Semoga engkau mau membaca kisahku ini. Sebuah kisah nyata yang kutulis untuk memotivasimu dalam menulis. Jangan pernah beranggapan bahwa menulis tak akan membuat dirimu kaya. Justru dengan menulis kamu akan memiliki kekayaan yang tak ternilai harganya. Kekayaan tak ternilai itu adalah kemampuan untuk selalu berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada pembaca melalui tulisan-tulisanmu.
Dulu aku selalu menganggap diri ini tak bisa menulis. Aku selalu tak percaya diri untuk memulai menulis. Selalu saja aku gagal menyusun kalimat demi kalimat. Kalaupun sudah terbentuk, akan kuhapus lagi karena merasa pesannya tak sampai dan terlalu muter-muter. Aku merasa tak pede dalam menulis.
Itulah kenangan kelabu ketika dulu belum percaya diri dalam menulis. Semenjak menjadi blogger mulai dari tahun 2007, dan kemudian bergabung di blog keroyokan kompasiana, aku merasakan semangat menulis yang luar biasa. Aku merasa setiap hari belajar menulis. Aku merasa dibimbing langsung oleh para penulis hebat yang luar biasa. Di Universitas Kompasiana, aku benar-benar belajar menulis siang dan malam.
Saking semangatnya menulis, aku lupa diri untuk mencari tambahan penghasilan selain mengajar di sekolah. Sampai suatu saat anakku yang berusia 6 tahun minta dibelikan susu. Sementara aku tak punya uang untuk membeli sekerdus susu ukuran 900 gr buat anakku.
“Ayah, nanti pulang jangan lupa beli susu buat Berlian ya!”, begitulah kata anakku manja.
Kuhitung duit di dompet. Hanya tinggal seribu rupiah. Jelas terlihat gambar pahlawan Pattimura dengan goloknya di uangku itu. Lalu aku berpikir, kemana lagi uang akan kucari? Uang tinggal seribu tentulah tak bisa cukup buat beli susu. Sampai suatu ketika ada sebuah keajaiban yang tak bisa kutangkap dengan nalarku, dan akan kuceritakan dalam tulisan berikutnya. Sabar ya! (bersambung).
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
4 thoughts on “Dari Menulis KuBeli Susu untuk Anakku (1)”