Kala Anak Terancam di Internet, Kita Dimana?

Anak Indonesia kini makin akrab dengan dunia digital. Internet dapat memberikan banyak manfaat positif, kreatif dan produktif. Namun berselancar di dunia maya tanpa aturan dan pantauan, rentan bahayakan anak / murid kita. Dari kasus cyberbully, predator online hingga pelanggaran privasi, anak adalah salah satu target yang paling rentan sebagai korban tanpa daya.

Ikuti Rembuk Jaga Anak Online:
Kala Anak Terancam di Internet, Kita Dimana?

Hari / Tanggal: Rabu, 8 Desember 2021
Jam: 13.00 – 15.00 WIB
Zoom: http://s.id/anakita (disediakan e-sertifikat).

Pemantik diskusi dari sejumlah institusi yang kompeten (urut abjad): ECPAT, ID-COP, ICT WATCH, IGTIK PGRI, KEMENPPPA, KPAI, Aliansi PKTA dan  ECPAT Indonesia.

Mari kita rembuk untuk mengusulkan aksi konkrit, memberikan rasa aman dan nyaman anak / murid kita di Internet.

Berikut daftar pertanyaan nya:

1. Andy Ardian
Berdasarkan pengamatan ID-COP dan juga ECPAT apa saja yang menjadi ancaman keselamatan anak pada saat mereka mengakses internet di ranah daring?
Saat ini kabarnya telah ada Peta Jalan Pelindungan Anak di Ranah Daring, seperti apa proses penyusunan serta rencana pengimplementasian serta monitoringnya nanti?

2. Ciput Eka Purwianti
Sudah adakah regulasi terkait perlindungan anak di ranah daring di Indonesia?
– Bagaimana peran pemerintah dalam perlindungan anak di ranah daring?

3. Maria Advianti
Siapakah yang diharapkan bisa menjamin keselamatan anak di ranah daring? Apakah cukup pemerintah saja?
Kolaborasi/kerjasama yang seperti apa yang bisa membuat anak-anak Indonesia tetap aman di internet?

4. Rita Pranawati
Kabarnya KPAI juga banyak menerima kasus terkait kekerasan anak di ranah daring, bisa dijelaskan seperti apa saja kasus-kasusnya?
Penanganan seperti apa yang diberikan KPAI kepada kasus2 tsb? Sudah adakah success story yang bisa dishare?

5. Sigit Wacono
Aliansi PKTA banyak mengangkat isu terkait pengabaian atas hak anak, pernikahan anak, dan juga isu kekerasan lainnya yang kerap dialami oleh anak. Untuk kasus-kasus kekerasan terhadap anak di ranah daring ini, bagaimana Aliansi PKTA melihatnya? Apakah diperlukan cara-cara pengasuhan baru di era digital ini?

6. Wijaya Kusumah
Berdasarkan pengalaman Oom Jay dengan dunia pendidikan, apa peran sekolah dan guru dalam melindungi siswa-siswa nya dari terjadinya kekerasan di ranah daring? Apa yang sekiranya masih perlu dibenahi agar peran sekolah dan guru bisa lebih maksimal?

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

25 thoughts on “Kala Anak Terancam di Internet, Kita Dimana?

  1. Assalamualaikum benar sekali se bagai guru perlu mendampingi, mengawasi prilaku anak didik kita ketika mereka bermain gadget disekolah, untuk menjaga agar mereka tidak masuk dalam lingkaran aplikasi media sosial khususnya bagian yang terlarang agar mereka tidak terjerumus lebih dalam lagi guru dan orang tua harus bersinergi positif dalam mengawasi anak baik disekolah/rumah, disekolah tugas guru membimbing, membina akhlak dan karakter dirumah tugas orang tua memberi perhatian, kasih sayang, juga pendekatan agama agar anak tumbuh kembang dengan baik hingga mereka dewasa. Terima kasih🙏

  2. Rita wati

    Semoga dengan banyaknya rembuk, diskusi pembahasan tentang internet untuk anak dapat menambah wawasan ttng internet sehat untuk anak sehingga dpt mencegah dampak negatif pengaruh internet trhdp anak.

  3. Indah Susanti Anggraeni

    Semoga acaranya sukses dan lancar dan memberikan solusi bagaimana seharusnya kita dalam memberikan pengertian dan pendampingan kepada anak didik kita. Sukses selalu Om Jay

  4. Indrakeren

    Bagian dari Literasi Digital. Acara yang sangat menarik untuk diikuti semua kalangan, agar saling menjaga generasi yang akan datang.
    Insyallah siap hadir Om, sukses acaranya

  5. Mengawal anak-anak bermedsos terutama di masa pandemi saat ini bukan perkara mudah. Anak-anak dari mulai tingkat PAUD hingga SMA belajar diwajibkan menggunakan gadget, seperti kita tahu sekarang sudah include bersama dengan jaringan internet. Hal ini semakin membuat para orang tua bahkan guru sulit mengontrol. Bisa jadi saat belajar atau mengerjakan tugas daring tak jarang mereka selingi dengan melihat atau menonton, atau malah bermain dengan game online. Tugas tidak selesai, game terus menerus.
    Edukasi tanpa henti, terus mengingatkan agar mereka senantiasa tersadar. Jangan dibiarkan agar tidak terlena. Selanjutnya berikan pemahaman bahwa gadget bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Salah satunya dimanfaatkan untuk produktif membuat konten video, upload, monetize. Dengannya akan diasah kreatifitas para anak. Segitu dulu om Jay..

