Belajar dan Berbagi Ilmu PTK di Sekolah Guru Indonesia, Bogor

Kamis, 24 Januari 2013 saya diminta memberi materi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Sekolah Guru Indonesia (SGI)-DOMPET DHUAFA, di Jl. Raya Parung Bogor KM. 42, Desa Jampang Kecamatan Kemang Kabupataen Bogor Jawa Barat 16310. Informasi lengkap tentang sekolah ini dapat dilihat di website http://www.sekolahguruindonesia.net yang saat tulisan ini dibuat sedang mengalami perbaikan (upgrade).

buku-sgi

Ada 29 orang guru SGI angkatan keempat yang mengikuti pelatihan ini dan dibimbing langsung oleh mbak Ami yang menjabat sebagai direktur bidang kurikulum. Rencananya, setelah mereka selesai mengikuti magang dan pelatihan, mereka akan ditugaskan mengajar ke berbagai sekolah di Indonesia.

Dengan berbekal motto: “guru berkarakter menggenggam Indonesia”, sekolah guru Indonesia yang dulu bernama sekolah guru ekselensia Indonesia bertekad melaksanakan PTK dengan cara yang baik dan benar. Saya pun belajar dan berbagi ilmu PTK di sekolah guru Indonesia (SGI). Kami berdialog tentang judul PTK, masalah PTK yang dialami, dan langkah-langkah PTK yang efektif.

IMG01255-20130124-1230

Senang sekali bisa kembali belajar dan berbagi ilmu PTK ke sekolah ini. Saya bertemu dengan seorang guru dari Sumenep Madura. Semoga bisa diundang lagi di masa yang akan datang. Salut buat kawan-kawan guru di sekolah SGI angkatan 4. Saya banyak belajar dari kalian.

IMG_5676

IMG_5672

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

8 thoughts on “Belajar dan Berbagi Ilmu PTK di Sekolah Guru Indonesia, Bogor

  1. Action Research Class with Om Jay

    Kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung di Sekolah Guru Indonesia pada Kamis lalu berlangsung dengan fun dan “full of surprise”. Om Jay memulai perkuliahan ada pukul 08.00 dan mengawalinya dengan “SMS Attack berhadiah buku”, beliau membagikan satu buah buku kepada kami yang berhasil menjawab pertanyaannya lewat SMS, yang menjawab tercepat dan tepat akan mendapatkan buku karangan beliau, dan salah satu teman kami yang ditelepon pun yang akhirnya mendapatkan buku tersebut.
    Kuliah yang penuh dengan nuansa humor ini berlangsung sangat menarik karena dikemas dengan kegiatan-kegiatan yang bervariasi. Sebelum memulai kuliah, beliau meminta 29 orang mahasiswa SGI untuk menuliskan dalam sebuah kertas mengenai data diri, termasuk nama Facebook, Twitter dan nomor telepon serta mengkahiri data diri dengan jawaban atas pertanyaan beliau “Mengapa ingin menjadi guru?”.. pertanyaan yang sesungguhnya sudah sering dipertanyakan kepada kami tetap memiliki efek yang hebat karena makin memantapkan hati kami menjadi guru. Om Jay pun akhirnya memberi kejutan kepada 5 orang dari kami yang memiliki jawaban yang paling baik, dan mereka berhasil mendapatkan kenang-kenangan berupa majalah yang diterbitkan dari Aceh. Majalah Potret namanya.
    Setelah itu, Om Jay membagi kami dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk menguraikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diminta. Ada kelompok yang diminta menyebutkan contoh masalah dalam PTK, contoh judul PTK, langkah-langkah dalam PTK, dan macam-macam metode pembelajaran. Masing-masing kelompok mempresentasikan sesuai waktu pengumpulan datanya, Om Jay juga memberi penghargaan bagi kelompok terbaik presentasinya. Presentasi, tanya jawab dan pengumuman 5 orang yang mempunyai jawaban terbaik mengapa ingin menjadi guru menjadi akhir perkuliahan Penelitian Tindakan Kelas hari itu.

    Resume Materi
    Penelitian Tindakan Kelas

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratof dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan berbeda dari penelitian formal. Penelitian formal bertujuan menguji hipotesi dan membangun teori yang bersifat umum (General). Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
    Adapun prinsip dasar dari melakukan PTK adalah :
    1. Berkelanjutan, PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis
    2. Integral, PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti
    3. Ilmiah, diagnosis masalah berdasarkan pada kejadian nyata
    4. Motivasi dari dalam, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam
    5. Lingkup, masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan luar ruang kelas
    Ada beberapa faktor yang menghalangi guru untuk melakukan PTK, hal tersebut adalah Guru Kurang Memahami Profesi Guru, Guru Malas Membaca, Guru Malas menulis, Guru yang kurang sensitif terhadap waktu, Guru terjebak ke dalam rutinitas kerja, Guru kurang kreatif dan inovatif, Guru malas meneliti, dan kurang pahamnya guru akan konsep-konsep PTK menjadi masalah yang sering dihadapi dan seringkali menghambat guru dalam melaksanakan PTK.
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: penelitian ini masih sering diragukan validitasnya, sampel yang terbatas juga membuat peneliti tidak memungkinkan dapat melakukan generalisasi, kerepotan guru yang dwifungsi juga menjadi salah satu faktor keterbatasan penelitian jenis ini. Namun, dibalik keterbatasannya ada beberapa manfaat dari PTK, yakni membanu guru memperbaikki mutu pengajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru, sreta guru dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pengajaran dikelasnya.

    sari

  2. LAPORAN HASIL
    PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN LOMPAT
    JAUH GAYA JONGKOK SISWA SDN SEMPLAK I

    (PTK Pada Mata Pelajaran Penjas Dikelas V SDN Semplak I Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Semester I Tahun Pelajaran 2010-2012)

    PENELITIAN TINDAKAN KELAS
    (PTK)

    Disusun oleh
    Nur insani as shabir

    SDN SEMPLAK I
    KECAMATAN BOGOR BARAT
    KOTA BOGOR
    2012

    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. LATAR BELAKANG
    Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektip dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran Penjas.
    Fenomena itulah yang saat ini terjadi di SDN Semplak I yang mana kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas V SDN Semplak tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
    Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, seperti dijelaskan oleh Djumaidir (2007: 11:31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang seruis, didalam pembelajaran banyak disajikan variasi-variasi supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”

    Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan.Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain. Siswa SD yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
    Agar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai pedoman, maksud dan tujuan sebagaimana yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) maka pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif adalah pengajaran yang reflektif yaitu menggunakan pendekatan modern sebagai pengganti pengajaran tradisional. Oleh sebab itu ada pendekatan, maupun variasi modifikasi dalam pembelajaran. Salah satu pokok bahasan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar adalah gerak dasar lompat, karena setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pasti banyak menggunakan gerakan melompat. Modifikasi pembelajaran melompat sangat penting karena banyak siswa yang malas melaksanakan kegiatan tersebut pada saat pembelajaran. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itulah penulis melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SDN Semplak I.
    B. Identifikasi Masalah
    Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka peserta didik perlu mempelajari dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
    a) Peserta didik terlihat lambat dalam penguasaan pembelajaran penjas terutama penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.
    b) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas.
    c) Metodepembelajaran atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok yang menggunakan metode lama atau tradisional sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
    d) Kurangnya pemahaman peserta didik tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
    e) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas.
    f) Latar belakang pendidikan guru yang mengajar penjas yang bukan guru penjas
    C. Pembatasan Masalah
    Berdasarkan identifikasi masalah maka penelti membatasi masalah Agar substansi penelitian ini tidak melebar. Adapun batasan masalah pada penelitian ini hanya menitik beratkan pada penerapan metode pembelajaran dengan pendekatan bermain sebagai suatu suplemen peningkatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok di SDN Semplak I.
    D. Rumusan Masalah
    Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sejauh manaefektivitas pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan bermain pada pendidikan jasmani di SDN Semplak I.
    E. Tujuan Penelitian
    Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan bermain di SDN Semplak I.
    F. Hasil Guna Penelitian
    Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
    1. Peserta Didik
    a. Meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
    b. Perbaikan masalah yang ditemukan pada proses lompat jauh gaya jongkok.
    c. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan lompat jauh gaya jongkok.
    d. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, kesenangan dalam diri peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.
    e. Hasil belajar siswa dapat meningkat.
    2. Sekolah
    a. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
    b. Menumbuh-kembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah, untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
    c. Memberikan nilai tambah (value added) yang positif bagi sekolah
    d. Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan sekolah yang sudah berjalan.
    3. Guru
    a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai lompat jauh gaya jongkok
    b. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
    c. Memberikan sikap professionalisme dan karir pendidik
    d. Menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran
    e. Tercapainya ketuntasan belajar siswa
    f. Mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah
    g. Memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran
    h. Peningkatan atau perbaikan kualitas keterampilan guru dalam penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
    i. Pembiasaan guru dalam memecahkan masalah dan pembelajaran berbasis hasil temuan penelitian secara empiris

  3. BAB VIII
    PENGUMPULAN DATA PTK

    Data yang dikumpulkan berguna sebagai acuan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dicobakan, dapat bersifat kualitatif, kuantitatif atau keduanya. Jenis alat pengumpulan data yang diperlukan, diuraikan dengan jelas (melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktifitas kelas, penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assessment dan sebagainya). Contoh cara pengumpulan data:
    1. Data hasil belajar (melalui test kepada siswa)
    2. Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan (melalui lembar observasi)
    3. Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas (melalui jurnal guru)
    4. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran (melalui rencana pembelajaran dan lembar observasi)

    A. Teknik pengumpulan data
    I. Teknik pengumpulan data: digolongkan ke dalam 3 jenis:
    a. Metode kertas dan pensil
    1. Catatan lapangan pribadi (catatan tentang situasi kelas)
    2. Buku harian siswa (perlu kebebasan menulis bagi siswa dan ijin untuk membacanya)
    3. Kuesioner (disusun dalam tahap eksplorasi yang datanya berupa values.
    b. Metode “hidup”
    1. Metode sosiometri (hubungan sosial antara siswa dengan siswa lainnya untuk meningkatkan suasana sosial dan emosional di dalam kelas)
    2. Interview dan diskusi (Diskusi: maksimal 7 orang)
    c. Metode ostensive
    1. Presentasi slide-tape (pengambilan gambar pada moment yang tepat)
    2. Intervies dengan auidio-tape
    3. Video-tape

    2. Pembatasan data yang dikumpulkan
    Pembatasan sangatlah diperlukan dalam PTK. Untuk menentukan data mana yang relevan peneliti harus mengingat titik fokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, data yang kurang relevan tidak harus dibuang karena itu masih bisa digunakan untuk analisis penelitian selanjutnya.

    B. Alat Peneltitian untuk Pengumpulan Data
    1. Pengamatan/Observasi
    2. Interview
    3. Kuesioner
    4. Tes
    5. Jurnal Siswa
    5. Tugas
    6. Pekerjaan Siswa
    7. Audio Taping
    8. Video Taping
    9. Catatan Tingkah Laku Siswa
    10. Attitude Scales
    11. Dokumentasi

    1. Pengamatan/Observasi
    Adalah pengambilan data dalam penelitian dimana penelitimelihat situasi penelitian. Hal ini berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku dan interaksi kelompok.
    Tipe-tipe pengamatan:
    1. Pengamatan berstruktur (dengan pedoman)
    2. Pengamatan tidak berstruktur (tidak menggunakan pesoman)
    Dalam membuat tujuan pengamatan diperlukan adanya pedoman. Biasanya dalam pengamatan ada kecenderungan bersifat subjektif sehingga perlu digunakan 2 atau 3 pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan yang serupa.

    a. Beberapa Pendekatan Prosedur Observasi
    Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakaan perbaikan dalam rangka PTK.
    1. Jenis data yang diperlukan dalam rangka penerapan sesuatu siklus tindakan perbaikan
    2. Indikator yang relevan yang termanivestasikan dalam tingkah laku guru dan siswa
    3. Prosedur perekaman data yang sesuai
    4. Pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi
    Pencermatan beberapa pendekatan observasi berikut dapat berfungsi lebih mengarahkan pilihan prosedur yang paling sesuai untuk keperluan yang dihadapi.

    1. Interpretasi
    Kadar interpretasi dalam observasi dapat direntang mulai dari yang bersifat sepenuhnya mekanistik tanpa interpretasi sehingga dinamakan Low-inference observation. Rekaman data semacam ini akan berbentuk tanda cacah untuk masing-masing kategori amatan, yang berhubungan dengan teacher talk, pupil talk, silence/confusion. Namun, hal ini memiliki kelemahan yakni bnanyak kajian2 yang tak tersentuh seperti tindakan profesional guru dalam kegiatan pembelajaran.
    Sebaiknya, fakta yang direkam dalam observasi itu langsung diiterpretasikanke dengan rangka pikir tertentu, seperti Pebmbelajaran siswa aktif. Ini berarati bahwapa yang dikatakan atau tidak dikatakan, apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh guru/siswa diberi makna yang khas dan unik dalam mengobservasi suatu episode pembelajaran.

