Rabu, 27 Februari 2013 saya diminta menjadi salah satu pembicara Pecha Kucha Jakarta vol.13 di Es Teler 77 Resto Jakarta Selatan. Ada 11 pembicara yang diminta tampil dan mempresentasikan materinya selama 6 menit. Tema yang diusung adalah Creation: Creative Education atau pendidikan kreatif.
Guru, Dosen, Buku, dan Kurikulum Baru
Begitu banyak tulisan tentang guru di berbagai media. Seolah-olah hanya guru yang disalahkan dalam lemahnya ranah pendidikan di negeri ini. Para dosen di perguruan tinggi tak mau disalahkan, sebab kunci kuatnya pendidikan terletak pada guru. Padahal kita melihat, kualitas guru kita menjadi kurang baik lantaran rendahnya mutu dosen di tingkat perguruan tinggi . Terutama dosen-dosen di lembaga pencetak para guru. Silahkan anda lakukan penelitian, pastilah anda akan mendapatkan kenyataan itu. Tak usah marah, mari kita sikapi dengan cara yang bijaksana.
Guru dan Perubahan Kurikulum
Sebenarnya, tulisan ini akan saya kirimkan ke media cetak. Tapi saya tak yakin akan lolos di meja redaksi. Sebab penulis hanya seorang guru biasa. Bukan pakar pendidikan, apalagi pakar kurikulum. Pastilah tulisan ini akan ditolak dan dikembalikan. Begitulah prasangka saya yang terbiasa menulis di blog.
Belajar dan Berbagi Ilmu PTK di Kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur
Akhirnya datang juga hari itu. Hari yang ditunggu oleh para guru yang ingin belajar dan berbagi ilmu PTK. Sekitar 50 orang guru hadir di Aula Wisma UNJ Rawamangun pada hari Minggu, 24 April 2013. Meskipun hari libur, mereka tetap semangat untuk belajar menulis proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan melaporkannya. Kegiatan diulai dari pukul 08.00wib sampai pukul 18.00 wib.
Digital Immigrants dan Digital Natives
Anak kita tumbuh dalam perkembangan teknologi yang berkembang dengan cepat. Anak-anak kita berpikir dan berbicara dengan cara yang berbeda. Dalam dunia teknologi masa kini, para guru dan orang tua di ibaratkan sebagai ‘pendatang’ dalam dunia teknologi digital (Digital Immigrants) sementara para siswa atau anak-anak di zaman ini disebut sebagai para ‘penduduk asli’ di dunia digital (Digital Natives).