Jum’at, 16 Agustus 2013 kami sekeluarga pergi ke tugu monumen nasional atau monas. Kami menikmati malam kemerdekaan ini sambil berkeliling halaman monas. Luas juga halamannya, dan membuat kami berhenti sejenak untuk menikmati pop mie dan kerak telor. Kami pun membeli 4 botol aqua ukuran sedang untuk melepas dahaga.
- Omjay di Monas
Kami hadir di monas dalam rangka jalan-jalan saja menikmati liburan sekolah yang masih tersisa. Usai berkunjung atau bersilahturahim ke tempat kakak ipar (teh lilis) di daerah kebun sayur (belakang Grand Indonesia), kakak ipar (Kang Didin) saya yang berasal dari Garut langsung melaju kendaraannya ke arah monas. Di dalam mobil avanza, kami semua ada 9 orang. Terdiri dari 4 orang dewasa, dan 5 orang anak. Keluarga kakak ipar (4 orang) dan keluarga saya (4 orang) ditambah 1 keponakan (Kiki) dari kakak kandung saya, sampailah kami di tugus monas. Senang sekali rasanya dapat menginjakkan kaki di Monas kembali.
Setelah memarkirkan mobil, kami semua menuju halaman utama dimana tugu monas berdiri. Ramai sekali suasananya, meskipun tak seramai hari raya idul fitri. Kata pedagang minuman, monas saat ini masih sepi. Mungkin masih banyak orang yang pulang kampung atau mudik dan belum kembali ke Jakarta.
Di tempat ini banyak pedagang menawarkan barang dagangannya. Kami berisirahat sejenak setelah berkeliling halaman monas yang luas. Anak-anak minta dibelikan pop mie, dan ibunya pun demikian. Akhirnya kami pun membeli 6 buah cup pop mie, dan kakak ipar membeli ketoprak. Sedangkan saya lebih memilih kerak telor yang begitu menggoda mata. tak lupa kami juga membeli 4 buah aqua botol berukuran 600 ml.
Ternyata, kebanyakan pedagang itu orang Garut dan Tasikmalaya. Kakak ipar saya langsung saja mengobrol dalam bahasa sunda. Alhamdulillah berkat pendekatan kakak ipar dengan para pedagang yang sekampung halaman, kami mendapatkan harga khusus. Lumayan bisa mengirit pengeluaran. Kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 57.000,- (lima puluh juta ribu rupiah) untuk makanan dan minuman yang kami beli.
Ketika sedang menikmati makanan dan minuman, banyak pengamen, pengemis, dan tukang ondel-ondel silih berganti datang. Hal yang lucu ketika ada waria atau bencong yang berjoget . Anak-anak ketawa semua melihat tingkah lakunya. Jogetnya gak kalah dengan joket ceisar di acara yuk kita sahur trans tv. Kamipun menjadi terhibur karenanya.
Menikmati malam kemedekaan di tugu monas membuat saya merenung tentang arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Bangsa ini belum merdeka seluruhnya. Masih kita lihat kemiskinan dan kebodohan di sana sini. Rakyat kecil masih hidup susah, sedangkat para pejabat hidup dengan kemewahannya. Belum banyak rakyat Indonesia yang hidup makmur dan menikmati kemerdekaan dengan kebahagiaan bersama keluarga tercinta.
Sungguh kami bersyukur dapat menikmati malam kemerdekaan ini di tugu monas Jakarta. Seakan-akan pikiran saya kembali menerawang jauh ketika Bung KarnoBung Hatta, dan para pemuda berkumpul di halaman monas ini. Entah kenapa, saya rindu dengan kepemimpinan Bung Karno-Bung Hatta. Semoga kita mendapatkan pemimpin seperti Bung Karno-Bung Hatta di pemilu 2014 nanti. Mungkinkah?
- Menikmati malam kemerdekaan RI di Tugus Monas Jakarta
Salam Blogger Persahabatan
Omjay