9 JULI 2014: YANG MENANG ADALAH KITA, RAKYAT INDONESIA
Oleh: Nusa Putra
Delapan lembaga survey menunjukkan Jokowi-JK menang, sedangkan empat lembaga survey lainnya memenangkan Prabowo-Hatta. Kita harus sabar menunggu perhitungan manual yang dilakukan KPU. Semoga tidak ada kecurangan dalam proses peralihan kotak suara dari TPS ke tempat pengumpulan sampai suara dihitung secara nasional.
Hari ini yang menang adalah kita, rakyat Indonesia. Karena sebagian besar rakyat Indonesia telah memberikan hak suaranya. Di bawah langit yang cerah semuanya berjalan lancar dan damai.
Kekhawatiran sejumlah orang akan ada keributan ternyata tidak terjadi dan kondisi ini terus bisa dipertahankan sampai semua proses pemilihan presiden ini tuntas dan kita memiliki presiden yang baru.
Bahwa pemilihan presiden yang sangat panas dan menggetarkan hati ini bisa berjalan lancar dan damai merupakan tanda bahwa secara keseluruhan kita adalah bangsa yang matang dan dewasa. Semoga keadaan ini terus bisa kita jaga.
Banyak hal yang mengiris hati pada saat kampanye, waktunya untuk dilupakan walau sulit. Semua yang terjadi pada masa kampanye boleh-boleh saja dikaji sebagai pelajaran untuk perbaikan demokrasi ke depan. Tetapi tak perlu diumbar untuk saling menohok dan menghancurkan.
Dalam perjalanan waktu nanti akan terlihat mana di antara berbagai informasi yang beredar selama kampanye yang benar dan yang salah. Sehingga seluruh bangsa ini akan belajar dengan lebih cermat dan kritis menyikapi semua kampanye hitam dan fitnah. Agar di masa depan tak lagi digunakan sebagai strategi untuk memenangkan kompetisi politik pada tingkat apapun.
Semoga pada masa depan isu-isu primordial yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa tak lagi digunakan untuk menyerang dan menghancurkan lawan. Apalagi semakin terbukti kampanye hitam dan fitnah itu tak bisa memenangkan kompetisi presiden pada masa lalu dan masa kini.
Bangsa ini secara keseluruhan tanpa kecuali harus banyak belajar tentang luka yang bisa memborok dan membuyak bila isu-isu primordial terus digunakan hanya untuk memeroleh kekuasaan yang pasti dikompetisikan lima tahun ke depan. Kekuasaan itu hanya sebutir debu dibandingkan keutuhan bangsa ini.
Kita harus menumbuhkan rasa hormat pada lawan politik sebagimana menghotmati diri sendiri dan kawan-kawan seiring. Bahwa sejumlah tokoh yang berkaliber bahkan yang bergelar guru besar mengeluarkan ucapan dan meneladankan perilaku yang kurang pantas selama masa kampanye, kita anggap saja sebagai kekhilafan kekakak-kanankan karena tak bisa kelola diri hadapi ambisi kekuasaan yang memuncak. Marilah berkeyakinan bahwa apa yang mereka tunjukkan bukanlah karakter asli mereka. Itu cuma emosi sesaat yang harus kita maafkan.
Inilah saatnya kita sebagai bangsa besar bersalaman, bergandengan tangan untuk membangun keindonesian yang bhinneka tunggal ika.
KITA ADALAH SATU BANGSA, SIAPA PUN PILIHAN KITA!