Anies Baswedan dan Perjuangan Guru TIK.
Dalam perjalanan pulang dari kota Balikpapan menuju Jakarta saya termenung sambil tersenyum. Apalagi setelah membaca status kawan kawan guru TIK di FB Group AGTIKKNAS yang hari ini bertemu langsung pak Anies Baswedan di UNESA, Surabaya.
Mereka melaporkan, sekaligus bertanya kepada pak Anies Baswedan tentang nasib guru TIK. Sampai saat ini perannya belum terang benderang dalam kurikulum 2013. Meskipun sudah keluar permendikbud No. 68 tentang peran guru TIK dan KKPI serta pedomannya, Nasib guru TIK laksana pejabat yang memiliki jabatan, tapi tak punya kekuatan (power). Mereka belum bisa menjadi guru TIK kembali karena belum ada sosialisasi dan surat edaran dari kemendikbud untuk menjadi guru pembimbing TIK. Guru TIK masih banyak yang tetap mengajar prakarya.
Dalam dialog pengurus AGTIKKNAS dengan guru-guru TIK di hotel Zurich Balikpapan, banyak info kami dapatkan. Saya temukan kegalauan tingkat dewa tentang peran guru TIK yang dialihkan menjadi guru prakarya. Sebuah mata pelajaran baru yang harus mereka terima dengan duka cita. Sebab matpel prakarya jelas sangat tidak linier dengan bidang ilmu yang dikuasai dan disukainya. Mereka yang biasa mendapat tunjangan sertifikasi terpaksa menjadi gigit jari, karena harus mengajar prakarya. Bisa dipastikan, dana sertifikasi yang biasanya cair menjadi tertunda. Sistem di dapodik tidak memperbolehkan mereka mengajar TIK dan Prakarya. Padahal mereka sudah mengajar 24 jam sesuai dengan ketentuan Tunjangan Profesi Guru (TPG).
Seorang kawan menuliskan di bbmnya.”Iya om, kawan-kawan disini (baca: Balikpapan) setengah hati jadi guru prakarya. Mereka bilang gak sesuai hati nurani yang lebih ke TIK. Pokoknya TIK sampai matilah”.
Sebagai salah seorang pengurus Asosiasi guru TIK, dan KKPI nasional (AGTIKKNAS), tentu saya sangat memahami kegalauan mereka. Sebab saya sendiri langsung mengalaminya. Saya ditugaskan oleh pimpinan sekolah mengajar prakarya dalam kurikulum 2013 dan mengikuti diklat kurtilas di lembang Bandung. Bahkan saya sempat diminta untuk menjadi guru INTI.
Tentu saja sampai saat ini saya setengah hati menjalankannya. Kawan-kawan guru TIK lainnyapun demikian. Kami akhirnya berdemo dengan damai di saat hari pendidikan nasional, 2 Mei 2014. Kami pun bertemu langsung dengan pak Mohammad Nuh (menteri 2 nabi) di kantornya. Terjadi dialog yang membuat guru TIK dan KKPI di SMK semakin bingung dibuatnya. Anda bisa menonton videonya di youtube dengan menuliskan keyword atau kata kunci dialog agtikknas dengan mendikbud.
Sekarang ini di era jokowi situasinya berbeda. Bertemu mendikbud baru Anies Baswedan tak perlu berdemontrasi. Pak Anies terkesan jauh lebih terbuka. Saya merasakan itu ketika bertemu langsung dengannya di kantor kemendikbud senayan. Bagian protokoler menteri pun terkesan lebih kekeluargaan, dan kami bisa bertemu langsung dengan beliau walaupun belum ada janji.
Saat di UNESA, salah seorang pengurus AGTIKKNAS bertanya tentang nasib guru TIK dan mata pelajarannya. Meskipun jawabannya terdengar datar dan normatif tentang nasib guru TIK, tetapi beliau mendengar dan mulai memahami peran guru TIK. Pak Anies bahkan memberikan pesan kepada saya yang langsung dituliskannya. “Pak wijaya teruslah menjadi guru yang menginspirasi”. Kalimat itu membuat saya mendapatkan energi baru untuk terus berjuang mengembalikan mata pelajaran TIK dan KKPI dalam struktur kurikulum sekolah kita.
