Minggu, 27 September 2015 saya berjalan-jalan pagi ke alun-alun kota Bandung, dan Masjid Raya Bandung. Dari rumah mertua dan kakak ipar di jalan Jamika, Pasir Koja Bandung saya mengendarai sepeda motor. Tidak sampai 10 menit sampailah saya di parkiran motor yang dikelola secara baik. Petugas parkir menyapa saya ramah dan membantu saya memarkir sepeda motor. Ada pikiran yang berkecamuk dalam diri ini, setelah melihat pengelolaan alun-alun kota Bandung dan masjid Raya yang indah di pandang mata. Lalu timbullah sebuah pertanyaan, bagaimana mengelola ruang publik yang menarik? Apa rahasianya?
Saya mulai mencari tahu rahasianya. Kota Bandung di bawah kepemimpinan Walikotanya, Pak Ridwan Kamil ini memang sangat banyak perubahannya. Dulu saya melihat tempat ini tidak sebagus dan semenarik ini. Pedagang kaki lima ada di mana-mana, kemacetan jalan luar biasa di sekitar alun-alun dan masjid raya. Hal itu tentu saja membuat kita tidak merasa nyaman berada di dalamnya. Ruang publik tidak terawat dengan baik. Tapi lihatlah sekarang ini. Semuanya nampak berubah, dan satu persatu sudah mulai terkuak dalam gambar yang saya ambil secara sengaja setelah berkeliling ke tempat ini. Satu persatu saya cari tahu rahasia mengelola ruang publik dan tantangan yang dihadapinya. Rumput sintesis seperti lapangan bola yang menghijau membuat orang betah berlama-lama untuk bercengkrama bersama keluarga tercinta. Tua dan muda berkumpul di sini dengan segala aktivitasnya. Di sinilah tempat bermainnya anak-anak dan juga kawula muda Indonesia. Mereka yang tua pun tidak lupa ketinggalan menikmatinya. Segala umur menikmati ruang publik yang diarasakan manfaatnya untuk semua.
Alun-alun kota Bandung dulu dan sekarang memang terasa beda. Pak Ridwan Kamil selaku walikota Bandung mampu mengubahnya dengan baik. Alun-alun ini menjadi ruang publik yang unik dan begitu diminati warga Bandung dan sekitarnya. Bahkan warga dari luar kota Bandung, termasuk saya sendiri yang merupakan warga Bekasi. Terus terang saya kagum dengan pengelolaan tempat ruang publik ini. Di tempat ini saya juga bertemu dengan seorang kawan yang berasal dari kota Jakarta Utara. Mereka naik motor berdua ke Bandung. Seorang kawan lainnya sempat memberikan foto selfinya ketika saya mengupload foto-fotonya di facebook. Rupanya kawan saya dari Karawang ini merayakan hari raya Idul Adha di tempat ini bersama keluarga tercinta.
Kini saya semakin tahu rahasianya. Ruang publik dapat dikelola dengan baik bila pemimpin di daerah itu fokus dan mau terjun langsung menata kotanya. Hal itu disadari betul oleh Pak Ridwan Kamil dan para staffnya. Tak heran bila wajah kota Bandung banyak berubah dan mereka siap menyambut kedatangan tamu dari luar negeri dalam konferensi Asia Afrika beberapa waktu lalu. Bahkan beberapa kali shooting sinetron “Preman Pensiun” tidak jauh lokasinya dari tempat ini. Para walikota dan bupati bisa belajar (studi banding) dari Pak Ridwan Kamil bagaimana mengelola kotanya. Terutama ruang publik yang menarik. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki alun-alun dan masjid raya yang saling berdampingan. Jadi pengelolaannya bisa mencontoh Alun-alun kota Bandung dan Masjid Raya Bandung. Saya sendiri sangat merekomendasikannya. Semoga kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat dapat mengembangkannya di berbagai daerah. Aamiin.
