Peran ibu dalam mendidik anak-anaknya sangat penting. Ibu adalah tempat curahan hati anak-anaknya, baik di saat gembira maupun sedih. Meskipun peran ayah tak kalah pentingnya, peran ibu terasa paling utama bagi anak-anaknya.
Aku menjadi teringat ketika istriku mengandung anak pertama. Ibuku dan ibu mertuaku terlihat sibuk mengurus calon cucunya. Istriku rajin membaca buku di saat-saat hamil dan tak pernah lupa membaca kalam ilahi setiap harinya. Kata ibuku ibu yang sedang hamil sebaiknya banyak membaca buku dengan begitu anak yang akan dilahirkannya kelak akan senang membaca. sebab budaya baca sudah dimulai di saat anak dalam kandungan.
Sebelum anak pertamaku lahir, ibuku sudah menghadap sang pencipta. Sedih juga ditinggal ibu untuk selamanya. Rasanya belum pernah aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ibu sangat berperan sekali dalam pendidikan anak-anaknya hingga kami semua bisa seperti ini.
Aku masih ingat, ibu selalu berpuasa bila anak-anaknya sedang menhadapi ujian atau test. Baik ujian ketika kami masih di sekolah maupun sampai kami di perguruan tinggi. Ibu pun selalu menemani kami belajar padahal kesibukannya di organisasi masyarakat begitu banyak menyita waktunya.
Peran ibu memang sangat penting dalam pendidikan anak-anaknya. Ketika saya masih sekolah di tk, ibuku masih menyempatkan diri mengantarkanku ke sekolah. Padahal ibu sudah harus bekerja di rumah sakit sebagai seorang perawat. Entah kenapa aku merasa takut ditinggal ibu. Terkadang aku suka menangis ketika ibu pergi bekerja. Alhamdulillah, setelah aku kelas 3 sekolah dasar, ibu berhenti bekerja sebagai seorang perawat. Aku senang sekali begitupun kakak dan adikku, karena waktu ibu bersama kami menjadi lebih banyak. Ibu selalu menemani kami setiap waktu dan setiap saat dibutuhkan. Ibulah yang akhirnya menjadi guru privat ketika kami mengalami kesulitan dalam pelajaran di sekolah.
Sebenarnya peran ayah juga sangat besar dalam pendidikan anak-anaknya. Saya sempat mendengar percakapan ayah dan ibu. Ayah sempat berjalan kaki dari terminal senen menuju rumah kami di sunter hanya karena menghemat uang. Sebab anak-anakanya butuh ongkos dan uang jajan untuk pergi ke sekolah. Terharu juga saya mendengarnya. Bahkan ketika ekonomi keluarga kami belum baik, ayah sering pulang malam untuk mencari penghasilan tambahan agar anak-anaknya bisa sekolah dan membeli buku sebagai sumber ilmu. Itulah mengapa peran ayah juga penting bagi anak-anaknya.
Namun harus diakui, peran ibu jauh lebih penting daripada peran ayah dalam mendidik anak-anaknya. Ibu selalu bersama kami selama 24 jam rasanya. Menemani hari-hari kami agar mampu menjadi orang yang bermanfaat buat orang banyak.
Dengan jumlah 6 orang anak, ibuku tak pernah berhenti untuk memikirkan pendidikan kami. Hingga ketika lulus sekolah teknik menengah (stm) aku memutuskan untuk bekerja agar mengurangi beban ibu dan ayah.
Namun alhamdulillah, berkat didikan ibu yang selalu mendidik dan membimbing kami anak-anaknya, kami semua dapat mengatasi kesulitan hidup yang kami hadapi. Alhamdulillah, aku sendiri mendapatkan beasiswa di saat kuliah s1 dan s2. Begitupun dengan kakak dan adikku.
Peran ibu dalam mendidik anak-anaknya memang harus dilakukan dengan sepenuh hati. Itulah yang sekarang dilakukan oleh istriku dalam membesarkan buah hatinya. Kami berdua berusaha sekuat tenaga agar anak-anak kami mendapatkan pendidikan yang layak dan tetap memperhatikan pendidikan dalam keluarga. Bagiku pendidikan dalam keluarga adalah hal yang utama. Pendidikan di sekolah hanayalah sarana dalam menggali ilmu lebih mendalam. Bila pendidikan dalam keluarga baik, maka akan baiklah juga pendidikan dalam sekolahnya.
Ibu memang manusia yang tiada duanya. Tak salah bila ajaran agama islam mengatakan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Ibulah yang akan menggiring anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholekah.
Aku menjadi teringat dengan kisah seorang ibu yang menjual kue lupis dan getuk. Ibu penjual kue itu berkeliling komplek perumahan menjajakan dagangannya. Dia berkeliling sambil berteriak nyaring. Orang pun langsung mendengar barang dagangannya dari suara kerasnya itu.
Suatu ketika saya membeli kue lupisnya. Lalu saya tanya berapa anaknya. Ibu penjual kue lupis itupun bercerita kalau anaknya cuma dua dan masih kecil-kecil, sehingga dia harus berjuang keras agar mampu menyekolahkan anak-anaknya. Dari berjualan kue itu, dia berharap mendapatkan keuntungan yang hasilnya dapat digunakan untuk sekolah anak-anaknya. Sementara suaminya sudah meninggal ketabrak kereta api ketika hendak bekerja pagi hari.
Terharu saya mendengarnya. Seorang ibu begitu gigih semangatnya dalam bekerja agar anak-anaknya dapat bersekolah. Akupun menjadi teringat ketika ayah menderita sakit yang cukup parah. Ibulah yang bekerja keras menjual gorengan di depan rumah dan menerima jahitan dari para tetangga.
Ibu sungguh jasamu tiada terkira dalam pendidikan anak-anakmu. Pantas saja rasulullulah mengatakan sebanyak 3 kali kepada ibu yang telah mengandung kita untuk selalu disayangi dan dihormati. Ibulah yang memberikan cahaya di hati anak-anaknya.
Peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya tak pernah diragukan lagi. Dia akan senantiasa menjaga buah hatinya sepanjang masa. Berusaha keras agar anak-anakanya dapat sekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak. Tetap menjadi guru yang oertama dan utama. Bahkan aku lebih suka mengatakan bahwa ibu adalah perpustakaan pertamaku. Tempat aku bertanya bila aku tidak tahu dan tempat aku mencari informasi yang tidak aku ketahui.
Salam blogger persahabatan
Omjay