    2. Fokus
    Dengan penetapan fokus, maka pengamat akan akan dibatasi pada titik bidik yang telah ditetapkan. Namun sebaiknya pengamat tidak kaku, tidak menutup mata dan telinga terhadap kejadia-kejadian di luar fokus karena hal ini bisa menjadi hal bermakna yang berkaitan dengan tindakamn perbaikan yang tengah digelar.

    3. Pelaksanaan PTK
    Pada dasarnya yang menjadi pengamat dan pelaksana PTK adalah guru. Salah satu format yang merupakan modifikasi catatan lapangan yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsi sebagai pelaku tindakan perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan adalah Jurnal Harian.

    Jurnal Harian yang produktif mengandung 4 komponen:
    1. Identifikasi konteks observasi
    2. Informasi faktual yang menonjol dalam suatu periode
    3. Makna dari informasi faktual tersebut dalam konteks dimana ia teramati
    4. Implikasi dari fakta dan makna yang dimaksud dalam indentifikasi yang telah ditentukan.
    Dengan dokumentasi rekaman yang sistematis mulai dari konteks fakta, makna beserta impilkasinya dalam sesuatu kerangka pikiran tertentu ittu, maka proses refleksi akan terfasilitasi secar efektif dan efisien kaena berhasil memanfaatkan data yang baik cakupan amupun objektifitas serta pemaknaannya cukup memadai.

    4. Tujuan
    Tujuan dilakukannya PTK observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah perbaikan atas prakarsa sendiri.
    Hal yang harus dihindari dalam konteks PTK adalah observasi yang dalam pelaksanaannya terpusatkan pada pengungkapan kekurangan atau yang berfungsi sebagai aktor tindakan perbaikan.

    5. Alat Bantu Rekam.
    Banyak ragam alat bantu rekam yang dapat digunakan dalam pelaksanaan observasi. Mulai dari selembar kertas kosong hingga alat rekam canggih. Namun hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat rekam canggih adalah kelayakan, dana, dan kemampuan penggunaannya, agar nantinya pemanfaatannya menjadi maksimal.

    6. Sasaran Observasi
    Observasi dipusatkan pada baik kepada proses maupun tindakan pembelajaran yang dilaksanakn secara rutin. Pada saat pelaksanaan tindakan dapat dilakukan pengamatan sekaligus dan menginterpretsikannya ke dalam kerangka pikiran. Kemudian data hasil observasi tersebut sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan refleksi.

    b. Pilihan Prosedur Observasi
    Ada 4 metode observasi:

    1. Observasi terbuka
    Observasi ini bisa dimulai dengan suatu halaman kosong, sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak penting” dalam proses pembelajaran untuk tindakan perbaikan. Hal ini bertujuan agar pengamat dapat mengkonstruksi proses penerapan tindakan perbaikan yang dimaksudkan dalam diskusi balikan.

    2. Observasi terfokus
    Observasi yang secara cukup spesifik diarahkan sebagai sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran.

    3. Observasi terstruktur
    Perekaman data yang relatif sederhana, berhubung dengan tersedianya format yang relatif rinci. Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik betanya yang digelar oleh guru dalam sesuatu episode pembelajaran, seperti:
    1. Penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin siswa
    2. Jenis respons siswa karena ditunjuk atau mengajukan diri di samping
    3. Respons guru terhadap jawaban siswa langsung ditangani sendiri atau dilemparkan kepada siswa lain.

    4. Observasi sistematik
    Dalam observasi sistematik pengkategorian kemungkinan bentuk dan jenis amatan distruksturkan secara lebih rinci lagi.

    c. Langkah-langkah Observasi
    Maka secara umum pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan, yaitu:
    1. Pertemuan perencanaan
    2. Pelaksanaan observasi kelas
    3. Penentuan Kriteria Observasi

    a. Langkah-langkah Observasi
    1) Pertemuan Perencanaan
    Bertujuan untuk menentukan urutan kegiatan observasi yang menyamakan persepsi antara observer dan observe.

    2) Penetapan Fokus Observasi
    Yaitu segala sesuatu yang menjadi sasaran tujuan dalam pelaksanaan observasi, yang dibatasi pada sasaran-sasaran tertentu yang di prioritaskan dalam kerangka pikiran PTK.

    3) Penentuan Kriteria Observasi
    Yaitu kerangka pikir yang digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai indikator dan bersifat kuantitatif
    Kriteria observasi dalam rangka PTK, yaitu:
    a) Peningkatan proses pembelajaran
    b) Peningkatan hasil belajar
    c) Peningkatan keterlibatan warga sekolah dalam tindakan perbaikan

    4) Alat Bantu Observasi
    Contoh: kertas, checklist, kamera dan video.

    5) Keterampilan Mengobservasi
    Keterampilan utama yang diperlukan untuk dapat melakukan observasi yang baik:
    a) Kemampuan “menunda” kesimpulan
    b) Keterampilan dalam hubungan antar pribadi
    c) Kemampuan teknis
    d) Pelaksanaan observasi

    6) Diskusi Balikan
    Dilakukan dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi.

    7) Perencanaan tindak lanjut

    Planning Meeting

    Feedback Discussion Classroom Observation

    Tiga Tahap Observasi menurut Hopkins
    2. Wawancara
    Adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti dan dapat digali dengan baik. Wawancara terbagi dari wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternative jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pewawancara. Wawancara tidak berstruktur bersifat informal.

    a. Keuntungan dan Kerugian Metode Wawancara
    Keuntungan Kerugian
    Memberi umpan balik dilihat dari sudut pandang siswa Sering tidak umum dilakukan di sekolah
    Dapat langsung mendiskusikan maslah yang muncul, dan memperoleh informasi segera Sukar bagi anak kecil untuk mencatat gagasan dan perasaannya
    Dapat merupakan catatan mengenai episode atau suasana kelas tertentu secara umum Siswa dapat merasa tidak enak untuk membicarakan perasaannya dengan guru
    Dapat membantu mengidentifikasi masalah pribadi siswa Dapat sangat subjektif
    Mengajak siswa serta dalam meningkatkan mutu kelas Dapat menimbulkan masalah etis
    Guru dapat langsung berhubungan dengan siswa Memakan waktu banyak
    Siswa dapat lebih mengenal guru lebih besar Dapat dilakukan dengan bantuan-bantuan
    Guru dapat langsung mencari informasi yang diperlukan Sukar dilakukan pada anak keci khususnya untuk mengungkapkan perasaan/ gagasan mereka
    Siswa dapat lebih mengenal guru lebih besar

    b. Agar Interview Dapat Efektif dalam PTK
    1) Jadilah pendengar yang baik
    2) Usahakan menempati posisi yang netral sifatnya
    3) Jangan menunjukkan keheranan ataupun ketidaksetujuan
    4) Berilah aman dan ketenangan kepada siswa
    5) Berilah keyakinan bahwa apa yang dikatakan tidak akan memengaruhi kinerjanya
    6) Beri keyakinan bahwa tidak ada jawaban benar/ salah
    7) Ajukan pertanyaan yang sama untuk responden

    3. Kuesioner
    Terbagi kedalam dua macam:
    – Kuesioner berstruktur: berisi pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban
    – Kuesioner tak berstruktur: pertanyaan tidak disertai dengan jawaban
    4. Tes
    Adalah seperangkat rangsangan yang diberikan seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka
    5. Daftar Inventori Kepribadian
    Tiga jenis ukuran kepribadian:
    a. Daftar Inventori
    Daftar pertanyaan yang menggambarkan pola tingkah laku dengan jalan member tanda cek pada jawaban ya, tidak atau tidak tahu.
    b. Skala Penilaian
    Penilaian yang dilakukan oranglain terhadap tingkah laku dan penampilan orang dengan nilai pada kontinum atau yang menggambarkan cirri tingkah laku orang yang dinilai.
    c. Teknik Proyeksi
    Ukuran yang dilakukan dengan jalan meminta seseorang memberikan respon kepada suatu stimulus yang ambigu atau yang tak tersusun. Contoh tes TAT dan tes Rorschach yang menggunakan noda tinta.
    6. Skala
    Adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek, atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Digunakan untuk mengukur sikap, nilai-nilai dan minat dengan skala (skala Thurstone), summated scale (Sakala Guttman) dan semantic differential scale.
    1. Skala Likert
    Merupakan pernyataan positif dan negative mengenai suatu objek sikap
    2. Skala thurstone
    Skala thurstone di gunakan untuk menentukan nilai skala tertentu pada hal-hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenangkan. Skala ini ada tiga jenis yaitu: Menyenangkan, netral, dan tidak menyenangkan.

    c. Skala Guttman
    Teknik Guttman ini digunakan untuk mengatasi masalah dengan menggolongkan skala berdimensi tunggal, bermaksud menetapkan apakah sikap yang sedang diselidiki benar-benar hanya menyangkut 1 dimensi. Suatu sikap dikatakan berdimensi tunggal jika sikap itu menghasilkan skala kumulatif.,yaitu skala yang butir butirnya saling berhubungan atau berkaitan sedemikian rupa sehingga jika responden setuju dengan butir pernyataan pertama maka secara otomatis mereka akan setuju dengan pernyataan ke dua.
    Subjek dapat di rangking berdasarkan tanggapan mereka terhadap skala itu. oleh sebab itu peneliti harus membuat pernyataan-pernyataan yang dapat menghasilkan tanggapan yang dapat di reproduksi dari skor keseluruhan. Salah satu caranya dengan membagi jumlah total tanggapan dan hasilnya di pakai untuk mengurangi angka satu, sehingga di peroleh koefisien reproduktifitas. Gutman menyarankan nilai 0.90 sebagai membentuk skala berdimansi tunggal (Kumulatif)

    d. Skala perbedaan makna (semantic defferential scale)
    Pendekatan ini di kembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum. Skala ini di dasrkan pada pandangan bahwa objek itu memiliki 2 makna yaitu konotatif dan denotatif yang dapat dinilai sendiri-sendiri. Makna denotatif subjek dapat dengan mudah dinyatakan namun makna Konotatif subjeknya secara tidak langsung maka di butuhkan sejumlah kata sifat yang mempunyai dua kutub dan objek di nilai dengan berpedoman pada kata sifat. Osgood menggunakan skala ini atas 7 titik dengan angka 0 sebagai titik tengahnya ke atas sampai +3 dan ke bawah -3 untuk menilai sikap. Dengan mengetahui penilaian para subject terhadap suatu objek, peneliti dapat menentukan apakah objek tersebut positif atau negatif. Skor sikap sikap seorang responden dapat di bandingkan dengan sikap umum terhadap objek atau kelompok yang di tunjuk.

    Ada 3 kelompok kata sifat yaitu:
    1. Evaluatif : terdiri dari baik buruk bersih kotor.
    2. Potensi : terdiri kuat lemah, besar kecil
    3. Aktivitas : terdiri aktif pasive, cepat lambat.

    C. Monitor data
    Monitoring data dapat di laksanakan oleh guru/peneliti sendiri, temannya atau sekelompok teman atau oleh siswa.
    1. Monitor sendiri (self monitoring)
    Pada self monitoring ini guru/peneliti perlu mempunyai catatan harian mengenai semua tahap yang telah di laksanakan , juga yang mencakup keberhasilan maupun kesulitan yang di hadapinya. Semua hal harus di catat karena hal tersebut bisa menjadi aspek dasar untuk penelitian berikutnya.

    2. Monitoring oleh teman – teman
    Di tahap permulaan penting sekali untuk menarik perhatian orang lain mengenai penelitian kita. Karena mereka dapat membantu memberi masukan. Untuk itu perlu ada jadwal pertemuan dengan teman yang dilakukan secara teratur.

    3. Monitoring oleh siswa
    Mungkin saja kadang-kadang siswa mempunyai pandangan yang berbeda dan lebih kritis , tapi juga sangat bagus sebagai monitor karenanya perlu di manfaatkan.

    4. Monitoring bersama
    Dalam rangka mengadakan triangulasi mengenai data yang di peroleh pertemuan antara guru/peneliti, siswa, dan unsure-unsur lain seperti teman sejawat atau orang tua siswa sangat berguna untuk memperoleh interpretasi bersama mengenai kejadian yang ada di kelas.

    D. Analisis Data
    Analisis harus melihat seluruh tindakan sehingga dapat menjelaskan bagaimana aspek dapat memengaruhi aspek lainnya. Analisis dilakukan melalui diskusi tentang criteria, ruang lingkup penelitian serta tingkah laku yang terlihat untuk memaknai apa yang terjadi di dalam kehidupan yang sesungguhnya.

    E. Validasi Data
    I. Cara-cara validasi data
    a. Triangulasi: membandingkan persepri sumber data/informan yang satu dengan lain (misal: Persepsi guru-Siswa-Pengamat.
    b. Penjenuhan (Saturation): observasi/interview dilaksanakan berulang-ulang sampai data “jenuh”. Tidak ada lagi data baru.
    c. Triangulasi dengan memakai berbagai sumber: Survey, kuesioner, observasi, intervensi, dokumen.
    d. “Audit Trail”: data diperiksa oleh pihak ketiga (Responden kunci) , mencakup informasi.