Satu hal yang menarik adalah tempat sampah dikelola dengan baik. Para pengelola ruang publik sebaiknya tidak melupakan tempat sampah. Semua pengunjung diarahkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Semakin banyak orang terkadang sampah berserakan di mana-mana. Perlu dibuat tempat sampah yang enak dipandang mata. Saya mengusulkan agar tempat sampah yang ada di alun-alun Bandung yang sudah rusak untuk segera diganti. Tutup tempat sampah yang sudah rusah diperbaiki. Berikut ini saya ambil beberapa fotonya di lokasi alun-alun kota Bandung. Semoga dilihat oleh pak Ridwan Kamil untuk menyuruh pengelola segera menggantinya.
Berikut ini 10 (seppuluh) rahasia yang dapat saya simpulkan dari hasil berkeliling ke ruang publik ini, yaitu:
Rahasia pertama pengelolaan ruang publik adalah menjaga kebersihan lokasi. Para pengunjung harus bisa diarahkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal itu tentu saja harus diimbangi dengan petugas kebersihan yang mumpuni di bidangnya dan bekerja dengan baik dalam pengelolaan sampah. Ruang publik akan terkelola dengan baik dan terlihat menarik bila tidak ada sampah di dalamnya. Para pengelola ruang publik harus punya 1001 cara agar ruang publik terlihat rapih dan bersih. Tak ada satupun sampah yang berserakan dimana-mana. Kalau terlihat bersih, ruang publik akan semakin diminati pengunjung untuk rekreasi ke tempat ini. Kebersihan menjadi daya tarik tersendiri dalam pengelolaan ruang publik.
Para petugas kebersihan harus sigap melihat sampah bila berserakan, dan tentu mereka harus bekerja cekatan agar sampah yang ada segera dibersihkan. Maklumlah warga kota atau pengunjung masih memiliki kesadaran yang minim tentang kebersihan, sehingga sebagai pengelola ruang publik harus bisa mengingatkannya. Salah satunya dengan mengumumkan tata tertib yang mudah dibaca pengunjung. Mereka menjadi tahu apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan di ruang publik. Larangan dan himbauan harus ditulis di tempat-tempat yang mudah terlihat. Petugas harus berani menegur pengunjung bila melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Rahasia kedua pengelolaan publik yang menarik adalah adanya aturan atau tata tertib yang tertulis dalam peraturan daerah (perda). Sehingga semua pengunjung yang berada di ruang publik dipaksa untuk mentaatinya. Bila melanggar, maka akan terkena denda atau sanksi sesuai ketentuan perda yang sudah tertulis dan diumumkan kepada pengunjung yang datang ke lokasi. Pengumuman ini terpampang jelas di depan umum dan mudah dibaca semua pengunjung. Alhamdulillah, saya menemukan beberapa gambarnya. Saya potret untuk anda baca, dan barangkali anda akan tertarik untuk berkunjung ke alun-alun kota Bandung. Bagi saya dan keluarga tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Terbukti banyaknya pengunjung yang datang ke ruang publik ini. Alun-alun kota Bandung selalu dipenuhi pengunjung. Semua pengunjung yang datang tidak dimintai bayaran alias GRATIS.
Aturan atau tata tertib ini dibuat agar para pengunjung nyaman berada di lokasi dan senantiasa menjaga ketertiban. Ruang publik itu harus steril dari asap rokok, membuang sampah sembarangan, berdagang di tempat terlarang, membeli pada pedagang kaki lima di tempat terlarang, buang air kecil/buang air besar sembarangan, membiarkan hewan peliharaan di No.11 tahun 2015 tentang ketertiban, kebersihan, dan keindahan.
Rahasia ketiga adalah adanya petugas keamanan yang mampu menjaga pengunjung dari hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka harus stand bye di lokasi dan memberikan rasa aman kepada semua pengunjung dari gangguan orang jahat atau jahil yang membuat pengunjung menjadi tidak nyaman di lokasi publik. Di alun-alun kota Bandung ini, saya melihat para petugas pamong praja bertugas dengan baik. Bahkan ada petugas wanitanya juga loh. Tetapi sayang belum sempat diambil gambarnya. Para petugas menjaga para pengunjung dan melayaninya dengan sepenuh hati. Saya sempat mengobrol dengan salah seorang polisi pamong praja provinsi jawa barat. Mereka sangat senang menjadi petugas di alun-alun kota Bandung ini. Peran mereka sangat penting dalam menjaga ketertiban alun-alun kota Bandung. Bukan itu saja, mereka bisa menjadi petugas yang mampu memberikan informasi tentang lokasi ruang publik yang dikunjungi.
Di setiap pojok alun-alun utara dan selatan ada ditempatkan pos satuan polisi pamong praja. Saat saya memotret para petugasnya sedang berkeliling dan menjaga pengunjung alun-alun kota Bandung yang sangat padat pengunjungnnya di hari libur ini. Lihatlah para pengunjung sangat nyaman berada di dalamnya karena keamanannya terjamin. Mereka asyik dengan berbagai aktivitasnya masing-masing dan sangat betah berlama-lama di tempat ini. Pemberdayaan satuan polisi pamong praja sudah benar, dan tidak perlu lagi meminta polisi untuk menjaga ruang publik, sebab tugasnya sangat berbeda.
Rahasia keempat dalam pengelolaan ruang publik adalah tersedianya tempat makanan atau minuman. Di tempat itu para pengunjung dapat menikmati kuliner kota Bandung. Para pengunjung bisa turun ke bagian basemen dari alun-alun dan memilih makanan atau minuman yang disukainya. Jadi tidak membeli kepada pedagang kaki lima (PKL) di zona merah atau terlarang. Bila ketahuan, maka akan ada biaya paksa sebesar Rp. 1.000.000,-. Saya sempat memotret makanan dan minuman apa saja yang dijual di alun-alun ini. Namun sayang saya belum menemukan makanan dan minuman yang memikat hati. Harus ada makanan khas kota Bandung. Para pengelola ruang publik harus mampu memberikan pelatihan kepada para pedagang agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik dengan menu makanan yang sehat, enak dan lezat.
Saat ke bagian basemen alun-alun, saya belum melihat penataan yang baik dan penataan ruangan yang enak dipandang mata untuk berwisata kuliner di sini. Semoga pak Ridwan Kamil bisa memberikan pelatihan kepada para pedagang di alun-alun kota Bandung ini. Nampak dari foto pengelolaannya belum terlihat unik dan menarik khas kota Bandung. Dalam gambaran saya, tempat kuliner ini dibuat menarik ala cafetaria modern. Terkadang orang mampir ke tempat makan bukan karena makanannya yang enak, tapi tempat atau ruangannya yang ditata dengan interior yang menarik hati.
Ruang publik adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah untuk digunakan dan dinikmati masyarakat secara cuma-cuma tanpa mengambil keuntungan. GRATIS untuk semua orang. Namun masih saja ada pihak-pihak yang mencari untung sendiri dan tidak mentaati aturan yang berlaku. Saya masih menemui pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan barang dagangannya di tempat yang masuk dalam zona merah. Saya sempat menegur pedagang tersebut agar tidak merokok di tempat umum. Untunglah pedagang tersebut mau dinasehati dan membuang rokoknya ke tempat sampah. Saya ingatkan akan ada denda bagi mereka yang melanggar aturan. Inilah tugas kita bersama untuk saling mengingatkan bila ada pengunjung atau pedagang yang melanggar aturan perda.
Rahasia kelima dalam pengelolaan ruang publik adalah adanya tempat ibadah yang nyaman. Masjid Raya di kota Bandung dikelola dengan baik. Saya sempat sholat dhuha di rumah Allah ini dan naik menara masjid bagian selatan. Saya melihat pengelolaannya sudah jauh lebih baik. Para jamaah yang datang ke masjid merasa nyaman berada di dalamnya. Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) mengelolanya dengan baik. Jamaah yang datang betah berlama-lama di dalam masjid. Berikut ini beberapa fotonya.
