Membaca Koran Kompas Cetak di kolom Opini hari ini, Kamis, 7 Maret 2013 membuat saya benar-benar tercerahkan. Guru Mbeling yang dituliskan oleh Sidharta Susila, dan Kurikulum 2013 yang dituliskan pak Mendikbud RI, Muhammad Nuh, membuat saya tersulut untuk membuat tulisan baru.
Guru mbeling yang diambil dalam bahasa Jawa saya artikan secara sederhana adalah guru yang kritis. Istilah mbeling yang berasal dari bahasa Jawa menyiratkan sifat nakal, suka memberontak terhadap kemapanan, dan sering kali melakukan tindakan di luar kebiasaan. Guru yang tidak langsung menerima begitu saja apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Termasuk juga Kurikulum 2013 yang ternyata, konsep dasarnya berasal dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Itulah penjelasan yang disampaikan pak Mendikbud, Muhammad Nuh di kolom Opini Kompas pada hari yang sama.
Seakan-akan kedua artikel opini dihalaman 6 itu menggiring saya sebagai seorang guru untuk mampu menterjemahkan apa yang diinginkan oleh penentu kebijakan. Bukan karena saya tak tahu maksudnya, saya hanya ingin menjadi guru yang mbeling. Guru yang nakal dan pola berpikirnya diluar dari kebiasaan. Mungkin bisa dikatakan nyeleneh.
Saya baca berulang kali artikel pak Nuh dan berusaha memahami pola berpikir beliau sebagai penentu kebijakan. Beliau berusaha meluruskan opini publik yang dituliskan para pakar mengenai apa yang terjadi di media tentang Kurikulum 2013.
Saya berusaha untuk berpikir positif saja. Tetapi pikiran kritis saya mengatakan ada sesuatu yang salah dalam rancangan kurikulum 2013 ini. Kesalahan yang paling terasa, dan saya lihat adalah kurikulum 2013 hanya menghapus mata pelajaran yang ada dan menambah jam pelajaran tertentu. Tujuannya adalah agar nilai anak-anak kita untuk pelajaran matematika dan IPA lebih bergengsi di mata dunia. bagus ditataran konsep, tapi lemah diimplementasi.
Bagi saya, konsep kurikulum 2013 sangatlah bagus. Hanya saja, saya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan merasa tidak yakin kurikulum ini dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya bedah kurikulum 2013 agar apa yang dibuat oleh tim perumus kurikulum menjadi mudah dipahami oleh para guru yang akan mengimplementasikan kurikulum baru itu.
Konsep yang begitu bagus, akan menjadi sia-sia manakala guru sebagai pelaksana di lapangan tidak pernah dimintai pendapatnya. Wajar saja kalau kita akhirnya menjadi guru mbeling. Bahkan tak satupun organisasi guru diundang untuk ikut memberikan sumbang saran kepada pak mendikbud RI.
Tentu ajakan pak Sidharta Susila untuk menjadi guru Mbeling menjadi solusinya. Banyak guru yang sangat membutuhkan informasi seputar kurikulum 2013. Sementera informasi dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat minim. Ratusan email para guru dari berbagai daerah meminta saya untuk mengirimkan file dari nara sumber yang mengisi Seminar Kurikulum 2013 di Kampus UNJ yang baru lalu. Mereka begitu semangat untuk mencari informasi baru tentang kurikulum 2013.
Jangan salahkan guru, bila kemudian informasi tidak sampai kepada mereka. Sebab pemerintah kurang mengajak organisasi guru untuk bersama-sama mensosialisasikan kurikulum baru.Kalau saja pemerintah bisa bersinergi dengan organisasi guru, mungkin kesalahpengertian dan kesalahpahaman bisa dikurangi.
Kami dari Ikatan guru Indonesia (IGI) melalui milis group dan facebook group IGI selalu menyampaikan informasi terbaru tentang perkembangan rancangan Kurikulum 2013 yang akan diberlakukan bulan Juli nanti. Kami berusaha untuk saling memberi informasi dan mengkritisi kurikulum 2013.Jangan sampai dana yang begitu besar menguap begitu saja dan tak tepat sasaran.
Kita mungkin masih ingat nasib buku sekolah elektronik atau BSE yang kini mati suri. Kita juga melihat ratusan buku karya tulis guru yang menang sayembara buku pengayaan belum diterbitkan kemendikbud hingga saat ini. Padahal mereka berharap buku yang mereka tuliskan dapat dinikmati oleh peserta didik.
Lebih dari 10.000 guru sudah bergabung dalam group facebook ini, dan setiap informasi terbaru kami sampaikan dalam bentuk file untuk dibaca dan disebarkan kepada teman-teman guru lainnya di berbagai daerah. Kami ingin berkembang dan tumbuh bersama. Motto Sharing and Growing Together begitu terasa di group facebook itu. kami seperti saudara kandung yang saling melengkapi.
Kami berusaha memancing sikap mbeling para guru dengan memberikan informasi terbaru. Terjadi diskusi interaktif di antara kami. Tempat yang jauh menjadi terasa dekat berkat adanya internet. Oleh karena itulah gerakan guru melek internet dan Indonesia membaca menjadi program utama kami.
Guru Mbeling banyak saya lihat di group facebook IGI itu, dan saya banyak belajar dari mereka. Banyak guru hebat yang mau berbagi ilmunya, dan kami yakin akan tumbuh bersama dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Guru mbeling adalah guru yang sadar akan panggilan jiwanya sebagai pendidik. Guru mbeling sadar akan hal-hal yang membatasi kreativitas dan perjuangan mendidik dengan benar serta bertanggung jawab. Demi prinsip pendidikan, martabat, dan panggilan jiwanya sebagai pendidik, ia berani bersusah-susah dan memperjuangkan pembelajaran di luar kebiasaan. Hal itulah yang saya kutip dari tulisan pak Sidharta Susila.
Guru memang harus berubah. Dunia terus berputar dan peserta didik hidup dalam jamannya. Kita para guru memang harus menjadi guru Mbeling agar dapat menemukan metode baru dalam pembelajaran. Apapun kurikulumnya, guru kreatif kuncinya. Biasanya guru kreatif itu akan menjadi guru mbeling, karena cara mengajarnya yang tidak biasa, dan diluar dari kebiasaan.
Jadi kalau ditanya, beranikah para guru kita bersikap mbeling dalam mengemudikan Kurikulum 2013? Jawabnya harus berani. Meskipun kita tahu, improvisasi dan ragam pembelajaran mbeling sering kali tak mudah dilakukan di negeri ini. Salah satu hadangan berat adalah ketika pada akhirnya harus menjalani perhelatan ujian nasional (UN) yang sudah jelas semakin dikukuhkan dalam kurikulum 2013.
Pembelajaran mbeling, meski demi kepentingan anak didik, akhirnya menjadi pertaruhan. Guru mbeling dipertaruhkan reputasinya, dan pada akhirnya kita harus bersetuju dengan tulisan pak Rhenald Kasali, Kurikulum orang tua untuk anak. Para orang tua harus sudah siap dengan kurikulum yang dibuatnya sendiri, sebab guru di kurikulum baru seperti kerbau dicucuk atau dicocok hidungnya. Benarkah?
Salah Blogger Persahabatan
Omjay