  6. Acara rembug ini sangat tepat untuk menyadarkan para orang tua dalam melakukan pemantauan penggunaan gadget, agar pondasi akhlak dan moral yang sudah kita bangun tidak terkikis dengan kehadiran konten konten negatif yang sangat menghipnotis anak. Sukses Om Jay.

  7. Rossilawati,S.Pd

    Menarik sekali pembahasan yang akan menjadi topik pada acara Rembuk nanti,semoga terungkap ide-ide kreatif teman-teman semua untuk menjadi bagian dari solusi dan kepedulian kita terhadap anak didik.
    Semoga acaranya berjalan lancar dan sukses,aamiin

  8. Rusmana

    Ya ,sebenar di sekolah harus di awasi tidak boleh membawa hp ,serta untuk sekarang masih kondisi seperti ini peran orang tua juga ,harus di ajak kerja sama oleh pihak sekolah ,anak itu biasa rasa takut dengan guru dan rasa takut sama orang ,kerja sama yang tidak bisa di pisahkan .

  9. I. S. Agustiany Agoestian

    Pendidikan anak bukan hanya disekolah melainkan yang utama adalah dari rumah. Mungkin bukan hanya para guru yang diberikan latihan untuk beradaptasi dengan jaman, melainkan orang tua juga.

    Karena diera pandemi ini, justru pendidikan berpusat pada orang tua, dengan guru hny melalui zoom dan berbatas waktu yg dikejar dengan target materi beradasarkan aturan kurikulum.

    Mungkin PGRIpun harus membentuk forum edukasi bagi para orang tua dengan melibatkan para psikolog dan guru juga. Agar anak2 bangsa bisa terselamatkan dari arus internet yg tidak bisa dibendung.

    Sebenarnya berbicara bendung membendung internet bisa dilakukan. Di China tidak bisa membuka akses sebebas bebasnya karena pemerintah melakukan pemblokiran pada situs2 yang tidak berhubungan dengan dunia pendidikan serta pembangunan negara.

    Begitu juga dengan Amerika, yang orang sebut sebagai negara bebas, pemerintahnya banyak memblokir situs2 yang sekirany bisa menganggu kualitas anak menjadi menurun.

    Arus internet yang tak terbendung hanya di Indonesia sbg nmr 1 didunia, Thailand, Jepang, Timur Tengah dan Africa.

    Di Africa kurang dampaknya karena mereka miskin hny segelintir orang penggunan gadget dan internet. Jepang, mereka masih bisa melakukan filtrasi dari orang tua yang berperan besar baru sekolah. Thailand 11 12 dengan Indonesia. Timur tengah masih bisa terkontrol karena mereka masih menganut faham haram haram atas produk yahudi

    Indonesia tidak ada filter sama sekali, bahkan orang tua memfasilitasi atas nama gengsi sebelum masa covid dan atas nama wajib ketika covid, tapi tidak dibimbing.

    Jadi masalah anak, maka yang terbesar harus diedukasi adalah para orang tua serta guru2 muda yang berprinsip menjadi guru adalah sebagai lahan pekerjaan karena susah dapat cari kerja. Guru tipe ini sering mengarahkan siswa pada hal2 yang kurang baik atas nama guru milenial

  10. Reni Melina T, M.Pd

    Semoga ada jalan untuk menata internet untuk anak-anak Indonesia agar bisa lebih bijak mengunakan akses internet ini acara rembug ini semoga bisa membuka jalan agar kami para pendidik bisa mengarhkan ke arah yang baik. Terimaksih

  11. Betul sekali..
    Master Wijaya, sejak pandemi covid. 19 anak-anak jadi ketagihan penggunaan internet yg sangat tinggi. Terutama bermain game online, porno grafi dll. Sedangkan orang tua lagi kerja. Anak2 tdk diawasi oleh orang tua. Kasihan anak2 jd korban IT

  12. SARMONO

    Mungkinkah pemerintah/pihak yang berwenang memblokir game game online untuk anak ataupun aplikasi aplikasi (tik tok )yang berbau pornografi pada anak(yang di akses anak anak)

  13. Salah satu peluang dalam edukasi digital: adalah sebanyak-banyaknya membuat ruang partisipasi digital yang aman dan nyaman,inklusif, mendorong peran komite sekolah untuk melakukan edukasi orang tua melalui sekolah ( edukasi internet sehat/aman dalam aktivitas digital berbasis komunitas), mendorong sebanyak-banyaknya champion anak, remaja ,orang tua dalam Pendidikan literasi digital yang akan bergerak dikomunitas masing-masing.

  14. Eko Priyono dari SMPIT Darul Abidin, Kota Depok.

    Izin bertanya kepada nara sumber Bu Ciput dan Pak Andy.
    Ahad yang lalu berkesempatan mengunjungi LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) Putra Kelas 1 Tangerang, mendapat info juga dari Kepala LPKA bahwa 70%-80% kasus anak-anak yang dihukum di LPKA di seluruh Indonesia adalah kasus kejahatan/pelecehan seksual bukan tawuran atau narkoba yang hampir di seluruh Indonesia. Bahkan terjadi juga di lembaga yang orientasi keagamaannya cukup kuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.