Masuk masjid Raya Bandung harus tahu etikanya. Oleh karena itu pengurus masjid mengumumkan etikanya yang ditempel di dinding luar masjid sehingga jamaah yang mau masuk ke masjid tahu aturannya. Diantaranya masjid hanya untuk beribadah kepada Allah, berpakaian yang sopan dan menutup aurat, dahulukan kaki kanan dan bacalah doa masuk ke masjid, hindari percampuran lawan jenis (Laki-laki dan perempuan), dilarang berjualan di sekitar masjid, tidak tidur di masjid, memelihara keindahan dan kebersihan masjid, waspada terhadap barang bawaan, dan membaca doa keluar dari masjid dengan mendahulukan kaki kiri.
Saya sempatkan berkeliling masjid raya Bandung dari bagian utara hingga selatan. Ada 2 menara kembar yang ada di masjid ini. Akh sayangnya, menara bagian utara sedang dalam perbaikan. Alhamdulillah saya masih sempat ikut wisata religi dengan naik menara masjid raya bagian selatan. Biayanya murah hanya Rp. 4000,- untuk naik ke lantai 19 dan kita diberi waktu selama 15 menit. Saya sempat memotret wajah kota Bandung dari atas menara. Wow keren! Saya serasa raksasa yang melihat wajah kota Bandung yang sesungguhnya.
Berikut ini saya sajikan foto fotonya. Kita bisa melihat wajah kota Bandung dari menara masjid bagian selatan. Dari atas kita bisa melihat ruang publik seperti alun alun kota Bandung sudah mulai terkelola dengan baik dan menarik pengunjungnya untuk hadir. Dari atas sini mulai terkuak rahasia mengelola ruang publik. Saya sempat termenung sebentar dan menikmati pemandangan kota bandung dari atas. Nampak ada lokasi publik yang sudah dibeli pemkot Bandung. Semoga bisa digunakan untuk ruang publik berikutnya. Dari cerita yang saya dengar, sedang ada lelang terbuka yang dilakukan pemkot kota Bandung. Semoga lahan tersebut digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang-ruang publik yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, seperti lapangan olahraga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, arena bermain anak, lama-kelamaan menghilang digantikan oleh mal, pusat-pusat perbelanjaan, dan ruko-ruko. Padahal kita sangat membutuhkan ruang terbuka hijau dengan banyaknya pohon-pohon yang meneduhkan di siang hari.
Rahasia keenam dalam pengelolaan ruang publik adalah tersedianya tempat parkir pengunjung yang cukup dan memadai. Jangan sampai pengunjung merasa tidak nyaman dengan kendaraannya. Kalau kendaraan mereka terparkir dengan baik dan keamanannya terjamin, maka para pengunjung akan nyaman menikmati ruang publik. Pengelola alun-alun menyiapkan basement untuk parkir kendaraan. Tempatnya cukup luas dan ada beberapa di luar. Tempat parkir yang nyaman dan aman menjadi skala prioritas dalam pengelolaan ruang publik yang padat pengunjung. Kendaraan pengunjung tidak diparkir seenaknya, dan itu harus dikelola dengan sangat baik.
Rahasia ketujuh adalah adanya taman dan pohon yang terawat dengan baik. Tanaman hias yang ditanam membuat orang-orang yang berada di sekitarnya ikut senang melihat warna warni tanaman. Anda jangan sepelekan perawatan tanaman. Sebab adanya tanaman inilah membuat suasana kota menjadi berwarna warni. Bagi yang senang dengan tanaman hias pasti paham bahwa tidak mudah merawatnya untuk tumbuh dan berkembang. Keindahan tanaman dan keteduhan pohon besar jangan diabaikan dalam pengelolaan ruang publik. Ruang terbuka hijau (RTH) saat ini sedang digalakkan oleh menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Gerakan penghijauan harus dikampanyekan agar kita memiliki taman yang indah, dan teduh saat di siang hari.
