hal yang sangat luar biasa. Ketika membantu siswa menemukan jalan keluar, merupakan kesenangan tersendiri bagi seorang guru. Rasa bahagia itu tidak dapat tergambarkan oleh apapun. Guru harus menulis dan jangan menangis. Budaya menulis harus menjadi budaya kita. Ceritakan apa yang dialami supaya romantika keluarga di rumah kedua berjalan indah. Dengan menulis, semua pengalaman nyata guru akan terkenang sepanjang masa. Seorang guru boleh tiada, tapi jasanya tiada tara.
Saya membaca kisah seorang guru inspiratif dalam buku ini. Saat pertama kali mengajar, ingin rasanya cepat-cepat menginformasikan semua pikiran yang ada di kepala kepada para siswa. Namun, ternyata mengajar di kelas tak semudah saat menginformasikan sesuatu pada keluarga. Guru harus menyiapkan dulu rencana pembelajarannya, karena materi yang akan disampaikan harus sesuai kurikulum yang sudah ditetapkan negara. Guru tak lagi merdeka mengajar.
Dalam mengajar kita juga harus menyisipkan karakter kejujuran dan kemandirian. Membentuk karakter siswa sangat penting agar siswa dalam menjalani kehidupan benar-benar rapi. Rapi maksudnya tidak hanya rapi pakaiannya tapi juga rapi imannya, pergaulannya, belajarnya, tindakannya, dll. Seorang guru mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya sesuai amanat cita-cita bangsa. Suatu hal yang tidak mudah bagi seorang guru, apalagi yang baru mulai menjalankan profesinya. Suatu tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi.
Sebagai seorang guru, tentu hal-hal yang sangat ideal menjadi suatu angan-angan yang harus diwujudkan. Untuk mewujudkan kondisi ideal tersebut, terkadang tanpa disadari, guru menjadikan siswa sebagai obyek, guru memaksakan mereka untuk mencapainya, bahkan sampai melupakan bahwa keadaan siswa itu berbeda-beda. Guru harus tahu bahwa tidak semua sama seperti yang kita inginkan. Hal seperti inilah yang tanpa disadari terjadi pada awal guru mengajar. Refleksi guru itu saya baca dalam buku romantika keluarga.
Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan guru sadar bahwa apa yang dilakukan pada awal mengajar tidaklah menyenangkan. Dengan bimbingan para senior, perlahan-lahan cara mengajar guru baru sedikit berubah. Guru baru belajar menjadi guru yang lebih sabar dan memahami keadaan siswa. Itulah kisah indah antara guru senior dan yunior. Kolaborasi terwujud dalam romantika keluarga.
Guru mulai mengerti bahwa latar belakang siswa yang diajar berbeda-beda. Mulai dari tingkat perekonomiannya, pendidikan keluarganya atau lingkungan tempat tinggalnya. Hal seperti ini membuat guru harus berbeda pula cara menghadapi mereka, Apalagi menghadapi siswa yang sedang bermasalah. Menjadi suatu kebahagiaan tersendiri jika guru dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Peristiwa seperti ini lebih memantapkan guru menjalani profesi sebagai seorang guru.
Buku Romantika keluarga membuat saya belajar di rumah kedua para guru dan siswa. Sekolah menjadi tempat berinteraksi keduanya. Ketika guru dan siswa merasakan kebahagiaan, maka rumahku menjadi surgaku. Mari jadikan rumah kedua kita di sekolah sebagai taman surga bagi pendidik dan peserta didik.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
10 thoughts on “Kata Pengantar Buku Romantika Keluarga”