Senin, 30 Juli 2012 saya mengikuti uji kompetensi guru (UKG) di SMAN 105 Ciracas Jakarta Timur. Alhamdulillah, UKG berjalan lancar, dan semua komputer terkoneksi dengan baik. Kita diminta mengisi nomor peserta, dan nomor NUPTK.
Ada 42 komputer di ruangan komputer SMAN 105 Ciracas yang digunakan untuk UKG Online. Semua guru yang hadir langsung mengikutinya dengan perasaan harap-harap cemas. Termasuk saya, yang juga ikutan grogi ketika menjawab pertanyaan satu demi satu. Meskipun latihan soal sudah diberikan, tetap saja ada perasaan khawatir tak bisa menjawabnya dengan baik. Kami diberi waktu 120 menit untuk menjawab 100 soal yang diujikan.
Buat saya, UKG online adalah sebuah pengalaman nyata yang membuat saya harus belajar lagi. Masih banyak materi TIK yang belum saya kuasai. Ternyata masih banyak kekurangan di dalam diri yang harus dibenahi. Khususnya kompetensi pedagogik dan profesional.
Dalam UKG Online ini, Saya mendapatkan nilai 75, dimana nilai pedagogik 16 dan nilai kompetensinya 59. Alhamdulillah sudah mencapai nilai lebih dari 70.
Buat temen-temen guru yang belum ikut UKG, jangan khawatir atau was-was dalam mengikutinya. Semua soal kompetensi yang tertuang dalam UKG online bisa kita pelajari. Nyantai aja lagi. Pelajari kisi-kisi soal yang sudah diberikan di sini, dan banyaklah berlatih soal-soal di rumah. Bisa belajar secara mandiri, bisa juga dengan cara berkelompok.
UKG online bertujuan baik, meskipun saya melihat masih banyak kekurangannya. Namun demikian, kita berpikir positif saja. Saya yakin pemerintah akan terus membenahinya dengan baik. Oleha karena itu, kritik dan saran harus terus diampaikan agar pemerintah tahu kekurangannya dan segera membenahi diri.
Tak usahlah saling menyalahkan. Apalagi menyalahkan pemerintah melulu. Terkadang kita para guru kurang “introspeksi” dan menganggap dirinya paling benar. Bila hasil tes UKG kita kurang memuaskan, bukan berarti kita tidak profesional. Sebab soal yang diujikan belum sepenuhnya mengukur tingkat profesionalisme guru. Masih banyak soal yang masih harus diuji validitasnya.
Biarlah para pakar pendidikan mengevaluasinya. Intinya UKG online membuat para guru akhirnya melek internet, dan menjadi tahu cara-cara tes secara online. Itu nilai positif yang bisa saya lihat.
Dengan adanya tes online ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka guru-guru yang belum terbiasa dengan komputer dan internet akan belajar. Mereka menjadi tidak “gaptek” lagi, dan mau belajar menggunakan komputer dan internet.
Para guru saat ini berhadapan dengan generasi digital native. Dimana mereka adalah generasi yang sudah melek internet. Mau tidak mau, guru harus mampu menjadi pemandu agar komputer dan internet dapat dimanfaatkan secara baik.
Akhirnya, pengalaman mengikuti UKG online di SMAN 105 Ciracas Jakarta Timur membuat saya percaya bahwa sudah saatnya guru terus membenahi dirinya dengan belajar sepanjang hayat. Tak perlu memboikot UKG atau menjelek-jelekkan pemerintah yang kurang siap dalam pelaksanaannya. Justru kita harus berterima kasih kepada pemerintah dengan adanya UKG ini. Dengan begitu mereka yang telah lulus sertifikasi guru akan terus meningkatkan kualitas diri untuk menjadi guru profesional.
Selamat belajar ya!
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
23 thoughts on “Pengalaman Mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMAN 105, Ciracas Jaktim”