    F. Sintesis Data
    Butir-buti yang perlu diperhatikan dalam mensintesis data yaitu:
    1. Kebutuhan akan penelitian tindakan, baik natar maupun di dalam sekolah
    2. Kebutuhan akan dukungan dari teman/pemberi data dana
    3. Kebutuhan guru untuk mempublikasikan hasil penelitiannya
    4. Kebutuhan majalah-majalah ilmiah yang berhubungan dengan penelitian serta perguruan tinggi, dan
    5. Kebutuhan untuk menyusun jarngan sebagai forum/tempat tukar menukar informasi

    G. Interpretasi Data
    Divalidasi dengan diintrepretasikan dengan cara menghubungkan dengan teori-teori, norma-norma yang berlaku untuk memberikan arti terhadap penelitian.

    BAB 9
    VALIDITAS PENELITIAN
    Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberi informasi dan argumen tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat profesional yang lebih luas.
    Ada tiga langkah untuk menentukan validitas hasil yang diperoleh di dalam penelitian tindakan yaitu (I) validasi diri sendiri (self – validation), (2) validasi oleh teman (peer validation) dan (3) validasi oleh siswa (learner validation).
    A. Langkah Validasi
    1. Validasi diri sendiri
    Ada beberapa kriteria untuk membenarkan hasil yang diperoleh yaitu :
    a. Praktik sebagai Realisasi Nilai – Nilai (Values)
    Penelitian pendidikan dimulai dengan pernyataan, baik secara lisan maupun tertulis atau gagasan – gagasan mengenai nilai – nilai. Keinginan untuk mengubah sesuatu yang bersifat negative menjadi positif dan motivasi untuk meningkatkan pendidikan menjadi insentif dan pendorong adanya penelitian.

    b. Refleksi Kritis yang Disengaja
    Refleksi kritis merupakan cara dimana pemahaman mengenai praktik pendidikan ditransformasi dan dimana guru membuat refleksi serta proses dipublikasikan sehingga orang lain dapat memahaminya.

    c. Kebutuhan akan Penelitian yang Ilmiah
    Peneliti menunjukkan bahwa ia telah mengikuti sistem penelitian yang ilmiah dalam usahanya untuk mencapai hipotesis.

    d. Interpretasi Pribadi sebagai Dasar Dialog
    Kekuatan penelitian tindakan adalah bahwa setiap guru menginterpretasikan kegiatan mereka sendiri dan membuat keputusan – keputusan cara meningkatkan kegiatan tersebut. Tindakan – tindakan mereka disengaja, berdasarkan kriteria yang telah disusun. Apabila orang lain setuju dengan apa yang telah dilakukan peneliti maka itu berarti bahwa orang tersebut telah memvalidasi pengetahuan atau hasil yang diperoleh peneliti.

    2. Validasi oleh Teman
    Hasil – hasil penelitian mempunyai nilai sosial hanya apabila telah dikomunikasikan kepada orang lain. Kelompok yang memvalidasi bisa teman, orang tua siswa, peneliti lain atau siapa saja yang dapat memberikan penilaian krisis dan beralasan. Tugas kelompok validasi ini adalah mendengarkan argumentasi peneliti tentang kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan dan hasil yang diperolehnya. Kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan guru / peneliti antara lain dapat dilihat dalam bentuk rekaman video . Tugas kelompok validasi juga membantu peneliti untuk mengemukakan gagasannya.

    a. Prosedur Menghadapi Kelompok Validasi
    Prosedur menghadapi kelompok validasi adalah sebagai berikut :
    1. Sebelum pertemuan, berikan laporan tentang apa yang telah dilaksanakan di dalam penelitian.
    2. Ajukan kepada kelompok validasi pertanyaan – pertanyaan antara lain:
    a. Apakah laporan ini merupakan deskripsi yang valid mengenai proses pendidikan?
    b. Apakah bukti – bukti yang terlihat mendukung apa yang telah dilakukan oleh peneliti?
    c. Adakah terlihat indikasi saat – saat kritis yang menunjukkan adanya nilai – nilai pendidikan?

    b. Kelompok validasi mengkaji bukti – bukti yang ada, menyesuaikannya dengan transkrip, rekaman (kalau ada) dan membicarakannya dengan peneliti. Dianjurkan untuk mengadakan pertemuan – pertemuan secara berkala dan teratur di dalam penelitian tindakan ini.

    3. Kriteria Pernyataan Validitas Komunikasi Sosial
    Ada empat kriteria yang perlu diperhatikan untuk menyatakan validitas komunikasi sosial yang sangat berguna bagi penelitian tindakan, yaitu bahwa:
    1. Pernyataan benar,
    2. Pembicaraan dapat dimengerti seluruhnya,
    3. Pembicaraan otentik (bukan palsu /kebohongan).
    4. Situasi memadai untuk hal – hal yang akan dikatakan.

    4. Kesepakatan Peneliti dan Kelompok Validasi
    Jadi, antara penulis dan kelompok validasi harus ada kesepakatan bahwa:
    1. Apa yang dikatakan mengenai tindakan yang telah dilaksanakan di dalam penelitian benar.
    2. Keduanya memakai bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
    3. Kedua belah pihak menjunjung tinggi kebenaran serta menghindari kesalahan.
    4. Situasi cocok untuk mendiskusikan isu tersebut.

    3. Validasi oleh Siswa
    Bagi peneliti sangat penting untuk memperoleh catatan mengenai reaksi yang diberikan oleh siswa terhadap tindakan – tindakan yang dilaksanakan. Catatan siswa dapat diperoleh dalam bentuk catatan harian, pernyataan pendek yang tertulis atau rekaman baik audio maupun video yang setiap kali perlu didiskusikan

    a. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan
    Dalam melakukan PTK perlu diingat bahwa:
    1. Teori – teori dalam pendidikan tidak / kurang berarti apabila tidak ada implikasi secara praktis.
    2. Aplikasi teori – teori tersebut tidak dapat netral, karena oranglah yang mengambil keputusan – keputusan.
    3. Penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan masalah yang ada di sekolah.
    4. Tidak menolak teori – teori yang ada, tetapi menggeser peranannya ke situasi baru.
    5. Memerlukan partisipasi orang lain.
    6. Memerlukan keterbukaan terhadap pengalaman – pengalaman dan proses – proses baru.
    b. Contoh Pertanyaan sebagai Ide Awal PTK.
    1. Apakah yang menarik bagi Anda?
    2. Mengapa Anda tertarik?
    3. Apakah yang dapat Anda lakukan?
    4. Bukti – bukti apakah yang dapat Anda kumpulkan untuk membantu Anda membuat pertimbangan – pertimbangan mengenai apa yang terjadi?
    5. Bagaimana mengumpulkan bukti – bukti tersebut?
    6. Bagaimana Anda akan dapat menegtahui bahwa pertimbangan yang Anda ambil memadai dan akurat?
    Jawaban pertanyaan – pertanyaan di atas diikuti oleh berbagai kemungkinan cara dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

    c. Lingkaran Tindakan – Refleksi
    Lingkaran – tindakan refleksi itu contohnya :
    1. Saya mengalami masalah karena sebagian / beberapa nilai saya tak dapat diterapkan di dalam praktik.
    2. Saya membayangkan cara memecahkan masalah tersebut.
    3. Saya terapkan gagasan tersebut.
    4. Saya mengevaluasi hasil pemecahan masalah tersebut.
    5. Saya mengadakan modifikasi rencana dan gagasan – gagasan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi.
    6. Saya berusaha untuk melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah saya lakukan.

