Membangun Ekosistem Sekolah Berbasis TIK
Membangun ekosistem sekolah berbasis tik, dan Peran Guru Blogger di era Revolusi Industri 4.0.
Bagi guru yang belum terbiasa input nilai siswa dengan komputer, biasanya akan menjadi beban. Namun bagi guru yang terbiasa melakukannya akan menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan.
Pekerjaan memasukkan nilai siswa ke raport online atau e raport sebenarnya bukan pekerjaan sulit asal tahu caranya. Semua guru harus teliti dan cermat dalam memasukkan nilainya. Koreksi kembali setelah upload nilai. Sebagus apapun teknologi, kendali tetap berada di tangan guru itu sendiri.
Teknologi informasi dan komunikasi yg disingkat tik adalah teknologi yang sengaja dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia dlm kegiatannya sehari hari. Informasi dapat dengan cepat tersebar dan manusia saling berkomunikasi dengan mudah walaupun jarak mereka berjauhan.
Dulu dilakukan lewat manual sekarang serba digital. Begitu juga buku -uku pelajaran. Sudah banyak berbentuk digital untuk mengurangi biaya percetakan buku yang lumayan besar. Pesona edu sudah melakukan inovasi dengan membuat buku digital yang dinamis dan interaktif.
Sayangnya belum banyak sekolah yang melakukan ini. Buku buku masih dalam bentuk cetak. Ulangan dan ujian masih memakai kertas. Biaya fotocopy cukup mahal. Padahal kalau dihitung bisa untuk membeli komputer server. Pembelajaran elearning sudah bisa dilakukan melalui internet dan intranet. Jaringan komputer saling terhubung baik online maupun offline. Jadi jaringan intanet di sekolah bias diberdayakan tanpa harus koneksi ke internet.
Ujian nasional berbasis komputer adalah salah satu cara mengurangi biaya operasional menggunakan kertas. Semua soal tidak lagi dicetak tapi sudah berbentuk online di komputer. Siswa mengerjakannya secara online. Bisa di rumah dan sekolah. Kapan saja dan dimana saja siswa bisa mengerjakannya asalkan terkoneksi dengan internet.
TIK ada untuk memudahkan pekerjaan manusia. TIK hadir bukan untuk menyusahkan guru. TIK hadir bukan hanya sekedar alat bantu tapi juga ilmu yang terus berkembang. Suka atau tidak suka kita dipaksa untuk mampu menguasainya. Walaupun masih sebatas operator saja, sudah banyak manfaatnya terasa.
Sekolah sebagai tempat bertemunya guru dan siswa harus mampu membangun budaya sekolah berbasis TIK. Manajemen sekolah sudah harus berbasis TIK, baik untuk kegiatan akademik maupun kesiswaan. Mulai dari penerimaan siswa baru sampai siswa tersebut lulus dari sekolah tersebut.
Semua data siswa tersimpan dengan baik. Setiap siswa akan mendapatkan nomor induk siswa nasional atau NISN. Guru memiliki NUPTK. Nomor UNIK PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN.
Semua guru yang ingin mendapatkan tunjangan profesi guru atau TPG harus memiliki NUPTK. Dengan cara inilah kemdikbud membagikan dana sertifikasi guru ke seluruh Indonesia. Tak ada yang dapat double karena semua sudah tercatat di dapodik. Data pokok pendidik. Kekuatan dan kelemahan sekolah dapat terbaca di dapodik. Sistem zonasi memudahkan kemdikbud menangani sekolah yang belum mampu berkompetisi di era revolusi industry 4.0.
Sekolah yang tidak berbasis tik akan tertinggal. Biasanya akan sulit mendapatkan nilai akreditasi A. Sebab apa yang dilakukannya belum berbasis TIK. Kegiatan sekolahnya masih manual dan belum serba digital. Laporan keuangan dan kegiatan sekolah belum dilaporkan secara digital sehingga banyak berkas yang belum terdokumentasikan dengan baik. Hal ini tentu saja membuat peserta didik akan sulit mendapatkan inovasi baru di bidang TIK.
Oleh karena itu sudah saatnya pimpinan sekolah membangun dan mengembangkan ekosistem sekolah berbasis TIK. Mulailah dari guru dan kemudian tularkan kepada siswa. Orang tua pasti senang bila semua informasi tentang sekolah baik akademik maupun non akademik dapat terbaca di website sekolah yang terus diupdate.
Ujian dan ulangan siswa sudah dilakukan secara online untuk memudahkan siswa dan guru mendapatkan nilai yang cepat. Orang tua siswa juga senang karena mendapatkan informasi nilai anaknya dengan cepat. Terjadi interaksi yang baik antara guru, siswa dan orang tua siswa secara online.
Ekosistem sekolah berbasis TIK memang harus terus dikembangkan di sekolah sekolah kita. Tidak harus dengan sarana dan prasarana yang mahal. Mulailah dengan apa yang ada. Dulu kami hanya punya 8 computer dan akses internetnya dibiayai perusahaan minyak schlumberger. Sekarang SMP Labschool Jakarta telah memiliki computer lebih dari 80 computer dan belum termasuk computer jinjing yang digunakan oleh guru.
Seharusnya, mulai siswa mendaftar dan diterima di sekolah tersebut sudah terdata dengan baik secara online dan siswa mendapatkan NISN. hal ini sangat dibutuhkan siswa bila ingin belajar di rumah belajar pustekkom kemdikbud.
Ketika belajar dan mendapatkan materi pelajaran dari guru, siswa mendapatkan materinya tidak hanya di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Guru dapat mengupload materi pelajarannya ke internet melalui blog guru. Siswa dapat mengaksesnya di rumah masing masing secara online.
Guru sebaiknya punya blog di internet. Bisa pakai blog gratis seperti wordpress dan blogspot. Bisa juga yang berbayar dengan hosting dan domain sendiri. Guru dapat membayarnya setahun sekali. Saya sendiri membayar domain blog wijayalabs.com sebesar 400 ribu setahun dan saya mendapatkan uang sebesar 500 ribu per artikel dari sponsor yang meminta saya menulis di wijayalabs.com.
Begitulah enaknya jadi blogger. Ada pemasukan tambahan dari blog buat guru yang serius mengelola blognya dengan baik. sayangnya belum banyak guru yang tahu. Informasi akan hal ini akan saya sampaikan dalam acara konferensi nasional guru blogger PGRI yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2018 di gedung Guru Indonesia Jakarta pusat. Ikatan guru TIK PGRI menjadi panitianya.
Saran saya ajak semua guru di sekolah untuk menulis di blog. Guru dan siswa dapat berinteraksi di blog. Itulah salah satu cara saya mengembangkan ekosistem sekolah berbasis tik. Jadi mulailah dari blog guru. Mulailah belajar menulis di blog dan tugas siswa bisa dikirimkan melalui blog tanpa harus menggunakan kertas. Siswa juga mengerjakannya tak perlu pakai kertas ulangan yang biasa dijual di koperasi sekolah.
Sebenarnya, masih banyak cara untuk mengembangkan ekosistem sekolah berbasis TIK. Lain waktu akan saya tuliskan dengan detail. Berbagi ilmu dan pengalaman itu indah. Mulailah berbaginya melalui blog di internet.
Salam blogger persahabatan.
Omjay
Blog https://wijayalabs.com
Pingback: Membangun Ekosistem Sekolah Berbasis TIK | Labschool Jakarta