The Power of Tuktuk

The Power of Tuktuk (hari kedua belajar di negara Thailand)

Malam ini lelah sekali. Tapi saya paksakan juga untuk menulis. Seorang penggemar tulisan omjay minta diceritakan pengalaman hari ini.

Tentu dengan senang hati saya menuliskannya. Walaupun mata sudah 5 watt demi menggembirakan “someone”, saya paksanakan untuk menulis.

Sambil menonton siaran langsung kejuaraan bulutangkis antara indonesia melawan Jepang yg menegangkan. Alhamdulillah Indonesia menang. Cihuy!

Untung aja tadi pulang naik tuktuk. Kendaraan yang mirip bajaj di jakarta. Bedanya lebih luas dan kagak ada jendela tertutup.

Sopir tuktuk melaju kendaraannya dengan sangat kencang. Mungkin dia tahu kami sudah mengantuk. Mungkin juga sop nya emang gitu. Penumpang dibuat jantungnya dagdigdug. 😂😂😂

Tadinya kami pikir, habis makan malam kami langsung kembali ke hotel. Ternyata tidak. Kami masih diajaknya jalan jalan malam di kota Bangkok. Pemandunya masih anak muda, jadi masih kuat untuk berjalan kaki.

Buat saya yang sudah masuk usia jelita (jelang 50th) tentu saja capek. Ingin rasanya berbaring ke tempat tidur dan menikmati siaran televisi di hotel furama.

Seharian ini kami ikut conference icstss dan baru istirahat setelah pukul 17.00 wib. Itupun masih disambi acara vicon semolec. Saya bertugas sebagai moderator tentang bisnis online yg dibawakan ibu Palupi.

Saya cerita sedikit kegiatan konferensi. Satu persatu kami maju mempresentasikan hasil penelitian kami. Para pakar mendengarkan apa yang kami paparkan.

Buku abstrak of sciences, technology and social sciences beserta susunan acara dibagikan kepada para peserta. Saya kebagian presentasi di sesi kedua.

Bagus bagus hasil penelitian teman teman ini. Pantesan lulus abstraknya dan tinggal oral presentasi.

Saya bersyukur tidak ada yg bertanya setelah presentasi. Soalnya ngomong bahasa inggris itu seperti kita sedang kumur kumur. Saya lebih cinta bahasa indonesia. 😁😁😁

Namun, karena ini adalah konferensi internasional dimana panitia dan pembicaranya dari beberapa negara, maka bahasa Inggris yang harus digunakan sebagai bahasa resmi di dunia.

Pak Sapiudin yg memimpin rombongan kami, mengajak jalan jalan malam. Tentu saja saya senang dan bisa sekalian makan malam.

Teman teman yang lain juga senang. Sebab seharian ini kami berkutat dengan hasil penelitian desertasi. Kami ingin artikel yang dipresentasikan masuk dalam jurnal international terindeks scopus.

Alhamdulillah acara berjalan lancar. Keynote speakernya bagus dan masih muda. Wawasan ilmunya luas dan mumpuni. Panitia dan para pakar icstss sangat baik melayani kami. Mereka hanya bertiga saja, tapi mampu melayani semua peserta dengan sangat profesional.

Terus terang saya belajar dari mereka yg sudah 10 kali mengadakan kegiatan ini. Nampak mereka sangat profesional menyelenggarakan kegiatan bertaraf international.

Setelah presentasi dan diskusi, semua peserta diberikan sertifikat. Kami menerimanya dengan riang gembira.

Banyak ilmu saya dapatkan hari ini dari teman teman yang mempresentasikan hasil penelitiannya. Saya banyak belajar dari mereka. I love you all.

Mata sudah tak kuat lagi. Nanti besok saya lanjutkan lagi. Malam ini saya belajar dari supir tuktuk. Kerja keras dan kerja cerdas dalam mencapai tujuan harus disertai ikhlas.

Akhirnya the power of tuktuk jadi tulisan saya hari ini. Kekuatan tuktuk mengantarakn saya dkk kembali ke hotel dengan selamat.

Terima kasih pak anwar dari lampung yang sudah membayar ongkos tuktuknya.

Belajar hari kedua di negara Thailand memang menyenangkan.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Blog https://wijayalabs.com

Prof. Unifah Rosyidi

Ucapan Selamat Buat Bunda Unifah Rosyidi.

Saya baru saja menonton cerita tentang ibunda Unifah Rosyidi dan keluarganya. Ibu 2 anak ini memang luar biasa.

Saya mengenal beliau ketika menjadi pejabat di kemdikbud. Bahkan kalau ada pejabat kemdikbud yg ikut saya marahi adalah ibunda Unifah. Waktu itu saya marah karena pelajaran TIK yang saya ampu hilang dalam kurikulum 2013.

Seiring perjalanan waktu, saya menjadi lebih bijak dalam menyampaikan pendapat. Tidak lagi mudah marah dan mengikuti cara cara santun dalam berorganisasi.

Tawaran untuk bergabung di PGRI bukan sesuatu yang mudah bagi saya. Sebab saya sudah didoktrin untuk memusuhi PGRI dan bagi saya waktu itu, PGRI tidak lebih dari kumpulan para pensiun guru dan dosen.

Waktu terus berputar. Hati manusia siapa yang tahu. Lambat laun saya justru malah mencintai PGRI. Sebuah organisasi guru yang dulu selalu saya kuliti dan kritisi.

Ibunda Unifah Rosyidi inilah yang banyak mengajarkan saya bagaimana kita berjuang. Perjuangan butuh pengorbanan. Belum berjuang namanya, kalau masih mikirin diri sendiri.

Saya mengenal beliau bukan saja sosok wanita yang pekerja keras. Tapi juga sosok yang penuh dengan kelembutan dan keibuan. Caranya memimpin PGRI yang santun dalam berorganisasi membuat kami yang muda banyak belajar darinya.

Senin, 24 Juni 2019 beliau akan dikukuhkan sebagai guru besar universitas negeri Jakarta (UNJ). Namun sayang, saya tak bisa ikut hadir dalam acara pengukuhannya.

Jauh di mata dekat di hati. Saya ucapkan selamat kepada Prof. Dr. Unifah Rosyidi. Ibunda sangat layak mnedapatkan jabatan guru besar.

Dari lubuk hati yang terdalam, izinkan saya memberi hormat dan mengucapkan syukur atas pengukuhan guru besar ibunda Unifah Rosyidi.

Dari Bangkok Thailand saya mengucapkan selamat dan sukses untuk pengukuhan guru besarnya. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kesabaran dalam memimpin persatuan guru republik Indonesia. Aamiin.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Blog https://wijayalabs.com