Ibuku, Perpustakaan Pertamaku

Malam makin larut. Anak dan istriku sudah tertidur lelap. Tinggal aku sendiri yang masih belum bisa tidur. Entah kenapa mata ini sulit sekali terpejam, dan tiba-tiba saja aku melihat foto almarhum ibu bersamaku sedang memegang sebuah buku.

Bagiku, ibuku adalah perpustakaan pertamaku. Setiap kali ada hal yang tak bisa kujawab, kutanyakan kepada ibu. Hebatnya, ibuku selalu saja bisa menjawab pertanyaanku. Ibu seperti perpustakaan yang lengkap dan tahu dimana buku-buku itu diletakkan.

Ibuku memang hebat dalam membaca buku. Mungkin itu yang membuatnya serba tahu bila kami anak-anaknya bertanya. Bila ibu tak bisa menjawabnya, maka dia akan mencari tahu dan bertanya kepada orang yang tahu.

Di rumah, kami berlangganan majalah dan koran. Dengan begitu kami tak pernah ketinggalan informasi baru. Bahkan majalah bobo selalu setia menemaniku. Ada paman gembul yang lucu. Dengan perut besar berada di tubuhnya.

Terkadang aku jadi geli sendiri sebab kini perutku sudah seperti paman gembul yang lucu. Jadi malu dech aku, hehehe.

Ibuku memang mendidikku untuk rajin membaca. Waktu itu belum ada internet seperti sekarang ini. Berita di televisipun baru ada TVRI dan radio di RRI. Pokoknya jadul banget dah!

Ibuku memang kutu buku. Di tengah-tengah kesibukannya masih suka membaca. Bagi ibu membaca adalah jendela dunia. Siapa yang rajin membaca, maka dia serasa berkeliling dunia. Baca buku buka dunia itulah motto yang dituliskan ibu di meja belajar kami anak-anaknya.

Peran ibu dalam pendidikan anak memang tak bisa diremehkan. Aku suka dan hobi membaca seperti ini karena didikan ibuku. Ibu selalu mengingatkan pentingnya membaca, khususnya membaca buku dan membaca kalam ilahi. Oleh karenanya semua anak-anaknya diwajibkan ikut pengajian di musholla nurul iman dekat rumah kami di kodamar sunter jakarta utara.

Aku masih ingat ketika pak ustadz Syamsulis Ismail mengajariku membaca Al-quran. Dari beliaulah aku mengenal β€œiqra” dan menghapal surat-surat pendek dalam Al-quran. Alhamdulillah, tamat sekolah dasar aku sudah khatam Al quran. Hanya saja perlu sedikit dibenahi bacaan tajwid dan makhroznya. Jujur aku akui bahwa aku belum bisa membaca Al-quran secara tartil.

Ibuku selalu membimbingku dan membetulkan bacaan Al-quran yang aku baca dengan keras. Ibu selalu mengecek bacaan qur’an anak-anaknya. Ibupun selalu melengkapi buku-buku pelajaran kami di sekolah. Bila kurang lengkap, ibu biasanya mengajakku ke toko buku.

Ibu mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu. Dengan banyak membaca buku akan banyak ilmu yang didapatkan. Bahkan Allah berfirman dalam Al quran bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya (QS Al-Mujaadilaht ayat 11)

Membaca buku jelas berbeda dengan membaca di internet. Membaca buku jauh lebih baik hasilnya daripada membaca di internet yang terkadang artikelnya tidak dikemas secara lengkap. Seringkali merupakan potongan-potongan dari isi buku. Sedangkan dari membaca buku, kita mendapatkan informasi dari a sampai z secara utuh. Itulah kenapa ibuku selalu memberi contoh dalam membaca buku.

Tantowi Yahya yang diangkat menjadi duta baca indonesia mengatakan bahwa membaca adalah penyakit menular yang harus ditularkan kepada khalayak ramai. Membaca adalah jendela menjadi pintar. Tidak banyak membaca akan membuat kita menjadi bodoh. Bodoh itu mendekati kemiskinan.

Ibuku memang perpustakaan pertamaku. Beliaulah yang mengajariku membaca dan menulis. Di sekolahku bapak dan ibu guru juga membantuku dalam hal membaca buku agar aku jadi anak yang pintar. Tapi bagiku, ibuku adalah guru utamaku.

Kini aku merasakan benar kehebatan ibu dalam mengajarkan kami membaca. Tak terasa membawa kami dalam melangkah mewujudkan mimpi-mimpi kami. Dari 6 orang anaknya, 4 sudah sarjana dan dua sarjana muda. Bahkan sudah ada dua orang yang sudah lulus pasca sarjana. Alhamdulillah.

Meskipun ayahku sangat sibuk melaut, ayah tak pernah lupa mengajak kami ke toko buku. Sebulan sekali ayah mengajak kami ke toko buku untuk membeli buku baru. Biasanya ibu yang lebih banyak beli bukunya, sedangkan aku lebih suka beli buku Komik atau novel. Waktu itu aku lebih suka baca lupus dan komik tintin.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Aku merasakan benar pentingnya membaca buku yang diajarkan ibuku. Tak salah bila aku menyebut ibuku sebagai perpustakaan pertamaku, karena beliaulah tempat aku bertanya dari kegelapan ilmu pengetahuan yang kumiliki saat itu. Hobi membaca menular kepadaku. Tak salah bila akupun mengajarkan anak-anakku senang untuk membaca buku.

