Sedang asyik menunggu istri berbelanja, datang seorang peminta-minta di depan mata. Dia seorang nenek tua yang sulit sekali berjalan. Tubuhnya sudah membungkuk dan mengenakan tongkat pula. Nenek tua itu lalu mencoba untuk mencari posisi duduk. Hampir saja tangannya terinjak orang yang sedang berjalan, dan nenek itu pun duduk mengharap belas kasihan.
Saya tak tega melihatnya. Saya biarkan dulu orang yang lewat memberinya sedekah. Lalu saya foto nenek itu dengan ponsel jadul saya.
Foto 1: Nenek pengemis Tua sedang mencari posisi duduk
Dengan saya foto lewat ponsel jadul, saya ingin mengabadikan adegan unik ini. Saya potret beberapa kali sampai menemukan pose yang pas untuk bahan cerita saya di blog pribadi yang saya postingkan ini. Semoga ada pelajaran penting yang kita dapatkan.
Foto 2: Nenek Pengemis tua sudah duduk menikmati posisinya
Tak lama kemudian istri saya datang, dan memberinya uang sedekah Rp. 2000,- (dua ribu rupiah). Sungguh jumlah uang yang sangat sedikit sekali, sementara saya melihat barang belanjaannya bernilai ratusan ribu rupiah. Akankah kita bersedekah begitu murah? Sementara kemiskinan itu nyata di depan mata? Rasanya tak tega menyaksikannya. Saya pun langsung bangun dari duduk dan menghampiri wanita tua itu.
Foto 3: Nenek pengemis tua yang sedang menunggu belas kasih orang yang berlalu lalang di dekatnya.
Tak ada ekspresi gembira di wajahnya. Kelihatan sekali kulitnya yang telah menua dengan uban rata di kepala. Saya keluarkan isi dompet dan mencari duit yang tertinggi di dalamnya. Semoga tidak termasuk riya atau menyombongkan diri. Sebab bedanya sangat tipis sekali. Orang menyumbang karena ingin dilihat dan dikenal dermawan. Keikhlasan hati hanyalah impian.
Saya hanya tak tega saja melihat orang tua renta yang terpaksa meminta-minta. Seharusnya, di usianya yang menua itu dia hidup bahagia dengan anak cucunya. Ingin rasanya melakukan wawancara dengannya. Tapi saya tak bisa. Istri sudah memanggil-manggil untuk segera kembali ke parkiran mobil di bawah masjid Raya Bandung.
Foto 4: Nenek pengemis tua itu Menunggu dermawan yang memberikan sedekahnya.
Ketika kita melihat kemiskinan di depan mata, seharusnya ada tindakan nyata dari kita semua untuk saling membantunya. Padahal ada dana zakat yang setiap tahun dikumpulkan oleh badan amil zakat. Baik dilakukan resmi oleh pemerintah atau pihak swasta seperti dompet dhuafa. Namun kemiskinan tetap saja selalu ada. Dari zaman nabi adam hingga nabi muhammad kemiskinan tidak pernah bisa dihapuskan. Selalu saja ada gelandangan dan pengemis. Seperti sulit untuk dihilangkan dari muka bumi. Adakah solusi utk mereka agar tak meminta-minta lagi?
Semoga dana zakat dari umat yang terkumpulkan setiap tahun dapat digunakan dengan baik dan tepat sasaran. Orang miskin dan anak terlantar memang harus diurusi oleh negara tetapi tak bisa kita serahkan semuanya pada negara. Penggunaannya harus diawasi agar tepat sasaran dan membuat orang yang miskin hidupnya menjadi tertolong dengan dana zakat ini. Dana zakat tak boleh macet di tangan para pengelolanya, dan harus segera tersalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya.
Seorang teman di facebook berkomentar begini:
Baznas di kota pak guru duitnya dipake buat thr pegawai, orang miskin tak punya pekerjaan hanya bisa melongo menjelang pilkada
Foto 5: Kemacetan di Jalan Kepatihan Bandung, dekat masjid Raya.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
5 thoughts on “Nenek Pengemis Tua ini Urusan Siapa?”