Di kota Balikpapan yang panas suhu udaranya, saya temukan secercah harapan. Peran Guru TIK dan KKPI sudah mulai lebih terang benderang eksistensinya. Akan ada pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknik buat guru TIK dan KKPI tahun 2015. Perwakilan agtikknas diminta menyusun materi dan kurikulumnya dengan pola standart dan maksimal dengan pola 34 jam sampai 45 jam pelatihan. Hal ini tentu saja merupakan tantangan tersendiri buat kami yang mendapatkan amanah menjadi pengurus AGTIKKNAS di tingkat Pusat. Namun hati kecil saya berkata kalau ini meruapakan jebakan agar guru TIK dan KKPI tidak lagi berdemo menuntut TIK dan KKPI kembali sebagai mata pelajaran seperti di kurikulum 2006.
Pagi sampai malam hari kami bergelut dengan disain instruksional dalam membuat pedoman pelatihan guru TIK dan KKPI. Firman Oktora, Purwanto, Retno, dan Wijaya Kusumah dengan penuh loyalitas tinggi berbagi pekerjaan dengan perwakilan pengurus agtikknas lainnya. Kami berbagi tugas dalam merajut pakaian diklat guru TIK agar dapat digunakan di tahun 2015.
Kami sadar pekerjaan ini sangat berat. Walaupun kami harus membawa pekerjaan rumah yang belum selesai, perjuangan guru TIK sudah mulai terlihat hasilnya. Alhamdulillah doa-doa guru TIK di SMP-SMA, dan KKPI di SMK siang dan malam sudah mulai diijabah oleh Allah.
Dalam bus Damri tujuan Rawamangun (berangkat dari bandara sukarno hatta) saya tersenyum. Di dalam hati saya berkata, “perjuangan ini sudah mulai terlihat kebahagiaannya. Saya menangis dalam kebahagiaan.”
Di dalam bus kota berwarna biru putih ini saya optimis guru TIK akan menemukan masa keemasannya. Kelelahan ini menjadi tidak terasakan bila perjuangan guru TIK mendapatkan hasil yang sama-sama kita harapkan. Terutama teman-teman guru TIK yang belum linier kesarjanaannya di bidang TIK.
Mereka diminta melinierkan diri dengan kuliah lagi atau kembali ke matpel asal dengan mengikuti sertifikasi kedua. Mereka yang sudah terlanjur sayang, tentu akan terus menjadi guru TIK, walaupun ijazahnya bukan sarjana TIK. Teruslah belajar dan tunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah guru profesional di bidang TIK.
Kawan kawan guru yang omjay sayangi dan banggakan. Melalui ponsel bbm salah seorang perwakilan pengurus agtikknas di Balikpapan, tak terasa terajut sebuah tulisan kisah nyata. Jadilah sebuah tulisan yang berjudul “Anies baswedan dan perjuangan guru TIK”.
Terima kasih sudah ikutan membacanya ibu Serviana. Jawaban ibu di BBM ikut menambah isi tulisan ini. Perjuangan ini belum selesai, dan mari kita kerjakan bersama-sama.Kolaborasi guru itu indah, apalagi kita telah memanfaatkan jaringan media sosial untuk saling memperkuat diri dan memotivasi.
Bu Serviana menuliskan, ” iya omjay. Saya dan kawan2 disini juga terus mendoakan perjuangan semua guru2 tik di indonesia bisa ngedapetin hasil yang bener- bisa membuat kita semangat lagi. Ga ada yang ga mungkin selama kita terus berusaha dan berjuang bersama, saya yakin Allah akan menjawab doa2 dan melihat perjuangan kita”.
Amin ya robbal alamin.
Catatan:
Tulisan Omjay ketika masih menjabat sekjen agtikknas, dan kemudian mengundurkan diri ketika tahu bahwa perjuangan guru TIK dan KKPI telah dihianati. Bagi kami save TIK dan KKPI harga mati.
Pingback: Wawancara Tertulis Omjay di Jawa Pos