Kamis, 25 april 2013 adalah hari terakhir pelaksanaan UN di SMP. Di hari keempat ini diujikan mata pelajaran IPA dari pukul 07.30-09.30 wib.
Semenjak dari pukul 03.00 wib pagi, saya belum tertidur lagi. Saya terlalu asyik menyelesaikan artikel opini yang akan saya kirimkan ke media cetak. Sampai kemudian terdengar suara adzan subuh dari masjid.
Pukul 05.00 wib seperti biasanya saya berangkat dari rumah. Perjalanan dengan sepeda motor sangat lancar sekali, dan saya sempatkan mampir ke sekolah. Di sekolah labschool saya menyalakan komputer dan mulai berinternet riya. Saya isi waktunya dengan membaca informasi terbaru di internet dan juga merubah status facebook. Maklumlah, sudah menjadi manusia status di era digital, hehehe.
Pukul 06.30 wib barulah saya pergi ke smpn 232 jakarta timur. Di sekolah itu saya ditugaskan mengawas UN SMP. Sudah banyak pengawas UN hadir ketika saya tiba di lokasi.
Pagi ini tak ada sarapan pagi seperti biasanya. Sedih banget deh. Panitia hanya akan memberikan nasi kotak usai mengawas. Saya mengambil secangkir teh manis panas, dan mencicipi lontong isi dan tahu isi yang sudah disiapkan oleh panitia. Lumayanlah untuk mengisi dan menendang perut omjay yang semakin endut ini, hehehe.
Pukul 07.00 wib kepala sekolah smpn 232 jakarta memberikan pengarahannya kepada seluruh pengawas. Beliau mengingatkan kepada kami untuk tetap prima dalam melakukan tugas pengawasan meskipun ini adalah hari terakhir un di SMP.
Saya hanya manggut-manggut saja. Apalagi ketika ibu kepala sekolah bilang tak bisa menemani kami setelah mengawas un, karena ada kegiatan lainnya di sub rayon.
Pukul 07.10 wib seluruh pengawas masuk ke ruangannya masing-masing. Hari ini saya mengawas di ruang 08 bersama ibu Sulastri dari smpn 44 jakarta. Kebetulan ruangan ini bersebelahan dengan masjid sekolah.
Anak-anak kelas 9 terlihat berbaris rapi untuk menyambut pengawas masuk ke ruangannya. Ada 20 orang siswa siswa siap melaksanakan un mata pelajaran IPA.
Setelah berdoa, saya bagikan soal un bersama ibu sulastri. Tak lupa saya mengingatkan mereka untuk mengecek kelengkapan soal. Bagi soal yang kurang lengkap dapat ditukarkan kepada pengawas ruang untuk dibawa kepada panitia un. Saya juga meminta mereka untuk merobek LJUN dengan sangat hati-hati.
Ketika sudah menuliskan kelengkapan administrasi un dan menanda tangani pakta integritas (kayak partai demokrat aja ya), iseng-iseng saya menulis. Saya ambil kertas sisa coret-coretan dari peserta, lalu mulailah saya menulis tentang apa-apa yang telah saya kerjakan hari ini.
Sambil menulis, saya pandangi peserta un satu persatu. Saya perhatikan mereka sedang khusyu dengan soal yang diujikan. Saya melihat rona wajah kesulitan dari sorot mata dan tubuh mereka. Apakah soal ipanya sulit?
Saya mencoba melirik soal dan membaca soal-soal IPA SMP yang tersisa di meja saya. Saya lihat dan rasakan, soalnya memang mudah, tapi jawabannya yang susah. Kalau saya yang mengerjakan, belum tentu dapat nilai bagus. Hal ini disebabkan saya belum belajar lebih dahulu. Kalau belajar lagi, pasti saya bisa, hehehe.
Sedang nikmatnya menulis, Ibu Sulastri meminta saya mengedarkan daftar hadir kepada para peserta. Beliau sudah lengkap menuliskan nama lengkap dan nomor peserta yang ada di ruangan. Tulisan tangan ibu sulastri sangat rapih sekali, dan mengingatkan saya pada tulisan ibunda almarhum yang kalau menulis tangan dengan huruf miring sambung atau menulis indah pada jamannya.
Saya berkeliling mendatangi meja peserta satu persatu untuk mengedarkan daftar hadir rangkap 3. Lumayanlah dapat menghilangkan rasa kantuk yang mulai menyerang diri. Maklumlah, dari jam 03.00 pagi sampai saat ini saya belum tertidur lagi. Saya menyiasatinya dengan memakan permen kopiko supaya gak ngantuk.
Waktu peserta tinggal 5 menit lagi, dan saya ingatkan kepada mereka kalau waktunya sudah hampir habis. Saya melihat rata-rata dari mereka sudah selesai mengerjakan 40 soal yang diujikan. Sayapun iseng-iseng menanyakan kepada mereka tentang soal yang paling sulit dari mata pelajaran UN yang diujikan. Ternyata jawaban mereka, matematika adalah pelajaran paling sulit selama un di smp. Saya tersenyem-senyum saja mendengarnya.
Bel tanda waktu habis dibunyikan oleh panitia. Itu tandanya seluruh peserta harus meletakkan pensil dan menyerahkan tugasnya kepada pengawas un. Setelah semuanya terkumpul, LJUN saya segel dan soal saya masukkan kembali ke dalam map soal.
Setelah berdoa, saya meminta izin untuk mengambil gambar mereka. Anak-anak pun senang dan kami mengakhiri un hari keempat ini dengan suasana yang menyenangkan.Begini loh hari terakhir un di SMP.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
One thought on “Hari Terakhir Mengawas UN di SMPN 232 Jakarta”