Setiap kali jalan-jalan ke tempat belanja Malioboro di Yogyakarta, pasti ada saja hal menarik yang saya temukan. Sudah lupa rasanya, sudah berapa kali saya pergi belanja ke Malioboro. Tapi ingat saya, sudah lebih dari sepuluh kali. Banyak juga yah! Sebanyak angkutan delman yang saya lihat hilir mudik sepanjang jalan Malioboro.
Pertama kali berkunjung ke tempat belanja Malioboro tahun 1987. Lama sekali ya! Nampaknya gak begitu banyak perubahan yang terlihat di sepanjang jalan Malioboro ini. Rasanya suasananya masih tetap sama. Hanya saja, kendaraan bermotor jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Sudah jarang ditemui orang naik sepeda ontel di sini.
Becak dan delman masih sama terlihat. Juga pedagang kaki limanya yang tertib berjualan sepanjang jalan Malioboro. Kalau anda mau belanja di kaki lima, anda harus pandai menawar harga. Kalau tidak bisa lebih mahal dari harga di toko. Kalau anda tak bisa tawar menawar harga, sebaiknya beli barang di toko saja yang sudah jelas harganya. Anda tak perlu tawar menawar lagi. Harga segitu memang sudah diperhitungkan untungnya oleh pemilik toko yang harus bayar pajak dan menggaji pegawainya.
Oh ya saya lupa bercerita. Rombongan kami memarkirkan bus di jalan Abu Bakar Ali. Dari tempat parkir itu, kami berjalan kaki menuju jalan Malioboro. Di tempat itu ramai sekali orang berlalu lalang tiada putusnya. Penjual dan pembeli saling bertemu. Penjual menawarkan barang dagangannya, dan pembeli mencari barang yang dicarinya. Tawar menawarpun terjadi di pedagang kaki lima sepanjang jalan Malioboro.
Saya keluarkan kamera canon 1000D yang saya bawa, dan mulailah saya memotret sana-sini. Sekedar mengabadikan hiruk pikuk yang terjadi di sepanjang jalan malioboro, dan sekitarnya.
Abang tukang becak menawarkan jasanya untuk mengantarkan saya keliling kota. Saya tampik ajakan itu secara halus, karena saya sengaja ingin berjalan kaki saja. Biar badan saya yang sudah endut ini menjadi sehat. Sebab jalan malioboro tak berubah, tapi justru tubuh ini yang sudah mulai berubah menjadi anggota keluarga imadut. Ikatan manusia perut endut, hehehe.
Di salah satu toko yang ada di jalan Malioboro, saya membeli celana pendek besar sesuai ukuran body saya yang tambun. Agak sulit juga mencari celana pendek berukuran besar. Berkat bantuan penjaga toko, akhirnya didapat juga celana pendek warna putih. Sayapun langsung membayarnya ke kasir toko, sambil melihat-lihat barang antik yang dijual juga di toko ini.
Saya mencari sesuatu yang menarik lainnya di malioboro. Topi mirip kompeni saya pakai. Kata orang yang melihat saya memakainya, cocikbanget eh cocok banget saya memakai topi itu. Tapi sayang, begitu melihat harganya, saya langsung meletakkannya kembali. Duit di dompet tak cukup untuk membelinya. Kalaupun cukup, pastilah istri saya akan cemberut kalau harga sebuah topi Rp. 250.000,-. Murah khan?
Saya keliling lagi disepanjang jalan malioboro. Saya temukan sebuah toko yang menjual barang dari kulit. Saya lihat ada ikat pinggang panjang dengan kulit asli. Wow, bagus sekali. Saya suka sekali memakainya. Cocok banget buat body saya yang melebar. Namun begitu melihat berapa harganya, saya langsung pucat pasi. Harga ikat pinggang itu hampir sejuta. Mantap!
Kembali kepada judul postingan saya. Apa yang unik dan menarik di Malioboro? Kata teman saya melalui bbm yang disebarkan melalui bbm group adalah “tangan”. Entah apa yang dimaksud. Mungkin maksudnya, tangan akan mudah mengeluarkan isi dompet di Malioboro yang menggoda. Bagaimana menurut anda?
Salam blogger persahabatan
Omjay
77 thoughts on “Apa yang Unik dan Menarik di Malioboro?”