Senin, 23 April 2012 saya mengawas ujian nasional (UN) di SMP Islam Al Azhar 12 Rawamangun Jakarta Timur. Di sekolah ini saya bertugas menjadi pengawas UN sampai dengan Kamis, 26 April 2012. Bersama dengan 20 guru dari sekolah lain, kami menyatu menjadi pengawas UN di sekolah Islam yang sudah bertaraf internasional ini. Senang sekali bisa mengawas UN di sekolah yang bagus ini. Baik fasilitas, guru yang profesional, dan pelayanannya sungguh luar biasa. Sayapun dibuat kagum dengan civitas akademika sekolah ini, yang melayani siswa dengan sepenuh hati.
Sudah 20 tahun tak terasa saya mengikuti dan mengawasi jalannya UN. Sudah banyak juga perubahan nama, mulai Ujian Akhir Nasional (UAN) sampai Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Tidak terasa sudah 20 tahun saya mengabdikan diri menjadi guru, dan hari ini saya menjadi pengawas UN kembali. Sebuah tugas negara yang harus saya lakukan agar UN dilakukandengan jujur dan berprestasi.
Pelaksanaan UN di hari pertama sangat cerita. Anak-anak saya lihat mampu mengerjakan soal bahasa Indonesia dengan baik. Bahkan banyak di antara mereka yang sudah selesai pada waktunya. Saya pun mengingatkan mereka untuk mencek kembali jawabannya. Manfaatkan waktu yang tersisa dengan baik, dan periksa kembali jawaban soal yang mungkin masih meragukan. Dengan membaca kembali, siswa akan semakin mantap tentang pilihan jawaban yang hendak dihitamkannya.
Tak mudah menjadi pengawas UN, kami harus mengedarkan daftar hadir kepada para peserta, mengisi berita acara, dan memperhatikan gerak-gerik siswa yang ada di dalam ruangan. Saya pun meletakkan ponsel saya di ruang pengawas. Selain memang aturannya sudah begitu, saya tak mau menerima telepon atau menelpon di saat saya mengawas UN. Waktu selama mengawas harus saya gunakan untuk mengawas dengan baik, sehingga saya dapat mengawasi langsung pelaksanaan UN dengan tertib dan lancar.
Sering saya heran dengan pemberitaan di koran atau media. Banyak sekali kecurangan UN diberitakan. Sementara, selama 20 tahun saya mengawas UN, saya hampir tak menemui kecurangan seperti apa yang diberitakan. Sekolah penyelenggara di tempat saya mendapatkan tugas mengawas selalu jujur, dan melaksanaan UN sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP), dan Balitbang kemendikbud.
Bad news, is a good news. Berita buruk, justru menjadi berita baik bagi insan pers. Guru pengawas UN yang tertidur menjadi headline di koran jawa pos. Siswa yang tertangkap mencontek, terlihat digiring oleh polisi saat UN di SMA/SMK/MA. Sedih juga menyaksikannya di televisi dan membaca di media sosial tentang kedua kasus di atas. Namun bagi saya, UN yang dilaksanakan oleh sekolah selama saya menjadi pengawas UN, baik-baik saja. Tidak ada siswa yang mencontek bila kita mampu mengawas dengan baik. Tidak ada guru yang tertidur bila para guru menyadari tugasnya sebagai seorang pengawas.
Memang serasa jenuh selama 2 jam menjadi pengawas. Kita hanya diminta mengawasi siswa yang sedang mengerjakan soal UN. Untuk mengatasi kejenuhan, biasanya saya menulis catatan kecil, dan memperhatikan apa yang ada di sekeliling saya. Sedikit mengobrol dengan pengawas lainnya bolehlah, tapi jangan terlalu lama. Sebab bila terlalu lama mengobrol, akan berdampak kurang baik bagi pengawasan yang dilakukan. Bisa jadi di saat guru pengawas mengobrol, anak mencontek tak terdeteksi karena lihainya mereka menggunakan kode-kode rahasia. Di sinilah kejelian seorang pengawas, dalam mengawasi peserta UN.
Setelah daftar hadir terisi lengkap, dan siswa telah selesai menanda tanganinya, biasanya saya cek kembali daftar hadirnya. Khawatir ada siswa yang terlewat dan belum membubuhkan tanda tangan. Saya pun mengecek satu persatu Lembar Jawaban Komputer (LJK) para siswa agar mereka tak salah dalam memasukkan data dan nomor peserta. Khususnya data tentang tanggal dan tahunlahir yang seringkali salah dituliskan menjadi tahun 2012. Kalau sudah begitu, saya tertawa geli melihatnya. Masa ada bayi atau balita yang ikutan UN, hehehe.
Pengalaman menjadi pengawas UN SMP di hari pertama ini baik-baik saja. Saya melihat anak-anak mampu mengerjakan soal Bahasa Indonesia dengan baik. Semoga nilai merekapun baik dan lulus dengan nilai UN yang tinggi. Bukan hanya nilai tinggi saja yang diharapkan, mereka juga diharapkan mampu mendapatkan sekolah impian mereka karena mampu mengerjakan soal-soal UN dengan baik dan benar.
Akhirnya, pengalaman UN di hari pertama yang mengesankan ini membuat saya percaya bahwa kejujuran masih dipegang teguh oleh anak-anak kita. Adanya berita-berita miring mengenai UN, semoga presentasinya hanya kecil saja. Kita berharap berita-berita baik juga terekspos, dan menjadi pembelajaran yang baik buat mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
salam Blogger Persahabatan
Omjay