Liburan Akhir Semester I
Sebenarnya, nyaris tidak ada yang bisa diceritakan pada liburan kali ini. Practically, there is little to nothing to be told. Tapi demi kepentingan tugas Omjay pembaca, gue akan menceritakan liburan gue yang oh-so-boring.
———————
Sebagai pembuka, bagaimana liburan kalian? Gue harap liburan kalian jauh lebih menyenangkan daripada liburan gue dan kalian benar-benar menikmati musim liburan sekolah di semester 1 lalu.
So the story began with hari pembagian rapor, 20 Januari 2013 – di mana gue sudah berada di Surabaya pada tanggal tersebut. Benar-benar tidak mengesankan. Sudah beberapa hari yang lalu LCD laptop bermasalah, nilai pun turun. Gue kemarin mendapat peringkat 12. (Tapi katanya peringkat 10.) Yah, mungkin gue sedang tidak beruntung saja. Kereta yang gue tumpangi – Sembrani – sampai di Surabaya jam 9 pagi, dan gue langsung meluncur ke rumah pakdhe (definisi: om yang lebih tua dari ayah/ibu) di perumahan Galaxy Permai dan beristirahat di sana sampai sore hari, hingga pada malam harinya, gue berangkat ke rumah eyang – the place where I belong – di daerah Wiyung dan tidur di sana.
Sebelum kita lanjut ke hari berikutnya, there is something quite important. Berhubung pada saat itu acara pernikahan salah satu om gue yang amat dekat, saudara dari eyangku menginap di rumah eyangku karena…….. alasan yang tidak diketahui.
Karena tidak ada yang menarik untuk diceritakan dalam beberapa hari sebelum pernikahan omku, jadi kita langsung lompat saja ke hari pernikahan omku.
Hari itu adalah hari Minggu, tanggal 22 Desember. Pestanya diadakan di Asrama Haji Surabaya di daerah…entahlah. Kami sekeluarga dijemput oleh pakdheku dan putri-putrinya minus istrinya yang entah kenapa terpaksa ditinggal. Setelah menjemput budheku, kami langsung pergi menuju Asrama Haji Surabaya, dan aku terpaksa duduk di belakang bersama kedua putri pakdheku yang berusia masing-masing 4 dan 6 tahun. It is not a pleasant experience. Kenapa? Gue terpaksa harus membuat suara-suara aneh dan bertingkah laku konyol sepanjang perjalanan agar mereka tetap terhibur, yang berawal dari iseng-iseng belaka. Merde.
Setelah kami sampai di Asrama Haji, kami langsung naik ke atas dan menuju aula di mana pesta pernikahan diselenggarakan. Acaranya memang tidak begitu megah dan makanannya kurang bervariasi dan kurang enak, tapi yang penting bukan tempatnya, bukan? Yang penting kedua pengantin berbahagia. (Meskipun makanan amat sangat penting, bahkan lebih penting daripada pengantinnya.) Sialnya, karena kami agak telat datang ke pesta, jumlah makanan yang bisa dimakan (setidaknya, bagi gue) tinggal sedikit. Untuk menambah panjang daftar kesialan yang ada di pesta kawinan tersebut, there is little to no seat yang masih kosong. Dasar sial. Untung saja aku masih berhasil mendapat tempat duduk yang masih kosong.
Setelah pesta selesai, kami (dengan perut yang penuh [tidak buatku. Perutku tidak akan pernah kenyang] tentunya) pulang kembali ke rumah eyangku. Sampai rumah, aku teler dan ketiduran. Kami sampai rumah jam 3 siang. Aku bangun jam 8 malam. Itu pasti catatan rekor tidur siang terbaru dalam 3 tahun terakhir ini.
Lalu, beberapa hari kemudian, aku mengeluarkan PS2-ku yang kubawa dari Jakarta. Setelah ‘bersiap’ untuk bermain, aku baru sadar, aku tidak membawa tas penyimpanan CD game. Jadilah gue terjebak bersama Medal of Honor: Vanguard terhitung dari tanggal 23 Desember 2013 sampai dengan tanggal 1 Januari 2014. Let me tell you, Vanguard dengan grafiknya yang nggak begitu bagus mungkin memang seru bila dimainkan sekali-sekali, tapi selama 10 hari berturut-turut, pasti kau akan muak juga. Untuk menambah panjang (lagi) daftar kesialan, aku sudah menamatkan game tersebut entah dari kapan. Jadi aku sudah tahu apa yang akan terjadi. It simply ruins your gaming experience.
Loncat ke malam Tahun Baru. Seperti malam Tahun Baru tahun sebelumnya, kami diundang oleh tetangga kami di Surabaya untuk mengadakan pesta ‘bakar-bakaran’ (tolong jangan mengasosiasikan bakar-bakaran di sini dengan Meet the Pyro-nya Team Fortress 2. Team Fortress 2 dilindungi oleh hak cipta dari Valve.) di depan rumah. Yang dibakar memang tidak banyak, ada sosis sapi, sosis ayam, dan bakso sapi. Serta jagung.
Saat sedang menunggu sosis yang sedang dibakar, aku dan temanku yang sudah selesai menusukkan sosis ke tusuk sate menunggu untuk sosis kami dibakar. Karena tidak sabaran, aku mencocolkan sate sosis milikku yang belum dibakar ke dalam saus tomat.
“Sosis mentah itu enak. Bakso mentah pun begitu.” -GDRohis1
Gue nggak tidur sampai pesta kembang api dimulai. Kalau mau jujur, pesta kembang api itu rasanya seperti dihujani oleh peluru artileri dan mortir. Kalian tidak tahu apa itu artileri dan mortir? Cari di Google.
Setelah ayah gue bergabung dengan kami (oh ya, gue berangkat bersama adik dan eyang, ibu gue tidak bisa ikut), kami mulai packing. Dan pada tanggal 3 Januari 2014 malam, kami meninggalkan Surabaya dengan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 595 pada jam 21.30 (hapal). Pesawat sampai jam 11 malam akibat cuaca buruk. Setelah sampai, kami tidak dapat langsung menemukan ibuku yang akan menjemput, jadi kami berputar-putar dulu sebelum akhirnya menemukan beliau. Kami sampai kembali di rumah jam 12 malam dan gue baru tidur jam 2 pagi.
4 Januari pagi. Dengan rambut awut-awutan dan napas yang baunya tidak karuan, gue bangun jam 8 pagi. Niatnya sih mau malas-malasan di rumah, tapi berhubung LIA sudah dimulai bagi yang mengambil hari Sabtu (iyaL), jadi aku tetap harus les. Dan itulah mengapa kami bela-belain pulang hari Jum’at malam.
Entah kenapa gue merasa pengen nyeritain hari gue di LIA, so be it. Gue dateng seperti biasa setelah Idham, temen gue yang sama-sama kelas 8. Lalu orang-orang berdatangan, termasuk sahabat gue, Ilham – yang agak nggak beres pikirannya dalam konotasi yang baik – dan Daniel – yang tergila-gila pada Nazi. Lalu pelajaran pun di mulai, dan, ya sudah, kita dapat tugas, lalu pulang! Intinya begitu!
Besoknya, hari Minggu tanggal 5 Januari 2014, gue sekeluarga pergi ke Mall Ambassador dengan tujuan utama ngebetulin laptop gue (sound effect malaikat-malaikat dari soundtrack MEDIC!-nya Team Fortress 2). Rupanya, LCDnya longgar dan tidak bisa dibetulkan pada hari itu saja, karena LCD Sony VAIO bukan LCD yang bisa dibeli di mana saja. Yah, sampai hari ini laptopku masih belum beres. Gue berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar laptop gue yang setia bisa sembuh seperti sedia kala. Amin.
6 thoughts on “Liburan Daffa Fernanda R. 8D-11”