Kedua anakku, intan dan berlian selalu aku ajak ke toko buku memilih apa yang disukainya. Istrikupun demikian. Sangat hobi membaca buku, makanya aku suka ketawa sendiri. Selimut istriku adalah buku karena sering tertidur setelah membaca buku atau majalah yang disukainya.

Koran kompas, dan majalah bobo adalah. Santapan tambahan keluarga kami. Anak-anakku harus senang dan suka membaca agar mereka pintar dan mampu menulis sepertiku.

Ibuku adalah perpustakaan pertamaku. Tiba-tiba saja aku ingin sekali berjumpa dengannya. Ibu selalu membacakan aku dongeng atau cerita dari buku yang dia baca. Aku akan tertidur pulas ketika ibu menyelesaikan cerita-ceritanya. Seperti dongeng kancil yang suka mencuri ketimun. Akupun larut dalam mimpi indah bersama cerita ibu.

Sayang beliau telah tiada. Tinggal rasa sedih menerpa diri. Belum sempat berbakti ibu sudah dipanggil ilahi robbi. Ingin sekali aku memelukmu. Seperti anak-anakku memeluk mamanya dalam tidurnya. Tinggallah aku sendiri menuliskah kisah ini di ponsel jadulku. Kapan-kapan akan kuceritakan kembali tentang kehebatan ibuku yang suka membaca. Baik membaca buku maupun kitab sucinya. Rasanya tak pernah ibuku meninggalkan membaca Al quran dalam sehari.

Ibuku, perpustakaan pertamaku. Selalu siap menjawab semua pertanyaanku yang selalu ingin tahu. Dengan lembut beliau menjelaskan apa yang kutanyakan. Cuma satu pertanyaanku yang tak bisa dijawabnya. Kapan kita akan mati?

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

17 thoughts on “Ibuku, Perpustakaan Pertamaku

  1. yoga wikandaru (7d/40)

    menurut saya posting ini sangat baik karena untuk menyadarkan orang orang yang tidak menghormati orang tuanya serta mengingatkan kebaikan seorang ibu semasa kita kecil.
    Terima kasih.

  2. aisyah putri-7d-2

    betul pak ibu yang menjawab semua pertanyaan saya yang selalu ingin saya tahu.ibu membacakan ceritaku sejak kecil πŸ™‚

  3. khadijah asysyifaa delavega 7d 21

    betul pak, ibu selalu mengajarkan hal-hal yang baru. juga selalu menjawab pertanyaan saya.. πŸ˜€

  4. Filia Khansa

    yaa menurut saya ibu adalah perpuustakaan pertamaku karena pada saat saya masih kecil ibu selalu menjawab pertanyaan pertanyaan dari saya dan ibu selalu menjelaskannya dengan jelas. πŸ˜€

  5. vitra ramadiyanti/7d

    ibu memang perpustakaan pertamaku di mana aku selalu mananyakan perrtanyaan-pertanyaan dan ibuku dengan sabar akan menjawabnya. πŸ™‚

  6. Menurut saya isi dari artikel ini sangatlah bagus. Saya setuju jika membaca adalah hal yang sangat penting. Buku juga adalah jendela dunia. Isinya sangat memberikan pelajaran dan sangat bagus untuk dibaca.Keep writing pak:D

  7. Maulidia Ain Bening

    Menurut saya, ibu memang perpustakaan pertama. Karena ia selalu menjawab pertanyaan saya dengan sabar dan panjang pendek.:)

  8. Shofi Salsabila S-7D-37

    Meunrut saya, memang benar ibu adalah perpustakaan karena saat kita bertanya tentang apa saja, pasti ibu tahu jawabannya..

  9. Menurut saya, pernyataan tersebut benar. Ibu selalu melakukan hal apapun demi anaknya, mengajari, menjawab pertanyaan anaknya utk bekal saat ia dewasa kelak. Karena setiap ibu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Disebut perpustakaan pertama karena ia selalu menjawab pertanyaan, tidak bosan bosan menjawabnya&mengajari kita tanpa adanya keterpaksaan. Posting ini saat bagus karena utk menyadarkan kita kebaikan seorang ibu yang tak bisa diungkapkan dgn kata kata πŸ˜€

  10. Andi Afif Naufaldi 7D

    SETUJU pak. Ibu memang perpustakaan pertama kita, sudah jelas karena ibu ingin kita mendapatkan yang terbaik, karena itulah kita harus mengingat jasa ibu

  11. nisrina afifahtul aqilah 7D/32

    setuju banget pak!ibu memang perpustakaan pertama kami,ibu selalu mejawab pertanyaan aneh dari anaknya tapi tetap ia berusaha menjawab dan tidak bosan-bosan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.