Rahasia kedelapan adalah tempat akses internet dan aliran listrik lengkap dengan stop kontaknya. Di alun-alun kota Bandung ada akses internet gratis. Para pengunjung bisa menggunakan wifi dan bisa menggunakan aliran listrik stop kontak untuk mengisi baterai ponsel anda. Mereka yang butuh akses internet bisa berlama lama di sini. Namun untuk stop kontaknya agak terbatas, dan ini perlu dibuatkan stop kontak seperti di bandara atau stasiun kereta api. Mereka yang butuh pengisian baterai ponsel di ruang publik tidak usah bingung lagi cari colokan listrik, karena sudah tersedia dengan baik. Para penyedia jasa internet bisa berlomba untuk beriklan di ruang publik ini. Gunakan dana CSR perusahaan untuk memberikan akses internet yang cepat dan terjangkau untuk umum.
Rahasia Kesembilan adalah adanya toilet gratis dimana para pengunjung yang mau buang air besar dan kecil dapat menggunakan toilet yang disediakan secara gratis. Kalaupun harus berbayar, maka pengelolaannya harus digunakan untuk merawat toilet umum agar tetap bersih dan kering. Kalau toiletnya bersih tentu akan membuat pengunjung senang ke ruang publik.
Toilet yang bersih membuat pengunjung tidak jijik berada di dalamnya. Para petugas yang menjaga ruang toilet juga ramah dan segera membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di lantai dan dinding toilet. Tidak tercium bau yang kurang sedang di hidung. Pengunjung yang menggunakan jasa toilet umum atau WC dapat dengan nyaman membuang air besar dan air kecil. Mereka seperti berada di rumahnya sendiri yang selalu bersih kamar mandinya.
Rahasia Kesepuluh adalah adanya transportasi atau sarana jalan menuju ruang publik sangat bagus dan lancar. Seperti di alun-alun kota Bandung banyak angkot atau kendaraan umum seperti bus Damri menuju tempat ini dan jalannya bagus serta mudah diakses. Siapa saja dengan mudah dapat datang ke sini seperti saya pagi ini. Tak ada kemacetan di sana sini karena pengelola dari pemda sudah menemukan 1001 cara mengatasi kemacetan di ruang publik. Semua orang bisa bersenang-senang dan rekreasi di tempat ini. Ruang publik untuk semua semakin terasakan. Halte bus disediakan untuk pengunjung yang akan pergi dan pulang ke lokasi alun-alun kota Bandung.
Tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pengelolaan ruang publik adalah kesadaran dari para pengunjung yang masih rendah untuk merawat ruang publik agar terpelihara dengan baik. Saya sangat mengapresiasi pengunjung yang mau turun tangan langsung ikut membantu petugas mengelola dan merawat ruangan publik. Bila ruang publik terpelihara dengan baik, maka akan menjadi icon atau pusat kota yang unik untuk berinteraksi di sana. Masyarakat kota harus terlibat dan dilibatkan dalam merawat ruang publik agar bisa terus dipakai untuk anak cucu.
Akhirnya saya harus mengucapkan terima kasih kepada bapak Ridwan Kamil yang telah mampu mengelola ruang publik yang menarik. Alun-alun kota Bandung dan Masjid Raya yang menyatu dalam satu lokasi menjadi salah satu contohnya. Pedagang kaki lima (PKL) yang masih membandel harus ditindak tegas agar tata tertib dapat tegak berdiri. Dari sinilah butuh ketegasan para satuan polisi pamong praja untuk menindak tegas siapa saja yang melanggar aturan. Semoga 10 (sepuluh) rahasia dalam mengelola ruang publik yang saya paparkan di atas dapat dimengerti dan diimplementasikan dalam pengelolaan ruang publik di kota anda. Tentu tantangan dan rintangan pasti dihadapi, tapi bisa dilakukan. Terbukti Pak Ridwan Kamil dapat mewujudkan ruang publik yang dulu dianggap mustahil dilakukan di alun-alun kota Bandung dan Masjid Rayanya. Selamat berkunjung ke alun-alun dan masjid raya kota Bandung!
59 thoughts on “Rahasia Mengelola Ruang Publik di Alun-alun dan Masjid Raya Kota Bandung”