Bung Muji Trisno dan kawan-kawan yang Omjay sayangi dan banggakan,
Mata pelajaran TIK yang menjadi favorit siswa harusnya tidak dihapus. Kenapa kita belajar bahasa Indonesia? IPA? IPS? Matematika tentu ada penjelasannya. dan TIK penjelasannya adalah bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi terus berkembang dan digunakan oleh seluruh dunia. Kalau tidak dipelajari cara dan tata cara yang benar apalagi tidak dipelajari keilmuannya, maka negara kita akan ketinggalan jauh.
Sebagai tenaga pengajar TIK di SMP, memang banyak yang harus dibenahi dalam kurikulum kita. Termasuk juga kurikulum TIK di sekolah. Hal itu sudah lama kami usulkan, dan akhirnya saya sesuaikan dengan kondisi sekolah. Sebab sekolah di Indonesia ini beragam bung! Ada yg hanya memakai alat seadanya, dan ada yg sudah luar biasa modernnya. Bung pasti sudah tahu kalau berkeliling Indonesia. Dari Aceh sampai Papua. Saya mengapresiasi tulisan Bung di http://mujitrisno.wordpress.com/2013/09/23/buat-apa-belajar-tik-di-sekolah/.
Apa yang bung tuliskan di atas ada benarnya, saya tak menampiknya. Namun sebagai pengajar TIK yang sudah saya lakukan dari tahun 1992 dan kemudian berganti kurikulum 2013, justru ini menjadi sebuah kemunduran. Dalam struktrur kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) matpel TIK sejajar dengan mata pelajaran lainnya. Itu artinya sudah ada pengakuan secara profesional dan keilmuan dari pemerintah dan dunia perguruan tinggi yang membuka jurusan TIK untuk para pengajar TIK di sekolah. Anda bisa melihatnya di MIPA UPI Bandung.
Para guru TIK juga diikutkan dalam uji kompetensi guru dan Sertifikasi guru sama dengan mata pelajaran lainnya, sehingga mereka mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional di bidang TIK. Kita juga tak bisa menutup mata. Disebabkan terbatasnya tenaga pengajar TIK dan masih banyaknya guru belum “melek” TIK di tanah air, akhirnya banyak guru dari matpel lainnya yang menjadi tenaga pengajar TIK. Tentu mereka belajar secara otodidak dan ada yang mengikuti kursus-kursus tambahan lainnya. Mereka berusaha mamahami TIK tidak hanya sekedar bisa mengoperasikan windows dan MS Office.
Persoalannya sekarang TIK masuk dalam semua mata pelajaran dan kita lihat dengan mata kepala sendiri bahwa banyak guru yang belum “melek” internet dan TIK di seluruh Indonesia. Lalu kemudian seenaknya saja pemerintah dalam hal ini kemdikbud menggantinya menjadi mata pelajaran “prakarya” yang belum teruji secara keilmuan dan belum ada dalam struktur kurikulum sebelumnya.
Awalnya, saya mengikuti saja kemauan pemerintah untuk menjadi guru “prakarya”, karena sekolah saya menjadi sekolah sasaran kurikulum 2013, Tetapi setelah saya mendapatkan diklat di Lembang Bandung, dan kemudian menjadi guru inti prakarya di Ciloto puncak, saya semakin tahu kelemahan mata pelajaran ini yang terdiri dari aspek kerajinan, budidaya, rekayasa, dan pengolahan. Kalau dibuka lagi secara kasat mata, mereka “merampok” aspek keilmuan dari matpel seni rupa yang mengembangkan kerajinan, budidaya untuk ipa biologi, rekayasa untuk ipa fisika, dan pengolahan untuk matpel tata boga yang mengelola makanan dan minuman. Bahkan di SMA diminta guru kewirausahaan mengajarkan mata pelajaran prakarya ini. Tentu saja hal ini menjadi tidak linier dengan keimuan kami, sementara guru harus mengajar 24 jam dengan keilmuan yang linier dalam DAPODIK yang berlaku saat ini. Tidak seperti dosen yang hanya 12 jam saja jam mengajarnya di perguruan tinggi.
Saya bukan pakar di bidang TIK, dan juga belum sepenuhnya menguasai TIK secara menyeluruh, namun kalau matpel TIK dihilangkan, jelas ini menjadi kemunduran. Sayapun mendapatkan dukungan dari Pak Onno yang mengatakan KEMUNDURAN, dengan dihilangkannya matpel TIK. Banyaknya penyalahgunaan produk-produk TIK dewasa ini, karena kurangnya pemandu bagi peserta didik kita. Boro-boro akan melahirkan generasi emas, kita justru akan melahirkan generasi cemas dan lemas yang tak memiliki etika dalam pemanfaatan TIK. Bisa-bisa di tahun 2045 nanti kita akan semakin jauh tertinggal dengan negara lainnya di bidang TIK. Kini saatnya TIK diperhatikan menjadi bidang keilmuan tersendiri di sekolah.
TIK sebagai keilmuan sudah tidak diragukan lagi. Hal ini sudah dipelajari dalam mata kuliah tersendiri di perguruan tinggi. Sama halnya dengan matematika, ipa bilogi, ipa Fisika, bahasa Indonesia dan matpel lainnya. Jadi mengandalkan TIK hanya sebagai tool saja jelas sangat disayangkan. Ujung-ujungnya kita hanya menjadi bangsa pemakai. Sebab anak-anak di daerah khususnya, tidak diberikan kesempatan untuk mempelajari TIK secara mendalam.
Semenjak TIK menjadi matpel selama lebih dari 10 tahun sudah banyak kemajuan didapatkan, dan berbagai sistem operasi berbasis open source sudah mulai dikembangkan. Kami tidak hanya mengajar mereka sebagai seorang operator saja, tetapi sdh mulai naik posisinya menjadi pencipta informasi, dan pembuat program sederhana yang kita kompetisikan dalam olimpiade TIK.
Saat ini terjadi kerancuan dan kebingungan bagi ribuan guru TIK di SMP/SMA dan KKPI di SMK yang sudah bersertifikasi, dan kami akhirnya bergabung dalam asosiasi guru TIK dan KKPI nasional untuk menyatukan pikiran. Banyak tulisan yang bisa Bung baca dalam website kami di http://www.agtikknas.org, dan anda bisa bergabung dalam facebook group kami di https://www.facebook.com/groups/aktikknas/.
Sebagai guru TIK di SMP, saya berterima kasih sekali dengan tulisan anda bung, dan saya semakin menemukan wawasan yang luas bahwa TIK memang layak dijadikan mata pelajaran tersendiri dan bukan hanya sebagai alat pembelajaran saja. Semoga dapat dipahami oleh anda dan kami persilahkan anda untuk bergabung bersama petisi kami di http://www.change.org/id/petisi/mendikbud-m-nuh-jangan-hapus-matpel-tik-kkpi-di-kurikulum-2013-mata-pelajaran-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-di-smp-sma-dan-kkpi-di-smk-harus-ada-dalam-kurikulum-sekolah?utm_medium=email&utm_source=notification&utm_campaign=new_petition_recruit#share.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
https://wijayalabs.com