    Tabel 9.1 Siklus Penerapan PTK
    Elliot Siklus 1 Siklus 2
    Identifikasi gagasan
    Recomaissance
    (mencari fakta + analisis)
    Rencana umum
    Langkah 1
    Langkah 2
    Dst Penerapan Langkah 1
    Monitor penerapan dan hasilnya
    “recomaissance” (penjelasan kegagalan / keberhasilan dan hasil) Revisi Rencana baru langkah 1 ke langkah – langkah dst.

    d. Tips Melaksanakan PTK
    Yang perlu diperhatikan di dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah :
    1. Mulai dengan keinginan guru untuk memperbaiki pembelajarannya.
    2. Mulai dengan hal – hal / ruang lingkup yang kecil ke langkah berikutnya.
    3. Rencanakan dengan baik antara lain :
    a. Mana masalah yang perlu diteliti dahulu, siapa yang akan diikutsertakan, bagaimana umpan balik, sumber – sumber apa yang dipakai dsb.
    b. Buat jadwal waktu yang realistis.
    4. Ikut sertakan orang lain sebagai partisipan dan validator.
    5. Beri informasi kepada orang lain mengenai pendidikan Anda.
    6. Beri laporan kepada orang lain dan minta umpan balik.
    7. Susun jadwal untuk penulisan (Formal dan informal).

    e. Hal – hal yang perlu diwaspadai
    Guru hendaknya berhati – hati terhadap hal – hal di bawah ini :
    1. Pemikiran tentu dapat berubah karena tidak sesuai dengan kenyataan.
    2. Dapat terjadi kesalahan – kesalahan / ketidakberesan dalam berbagai aspek. Misal : orang – orang yang terlibat, jadwal waktu, sumber – sumber yang diperlukan dan sebagainya.
    Ingat : Pendidikan ini sangat berfokus pada orang lain bukan alat.
    3. Dapat terjadi gangguan – gangguan dari pihak system yang telah ada / mapan.
    4. Selalu ditemukan kesulitan dalam memulai, karena itu susunlah permasalahan yang dikuasai oleh guru sendiri.

    BAB 10
    SYARAT KEBERHASILAN PTK

    A. Faktor Penentu Keberhasilan PTK
    Keberhasilan PTK sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan. Hal itu dapat dilihat dari Empat Langkah Penting PTK, yaitu :
    1. Rencana
    Rencana merupakan rangkaian tindakan berurutan untuk memperbaiki pembelajaran.
    2. Tindakan
    Langkah tindakan harus terkontrol secara seksama. Tindakan dalam PTK haru hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terncana.
    3. Observasi
    Observai berfungsi mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberlakukan kepada subjek.
    4. Refleksi
    Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Biasanya direalisasikan melalui diskusi sesama partisipan atau teman sejawat.

    B. Syarat Keberhasilan PTK
    1. Tekad, Komitmen, dan dedikasi
    2. Tanggung Jawab Guru dan Teman Sejawat
    3. Tindakan berdasar Pengetahuan
    4. Situasi dapat diubah
    5. Pengajukan pertanyaan
    6. Pemantauan Sistematik
    7. Penjabaran Tindakan
    Guru harus membuat penjabaran atau deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, rekaman video atau audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian, refleksi, observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
    8. Penjelasan Tindakan
    Guru harus dapat memberikan penjelasan tentang tindakan yang dilakukan berdasarkan deskripsi otentik, yang mencakup :
    a. Identifikasi Makna
    (1) lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan,
    (2) lewat konstruksi model bersama penjelasannya.
    b. Mempertanyakan Motif Tindakan dan Evaluasi atas Hasil
    Kita perlu mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya.
    c. Teorisasi
    Teorisasi dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang tindakan yang dilakukan dengan cara tertentu.
    9. Penyajian Laporan Hasil PTK
    Guru perlu menyajikan lapora hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk :
    a. Tulisan tentang refleksi diri; dalam bentuk catatan harian dan dalog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri
    b. Percakapan tertulis yang dialogis; dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut;
    c. Narasi dan cerita
    d. Bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. s
    10.Validasi Pernyataaan Keberhasilan PTK
    Validasi keberhasilan PTK dilakukan melalui pemeriksaan krisis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama dengan teman (validasi diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya sehingga muncul masukan yang dapat digunakan untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar penelitian dalam seminar (validasi publik).
    11. Pemahaman Prosedur PTK
    a. Prsedur pertama: penyusunan proposal PTK
    1) Mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode dan cara
    2) Menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu.
    3) Memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya.
    4) Menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan
    5) Memilih dan menyusun perspektif, konsep, da perbandingan yang mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK
    6) Menyusun siklus yang berisi rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah yang telah dirumuskan
    7) Menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK
    8) Menetapkan dan menyusun cara analisis data PTK.
    b. Prosedur Kedua : Pelaksanaan rencana tindakan
    Melaksanakan siklus (rencana tindakan) yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas.
    Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi.
    Pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat dilakukan secara beriringan, bahkan bersamaan.
    c. Prosedur ketiga : analisis data
    Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK.
    d. Prosedur keempat : penulisan laporan PTK
    Tulis paparan hasil-hasil PTK
    Paparan hasil PTK disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis.

