Pagi ini saya terbangun dari suara adzan subuh yang saling bersahutan. Dari masjid ke masjid, dan dari musholla ke musholla. Rumah Allah yang suci. Saya pun langsung segera mengambil air wudhu dan pergi ke rumah Allah untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Di kota Bandung, masih banyak jamaah sholat subuhnya. Itu pertanda masih banyak orang beriman di dalamnya. Walaupun jujur harus diakui masih lebih banyak umat muslim yang berada di rumahnya. Alhamdulillah, saya merasakan suasana sholat subuh berjamaah yang indah.
Memang tidak mudah untuk bangun dari tidur ketika adzan subuh terdengar keras di telinga. Hanya orang yang beriman dan beramal sholeh yang sanggup melakukannya. Apalagi dinginnya udara di waktu subuh itu membuat orang menarik selimutnya rapat-rapat.
Usai sholat subuh, saya langkahkan kaki ini untuk melihat kesibukan manusia di waktu subuh. Beberapa pedagang nampak sibuk mempersiapkan dagangannya. Ada yang bersiap-siap ke pasar, dan ada pula yang justru sudah pulang dari pasar. Mereka yang berdagang dinihari, justru di saat subuh mulai kembali. Kesibukan orang-orang itu membuat saya bersyukur kepada Allah. Rezeki dari Allah bertaburan di waktu subuh.
Suasana subuh di kota Bandung memang berbeda dari kota-kota lainnya. Geliat masyarakatnya yang tekun beribadah membuat kota ini terkenal dengan kota yang sangat ramah penduduknya. Tak sedikit orang menegur dan menyapa saya di pagi hari. Dengan wajah yang cerah dan senyum di bibir mereka menjemput rezeki di pagi hari. Tak pernah khawatir tak kebagian rezeki, karena setiap orang sudah ada rezekinya masing-masing. Tinggal daya juang yang tinggi, dan semangat yang menentukan nilai rezeki itu. Bila dia bersyukur, maka akan ditambah nikmat itu. Tetapi bila dia tak bersyukur, maka azab Allah amatlah pasti.
Banyak orang malas beribadah diberikan Allah rezeki. Itu memang disengaja oleh Allah untuk menguji iman manusia. Biasanya, orang akan kuat bila diuji dengan kemiskinan. Tetapi banyak orang yang kalah bila diuji dengan kekayaan. Lihatlah Qorun dan Sa’labah yang akhirnya menjadi pelit dan kikir karena telah menjadi kaya. Kekayaannya justru membuatnya menjadi orang yang malas beribadah. Pelit bersedekah, dan hidupnya hanya menumpuk-numpuk harta. Padahal ketika mati, manusia hanya membawa selembar kain kafan saja.
Suasana subuh di kota Bandung mengantarkan saya pada suasana hiruk pikuk kota besar di pagi hari. Bandung yang dulu memang berbeda dengan sekarang, Itulah tanda bahwa dunia terus berputar. Siapa yang bergerak dan menjemput rezeki dengan ridho Ilahi akan mendapatkannya dengan kerendahan hati. Tetapi bagi mereka yang sombong lagi membanggakan diri, akan ada rezeki yang mudah dicari. Namun sayangnya, rezeki itu tak memiliki dampak apa-apa buat dirinya. Sebab tak ada nilai berbagi di dalamnya. Tak ada nilai hakiki bahwa akan ada hidup sesuatu mati. Hartanya hanya dipersiapkan untuk hidup selama-lamanya. Bukan dipersiapkan untuk hidup sesudah mati.
Indahnya suasana subuh di kota Bandung membuatku percaya bahwa jodoh, dan rezeki sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Tinggal bagaimana kita menjemputnya dengan cara-cara halal dan bijaksana. Banyak peluang di depan mata untuk menjemput rezeki, asalkan kemalasan diri teratasi. Siapa yang malas tak akan pernah naik kelas. Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengatasi rasa malas dalam dirinya. Malas beribadah akan membuatmu jauh dari Tuhanmu, dan akan membuatmu tak jadi orang sukses di akhirat kelak.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay