Masihkah UN SMA Diperlukan?

Baru saja saya berdiskusi dengan anak-anak kelas XII SMA Labschool Jakarta yang baru saja selesai melaksanakan Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia. Mereka tampak bergembira karena baru saja menyelesaikan UN SMA di hari pertama. Mereka berkumpul di kantin sekolah sambil melepas lelah.

IMG01558-20130301-1508

Ketika saya tanya kepada mereka masih perlukah ada UN di SMA? Mereka semua menjawab tidak perlu. Alasannya, UN hanya menghabiskan uang negara saja, dan setelah mereka lulus UN, mereka harus ikut tes seleksi penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi lagi. Kata mereka, sebaiknya UN yang dilaksanakan sudah langsung membuat mereka diterima di PTN yang mereka impikan. Asalkan jumlah nilainya tinggi dan sesuai ketentuan. Atau SNPTN aja yang ada, dan UN ditiadakan.

Nampaknya, kemendikbud perlu melakukan dialog dengan para siswa SMA, dan juga guru-guru di SMA. Masih perlukah UN dilaksanakan di sekolah-sekolah kita? Kalau jawabannya perlu, buat apa? Kalau untuk menentukan kelulusan siswa, bukankah sudah ada ujian sekolah? Lalu buat apa UN dilaksanakan? Saya gak bisa jawab.

Sebagian orang menduga UN sebagai alat pemetaan kemampuan siswa di setiap daerah. Dari setiap daerah akan ketahuan, daerah mana yang kualitas lulusannya rendah. Lalu buat apa datanya kalau sudah didapatkan kemudian tak ada tindakan? Lagi-lagi orang menduga negatif thinking. Apalagi kalau bukan urusan “PROYEK”. Sebab dana pelaksanaan UN cukuplah besar. Sampai-sampai polisipun ikut kebagian rezeki karena mengamankan soal UN.

Saya hanya bermimpi saja. Seandainya UN tidak ada di sekolah-sekolah kita. Tentu tak ada lagi bimbel atau bimbingan belajar yg mengklaim kalau mereka lulus dengan nilai tinggi adalah berkat jasa guru bimbel. Lalu dimanakah jasa guru yang sudah pontang panting melakukan pendalaman materi UN?

 

1366006303676866977

 

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

10 thoughts on “Masihkah UN SMA Diperlukan?

  1. Pemikiran setingkat SMA/SMK masih cenderung jernih dan dengan adanya UN tidak akan membuat mereka punya nilai tambah. Benar,pendapat mereka perlu di dengar oleh para pejabat negara khususnya jajaran Kemdikbud saat ini yang telah bekerja cukup memalukan muka pendidikan di Indonesia.
    Tahun depan tolak total yang namanya UN.
    Salam Pendidikan..Bismillah

    • Maaf saya kurang setuju dengan pendapat di atas.Jangan mudah membubarkan sesuatu yang tidak sesuai harapan,cari dulu akar masalahnya dan perbaiki.Menurut saya UN ataupun UNAS sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan metode pengajaran, bagus atau tidaknya kurikulum,dan pemetaan sekolah.Namanya proses belajar mengajar harus diuji keberhasilannya secara nasional.Kalau tidak ada ujian berarti tidak ada target. Kalau tidak ada target,buat apa sekolah?Yang harus diberantas bukan UN ataupun UNAS nya tetapi ketidakjujuran di dalamnya. Ketidakjujuran,itulah akar masalahnya. Ketidakjujuran para pejabat makan uang anggaran, ketidakjujuran para pengawas UN/UNAS yang tidak profesional/pura-pura tidak tahu, kecurangan guru/sekolah dalam mark up nilai,kecurangan siswa yang menyontek. Ketidakjujuran harus kita berantas dengan tindakan tegas, perangkat hukum yang jelas,dan aparat yang disiplin.
      Kalau ingin menjadi bangsa yang besar,hargai dan upayakanlah kejujuran.

  2. Menurut pendapat saya UN sangat diperlukan untuk melihat apakah sekolah bisa memenuhi target standar keberhasilan pembelajaran.Ini juga untuk mengukur baik tidaknya kurikulum yang dipakai.Jadi UN harus tetap ada.

    • Yang perlu direvisi adalah mental proyek dan mental koruptor serta penegakan hukum yang jelas dan tegas.Siapapun yang terindikasi korupsi,itulah yang harus ditindak.Bukan UN yang dipermasalahkan lalu dibubarkan,tapi koruptorlah yang harus ditindak.Jangan mengulang kesalahan yang sama.Dulu RSBI dibubarkan dengan berbagai alasan,padahal RSBI mampu menjawab berbagai tuntutan zaman di era globalisasi.Bukan RSBI yang salah,tepi pihak yang korupsi yang perlu ditindak.

  3. Saya sependapat dengan Omjay. Buat apa UN? Buat apa ada pengawas UN? Namun, sebelum menjalankan tugas sudah dapat bnyk pesan yg sudah sepakat di Rayon kalau mengawas jadilah pengawas yg “baik”. Jadilah pengawas yg pura-pura tdk tahu. Ya Allah.. apakah honor yg kami terima ada keberkahan di dalamnya… kalau nilai UN bisa digunakan utk seleksi perguruan tinggi, perlu di buat strategi dan keprofesionalan serta kejujuran kepada semua pengawas UN. Apakah semua pengawas mempunyai mental profesional?

    • Maaf saya kurang setuju dengan pendapat di atas.Jangan mudah membubarkan sesuatu yang tidak sesuai harapan,cari dulu akar masalahnya dan perbaiki.Menurut saya UN ataupun UNAS sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan metode pengajaran, bagus atau tidaknya kurikulum,dan pemetaan sekolah.Namanya proses belajar mengajar harus diuji keberhasilannya secara nasional.Kalau tidak ada ujian berarti tidak ada target. Kalau tidak ada target,buat apa sekolah?Yang harus diberantas bukan UN ataupun UNAS nya tetapi ketidakjujuran di dalamnya. Ketidakjujuran,itulah akar masalahnya. Ketidakjujuran para pejabat makan uang anggaran, ketidakjujuran para pengawas UN/UNAS yang tidak profesional/pura-pura tidak tahu, kecurangan guru/sekolah dalam mark up nilai,kecurangan siswa yang menyontek. Ketidakjujuran harus kita berantas dengan tindakan tegas, perangkat hukum yang jelas,dan aparat yang disiplin.
      Kalau ingin menjadi bangsa yang besar,hargai dan upayakanlah kejujuran.

  4. Nabila

    UN masih perlu pak, Krn nilai rapor kan standarnya beda2.
    ada sekolah yg murah nilai, ada sekolah yg pelit nilai.
    Nilai 8 di SMA A bisa jadi lebih bagus drpd nilai 9 atau 10 di SMA B.
    Di SNMPTN Undangan ketauan deh rapor yg rekayasa. krn 10-30% PTN kan ngambil nilai hasil UN.
    Kecuali sih jalur SNMPTN Und di hapuskan saja. jd bersaing murni di jalur TULIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.