    12. Penulisan Karya TulisMengenai PTK
    PTK belum dikatakan berhasil bila guru belum menuangkannya ke dalam karya tulis.
    C. Langkah-langkah Yang Dilakukan Agar Sukses Dalam Membuat Karya Tulis Ilmiah
    1. Komitmen
    Komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri maupun orang lain yang tercermindalam tindakan kita. Orang-orang yang sukses dalam membuat karya tulis adalah orang-orang yang memiliki komitmen dengan dirinya sendiri.
    2. Konsisten
    Banyak yang beranggapan konsisten itu harus selalu sama, tidak boleh ada variasi atau ada kontradiksi. Konsisten juga menunjukkan integritas kita sebagai seorang pribadi.
    3. Kerja Keras
    Dibutuhkan semangat yang tinggi serta motivasi internal yang hebat agar karya tulis kita dapat terwujud. Kerja keras adalah gerbang utama berikutnya yang harus dikerjakan oleh mereka yang ingin sukses dalam menuliskan karya tulisnya.
    4. Kerja Cerdas
    5. Kerja Ikhlas
    Kerja ikhlas hendaknlah menjadi bagian dalam membuat karya tulis ilmiah. Ketika niat kita ikhlas karena untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, maka akan muncul segala kemudahan.
    6. Kerjasama/Kolaboratif
    Pekerjaan yang baik dan objektif dalam proses pembelajaran di kelas adalah bila dilakukan bersama denga teman sejawat.
    7. Koneksi
    8. Kemauan Kuat
    Tanpa kemauan yang kuat jangan harap karya tulis anda berhasil dibuat.
    9. Kontekstual
    Tulislah sesuatu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan juga guru sehingga tujuan penelitian tercapai.
    10. Kredibilitas
    Karya tulis yang dibuat sebaiknya karya tulis yang benar-benar dibuat sendiri, sehingga tingkat kepercayaannya sangat tinggi.
    11. Kerja Tuntas /Ketuntasan
    12. Kejujuran
    13. Ketelitian/kecermatan
    14. Kesabaran
    15. Kreativitas
    16. Kondusif/keadaan yang baik
    17. Keragaman
    18. Konten Kreatif
    19. Keaslian
    20. Komunikatif

    4 kekuatan manusia :
    1. Pikiran
    2. Perkataan
    3. Perasaan
    4. Perbuatan

    5K yang mempengaruhi dunia :
    1. Konvergensi
    2. Konstekstual
    3. Konektivitas
    4. Kolaborasi
    5. Konten kreatif (Kreatif)

    Mengembangkan potensi untuk peserta didik yaitu :
    1. Perencanaan  matang
    2. Tindakan  Menantang
    3. Pengamatan  Cemerlang merupakan sebuah siklus
    4. Refleksi  Gemilang

    PTK memiliki 2-3 siklus dan tergantung pada materi yang akan dibawakan.
    Catatan :
    1. Semua potensi unik anak itu dicatat dan ditulis prosesnya dalam bentuk deskripsi dan terangkum dalam laporan PTK
    2. Pendidik mampu membuat KTI (Karya Tulis Ilmiah)

    PTK itu mengembangkan potensi unik siswa.

    Masalah dilapangan pada saat melakukan PTK adalah :
    1. Cara menulis laporan PTK
    2. Pendidik belum memiliki tradisi penelitian
    3. Pakai calo untuk membuat KTI
    4. Guru besar melakukan tindakan penjiplakan
    5. Plagiat

    Yang perlu dihindari :
    1. Sukar dipahami
    2. Kurang komunikatif
    3. Struktur tidak jelas
    4. Tulisan tidak lengkap
    5. Kurang teliti

  4. BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah
    Bahasa merupakan hal yang esensial dalam kehidupan umat manusia, karena bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain. Bahasa dapat dikatakan menjadi salah satu faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat di dunia. Keragaman suku dan bangsa di dunia membuat banyak sekali bahasa yang berkembang, namun dengan seiring perkembangannya di Era globalisasi menjadikan Bahasa Inggris menjadi bahasa utama yang digunakan secara internasional, oleh karena itu tidak salah apabila sampai saat ini bahasa Inggris masih dijadikan sebagai salah satu kurikulum wajib di Sekolah Dasar.
    Dalam kurikulum siswa diminta untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya dalam empat macam keterampilan yakni keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, yang dalam penelitian ini, peneliti akan menekankan pada ketrampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk ditelusuri lebih dalam karena merupakan permasalahan yang paling nampak yang dialami oleh siswa. Sistem evaluasi pendidikan yang membawa siswa kepada satu jenis keterampilan saja, yakni keterampilan menulis, membuat banyak dari guru yang melupakan bahwa keterampilan berbicara juga perlu pengasahan lebih dalam sebagai modal utama siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-harinya.
    Scott Thornbury dalam bukunya yang berjudul How to Teach Speaking, mengatakan :
    “Speaking is so much a part of daily life that we take it for granted. The average person produces tens of thousands of words a day, although some people – like auctioneers and politicians – may produce even more than that. So natural and integral is speaking that we forget how we once struggled to achieve this ability – until, that is, we have to learn how to do it all over again in a foreign language.”
    Berbicara adalah salah satu bagian kehidupan sehari-hari kita. Pada umumunya manusia menghasilkan puluhan ribu kata dalam sehari. Bahkan, menurut dia, ada beberapa orang yang menghasilkan lebih dari puluhan ribu kata sehari seperti seorang politikus dan tukang lelang. Speaking begitu penting dan alamiah sehingga kita lupa bagaimana kita bersusah payah untuk mendapatkan kemampuan “speaking” ini; kita harus mempelajari bagaimana melakukan “speaking” terus menerus dalam bahasa asing.
    Pendapat Thornbury diatas menjadi penguat bahwa dalam mempelajari bahasa sangatlah penting menguasai cara berbicara dalam bahasa tersebut, karena efeknya yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan, seperti berkembangnya diri dan karir dari seseorang. Namun pada kenyataannya, seperti yang telah disebutkan diatas, disekolah siswa jarang sekali disentuh dengan pembiasaan-pembiasaan mempraktekkan Bahasa Inggris secara kontinyu, sehingga banyak siswa yang telah memahami pola kalimat dalam Bahasa Inggris namun tidak mengetahui kapan struktur tersebut harus digunakan dan bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut lah yang peneliti temukan selama mengadakan kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas 5D SDN Polisi 4 Bogor.
    Dalam mengatasi masalah tersebut, maka sangat diperlukan metode pembelajaran dan media pendukung yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk dapat membuat siswa memahami cara menyebutkan kosakata bahasa Inggris dengan baik dan memotivasi siswa untuk berbicara dan mempunyai keberanian mempraktikkannya. Banyak media pendukung yang dapat diadaptasi siswa untuk mengatasi masalah ini, diantaranya dengan menonton film dan memperhatikan kata demi katanya, menonton berita, dan mendengarkan lagu dalam Bahasa Inggris. Dalam menonton film siswa dapat melihat subtitle, memperhatikan pemain menyebutkan kata perkatanya sekaligus melihat mimiknya untuk memastikan. Dalam menonton berita siswa dapat menambah kosakata dari topik berita yang disukai, dan dengan menyanyikan lagu bahasa inggris siswa dapat mendengarkan pengucapan kata-kata dan menyanyikan ulang lagu tersebut.
    Menyanyikan lagu bahasa inggris menjadi kegiatan yang paling menarik karena sudah menjadi kegemaran mayoritas siswa, ditambah lagi apabila lagu-lagu tersebut dinyanyikan oleh artis yang digemari siswa saat ini. Lagu merupakan kombinasi musik dan lirik yang mampu mengungkapkan banyak makna bak tersirat maupun tersurat yang membuat lagu menjadi media belajar yang sesuai diaplikasikan untuk mempelajari Bahasa Inggris. “Fill in the gaps-sing a song-discuss a song” menjadi serangkaian aktifitas yang dapat dilakukan dengan lagu dan efektif untuk meningkatkan speaking skill siswa. Dengan lagu siswa mengartikan sekaligus mengetahui cara pengucapan yang benar lewat lagu tersebut. Lewat lagu siswa juga dapat mengetahui slang language yang seringkali dipakai untuk menyampaikan pesan yang sifatnya tidak formal, hal tersebut terbukti juga mampu mengembangakan kemampuan berkomunikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mencoba mengadakan Penelitian Tindakan Kelas mengenai peningkatan speaking skill siswa dalam Bahasa Inggris melalui media lagu pada siswa kelas 5D SDN Polisi 4 Bogor.

