Cerita Omjay: Rabu, 22 Januari 2014

62038_10203061001554058_2006219613_n

Alhamdulillah, hari ini berangkat ke sekolah tak mengalami kemacetan. Pulang pun lancar. Bahkan saya sempat mampir ke taman mini untuk bertemu pak Joko (dosen pengajar olimpisme di kampus UNJ).

Saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman hari ini. Di koran kompas, tulisan Doni Kusuma di bagian opini kompas bagus sekali. Ada pesan tentang kurikulum 2013 yang ingin disampaikan:

Pemaksaan Kurikulum 2013 yang digegas tanpa persiapan memadai bukan hanya mematikan kreativitas yang sudah coba ditumbuhkan melalui KTSP, melainkan akan jatuh terpuruk pada kesalahan sama: gagal memahami roh pendidikan baru dan jatuh pada sekadar formalitas karena absennya keterampilan pendidik. Gejala kembalinya pada formalitas sudah terlihat saat guru mengisi kolom rapor penilaian semester gasal Kurikulum 2013 dalam Sistem Informasi Penilaian (SIP) yang didesain tanpa memahami realitas dan kondisi para guru. Kerumitan penilaian dan banyaknya item yang perlu diobservasi membuat guru akhirnya mempergunakan metode lama dalam menilai siswa. (Doni Kusuma, Kompas, 21 Januari 2014).

Di facebook Ikatan Guru Indonesia (IGI) ramai juga diskusi tentang kurikulum 2013, dan wesite kemdikbud yang minim informasi tentang dokumen kurikulum 2013. Saya ambil sedikit komentarnya:

Itje Chodidjah: dari Hywel Colemen yang ditulis kepada saya: Komentar Abdullah Alkaff tentang guru disampaikan pada seminar di Komunitas Salihara, Jakarta, pada tanggal 7 Mei 2013. Komentar tersebut tidak dimuat dalam makalah tertulis yang didistribusikan pada saat itu, tetapi dikemukakan secara lisan. Penulis hadir pada seminar tersebut dan menyalinnya.

Penyimpangan dalam implementasi kurikulum selama ini terjadi karena guru. Maka peran guru harus dikurangi jauh … Guru adalah satu variabel yang harus disesuaikan dengan kurikulum … Kurikulum harus bebas dari konstrain/kendala. Wujud kurikulum adalah buku untuk siswa dan manual untuk guru. Guru sekarang berada di posisi ketiga, bukan pertama. (Alkaff 2013)

Menurut Alkaff, peran guru perlu dibatasi agar kurikulum dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya. Pandangan tersebut dapat dikomentari sebagai berikut:

    • Dalam sejarah pendidikan belum pernah ditemukan suatu kurikulum atau metodologi yang ‘kebal guru’
    • Hubungan antara guru dan siswa adalah inti dari proses pendidikan; guru tidak dapat dikesampingkan
    • Guru adalah ahli (bukan robot) karena gurulah yang sehari-hari berinteraksi dengan siswa dan memahami kebutuhan dan ciri khas siswa
    • Usaha untuk mengesampingkan atau mengerdilkan guru pasti akan gagal.

Lalu ada komentar lainnya yang saya copas di facebook IGI:

    • Kreshna Aditya Saya hadir di acara Salihara itu. Prof. Alkaff juga menampilkan modifikasinya terhadap Taksonomi Bloom, seperti di foto di bawah ini. Dulu saya sudah pernah bahas ini juga ya. Ini dikomentari juga oleh rekan ekspatnya bu Itje Chodidjah dan bikin geleng2. Begitu banyak hal mendasar dalam 1 slide ini saja yg layak dipertanyakan. Kalau tidak salah, sampai sekarang pun diagram ini belum diganti. Padahal bu Itje juga pernah tanyakan tentang ini pada narsum Dikbud [Kapuskurbuk kalau tidak salah] dalam sosialisasi Kur 13 sesudah selesai sesi. Jawabannya adalah, “Iya, kita tahu itu salah, tapi belum sempat diganti.” Kalau tahu salah kenapa tetap disosialisasikan? Namun saya juga berpikir, seberapa berdampak sih kesalahan2 konsep ini pada PBM di kelas? Seberapa banyak guru yg baca dokumen kurikulum seperti ini? Jangan2 benar pak Iwan Pranoto dulu pernah bilang bahwa yg benar2 berdampak cuma buku dan ujian akhir.
Foto Kreshna Aditya.
Diskusi Pendidikan Kebudayaan dari Zaman Pergerakan hingga Kini Pembicara: J. Su…Lihat Selengkapnya
    • Kreshna Aditya Ttg tanggapan Hywel Colemen terhadap pernyataan Prof. Alkaff ttg pembatasan peran guru dlm kurikulum yg ini tadi: “Dalam sejarah pendidikan belum pernah ditemukan suatu kurikulum atau metodologi yang ‘kebal guru’.” Saya jd ingat presentasi Pasi Sahlberg di acara simposium pendidikan Finlandia-Indonesia. Dia bilang, “Finland Curriculum is not teacher-proof.” Maksudnya, kurikulum Finlandia tidak dirancang untuk kebal-guru [siapapun gurunya pasti penyampaiannya sama]. Justru kurikulum mereka dibuat terbuka pada interpretasi dan modifikasi guru di kelas sesuai kebutuhan unik setiap kelas. Mereka sangat percaya pada guru-gurunya. Lalu penerjemah dr Kemdikbud di acara itu menerjemahkan ucapan Pasi jadi begini, “Kurikulum Finlandia tidak butuh approval guru.” Para audiens yg sejatinya tidak membutuhkan penerjemah langsung pada tepok jidat.

Saya hanya khawatir, bila benar kurikulum 2013 dipaksakan oleh pemerintah tanpa evaluasi yang baik, maka kita bukannya melahirkan generasi emas, tetapi lemas.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh saat membahas Kurikulum 2013 di Forum Pendidikan Dunia (EWF) 2014 berkeyakinan bahwa  pendidikan memainkan peran strategis dalam kemitraan global serta dapat memutus lingkaran setan dalam pengentasan kemiskinan. Mulai tahun akademik 2014/2015, ia mengungkapkan, Kurikulum 2013 akan dilaksanakam di seluruh Indonesia yang melibatkan lebih dari 208.000 sekolah, 31 juta siswa dan sekira 1,4 juta guru.

Lengkapnya ada di http://www.antaranews.com/berita/415238/mendikbud-bahas-kurikulum-2013-di-forum-pendidikan-dunia?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter.

1390408603881262285
Mari kita siapkan generasi emas dengan kurikulum yang pas (Dokumentasi pribadi)

Sebaiknya, pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah sasaran di evaluasi terlebih dahulu. Mari kita lihat kekurangan dan kelebihannya. Jangan terlalu dipaksanakan diterapkan di semua sekolah di Indonesia, tetapi terapkan secara bertahap sampai guru benar-benar siap dan memahami secara utuh esensi dari kurikulum 2013 ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

4 thoughts on “Cerita Omjay: Rabu, 22 Januari 2014

  1. hari ini tgl 1 peb 2014 di KKG kami akan di adakan sosialisai kurikukulum 2013 ,ini kesempatan tuk saya menyerap ilmu dari pemateri apa yg akan beliau sampaikan .mudah”an ada sinkronisasinya dg apa yang saya baca dari tulisan Omjay hari ini ,saya akan semangat terus tuk mengikuti perjalanan dari kurikulum 2013 yg memang harus di jalani ini, walaupun kita lihat nanti bagaimana realitanya di laksanakan tidak oleh guru d sekolah dalam praktek kenyataannya pda saat pelaksanaan proses belajar mengajar nya di kelas.semangat Omjay tuk Omjay dan kita semua tuk pendidikan d sekolah dan tuk anak bangsa ini ,,amin.

  2. Kurikulum 2013 adalah proyek yang merugikan dalam dunia pendidikan.Lihat saja,sosialisasi baru disampaikan pada tanggal 1 Pebruari 2014 padahal guru dan sekolah dipaksa melaksanakannya pada tahun ajaran baru mulai Juli 2013.Apakah guru sudah memahami esensi kurikulum 2013?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.