    B. Perumusan Masalah
    Bagaimana peningkatan speaking skill siswa dalam Bahasa Inggris melalui media lagu pada siswa kelas 5D SDN Polisi 4 Bogor ?

    C. Tujuan Penelitian
    a. Tujuan Umum
    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan lagu dalam meningkatkan speaking skill siswa dalam Bahasa Inggris.
    b. Tujuan Khusus
    Tujuan khusus adalah untuk mengetahui apakah melalui lagu dapat meningkatkan speaking skill siswa dalam Bahasa Inggris pada siswa kelas 5D SDN Polisi 4 Bogor.

    D. Manfaat Penelitian
    Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
    a. Manfaat teoritik
    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan pengembangan teori peningkatan speaking
    skill dalam Bahasa Inggris melalui media pembelajaran lagu.
    b. Manfaat Praktis
    Bagi siswa : lagu mampu meningkatkan speaking skill siswa dalam Bahasa Inggris
    Bagi guru : menjadi bahan alternatif dalam mengambil media pembelajaran yang sesuai
    bagi kelasnya
    Bagi peneliti : dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai penambah khasanah
    pengetahuan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
    peningkatan speaking skill dalam Bahasa Inggris

    Sari Pratiwi

  5. BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang
    Ada empat skill dalam bahasa inggris yang wajib kita ketahui yaitu, menulis, berbicara, membaca, dan listening. Selanjutya, semua skill itu harus di ajarkan dengan cara yang tepat agar dapat menguasai dan memahami bahasa inggris secara keseluruhan karena setiap skill memiliki fungsi yang umum maupun khusus dalam berkomunikasi.
    Berbicara adalah sebuah proses interaktif untuk menemukan makna yang melibatkan pemberian informasi, penerimaan informasi dan pemrosesan informasi. Dalam proses pengajaran speaking, Seorang guru harus mampu membuat siswaya aktif selama proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, seorang guru harus memilih, pendekatan, metode, strategi atau tehnik dalam mengajarkan Speaking skill ini, agar semua siswa aktif dan dapat ikut berpartisipasi.
    Peneliti telah menemukan kasus yang sama di kelas 4 A SDIT Birrul Waalidain, di mana para siswa mengalami banyak masalah dalam pembelajaran bahasa inggris. Salah satu masalah utama mereka adalah kemampuan mereka dalam berbicara menggunakan bahasa inggris serta partisipasi mereka ketika berbicara menggunakan bahasa inggris. Setelah guru memberi materi, Siswa tampak bosan dan malas untuk mempraktikkannya. Mereka masih bingung, apa yang harus mereka katakana dan bagaimana mereka mengucapkannya. Hal ini di sebabkan oleh cara pengucapan mereka masih salah, kurangnya kosa kata bahasa inggris yang mereka miliki dan kurangnya rasa percaya diri mereka untuk menggunakan bahasa inggris itu. Bahkan mereka terlihat bingung ketika ingin mengungkapkan hal – hal yang mereka fikirkan dan itu menyebabkan mereka tidak aktif dalam berbicara menggunakan bahasa inggris ketika dalam proses belajar berlangsung dan itu terlihat pada nilai akhir siswa yang hampir tidak mencapai KKM, 70.

    Menghadapi maslah ini, peneliti ingin memperkenalkan sebuah pendekatan yang dapat di gunakan oleh guru untuk meningkatkan pendekatan mengajar mereka ( Terutama dalam pengajaran bahasa inggris ) dan dapat membantu siswa untuk mempraktekkan kemampuan berbicara bahasa inggrisnya, yaitu Pendekatan (PPP) Presentation Practice and Production
    Menggunakan pendekatan presentation practice and production akan berguna untuk membuat siswa berbicara. Dalam hal ini, guru akan memberi sebuah situasi dalam bahasa inggris yang sesuai dengan konteks kelas serta dapat mereka praktekkan dan tampilkan. Kemudian siswa mempraktekkan ujaran yang baru yang diberikan oleh guru dengan control dari guru. Selanjutnya siswa di beri motivasi agar mereka mempraktekkan kalimat atau percakapan yang telah di berikan oleh guru. Mereka mempraktekkan kalimat atau pecakapan yang baru sesuai tema yang mereka pilih sendiri atau sesuai dengan keinginan mereka dan bermakna atau menggunakan konteks yang sama dengan yang di berikan oleh guru. Berdasarkan hal diatas, peneliti melaksanakan sebuah Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris melalui pendekatan Presentation practice Production (PPP) siswa di Kelas 4 A SDIT Birrul Waalidain Tahun Pelajaran 2013/2014 Kabupaten bogor”.

    B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: “ Apakah dengan menggunakan pendekatan Presentation Practice Production dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris siswa di Kelas 4 A SDIT Birrul Waalidain Tahun Pelajaran 2013/2014 Kabupaten bogor?”

    C. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan penggunaan pendekatan presentation practice production dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris siswa di Kelas 4 A SDIT Birrul Waalidain Tahun Pelajaran 2013/2014 Kabupaten bogor.

    D. Manfaat Penelitian
    Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan informasi dan kontribusi yang positif kepada para guru bahasa inggris dan para siswa yang belajar bahasa inggris di SD atau sederajat dan menjadikan hasil penelitian ini sebagai pendukung pemikiran tentang penelitian pendidikan untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran utamanya dalam bahasa inggris.

    Ariani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.