Sudah 4 kali saya menonton film negeri 5 menara. Pertama bersama teman-teman kompasianer, kedua bersama teman-teman guru yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI), ketiga bersama keluarga tercinta di Bekasi, dan terakhir menonton sendiri di Galaxy Theatre Bandung. Alhamdulillah saya bisa menonton film yang bagus ini sampai beberapa kali. Dalam setiap kesempatan itu, saya menemukan hal-hal baru dalam film yang diangkat dari novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi.
- Salah satu adegan ketika Alaif mau mendaftarkan diri menjadi jurnalis di sekolahnya
Dalam menonton film N5M yang keempat ini saya sempat tertegun sesaat ketika Alif (sang pemeran utama) hendak mendaftarkan diri menjadi jurnalis di majalah sekolahnya. Ada pertanyaan yang disampaikan oleh pemimpin redaksi yang diperankan oleh Andhika Pratama.
“Apa yang paling hebat dari orang bikin berita? Ubahlah dunia dengan kata-kata”.
Bagi saya, kalimat pertanyaan dan pernyataan di atas itu menyihir, dan membuat hati ini bertanya kepada diri sendiri. Sudahkah saya menuliskan berita yang hebat di kompasiana? Lalu kepala sayapun menggeleng dan mulut saya berkata “belum”. Saya belum bisa membuat berita hebat dari apa yang saya lihat sebagai jurnalis warga di kompasiana.
Namun saya akan terus berusaha untuk menyajikan berita hebat dari apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Akan saya buat gaya penulisan saya sendiri sebagai seorang blogger yang independen. Tetap mengacu kepada 5W+1H dengan sedikit sentuhan hati agar lebih hidup dan menarik bagi siapa saja yang membacanya dengan hati-hati.
Film negeri 5 menara memang fenomenal dan menggoda. Semoga tercapai angka lebih dari satu juta penonton sehingga film berikutnya yang diangkat dari novel ranah 3 warna dapat dibuat. Sayapun berharap, film berikutnya jauh lebih dahsyat dari film negeri 5 menara.
Ketika cerita menjadi berita, maka akan ada sebuah proses metamorfosis seperti ulat menjadi kupu-kupu. Berita yang dibuat oleh jurnalis warga tentu akan berbeda dari dari jurnalis profesional. Tapi mutunya tak akan kalah. Sebab bagi jurnalis independen lebih leluasa menuliskan apa yang ada dalam alam pikirannya tampak terusik dari editor arus berita utama. Lebih merdeka tetapi tetap bertanggungjawab dengan apa yang dituliskan. Mencari data dan fakta secara lengkap serta melakukan verifikasi kepada narasumber yang dijadikan sumber berita.
Lalu apa yang paling hebat dari orang bikin berita? Hal yang paling hebat dari orang bikin berita adalah:
Pertama, orang akan bisa disebut hebat ketika dia sebagai jurnalisme warga mampu menuliskan berita dari sumbernya sendiri dan tidak ikut-ikutan dari media arus utama seperti televisi, koran, majalah, dan internet yang berisi berita-berita dari jurnalis profesional.
Kedua, orang akan disebut hebat bikin berita ketika sajian berita benar-benar kreatif dan terlihat originalitasnya. Tidak menyebarkan berita bohong (HOAX), dan merupakan kisah nyata yang fenomenal sehingga menarik untuk dibaca, dan dilihat.
Ketiga, orang akan hebat disebut bikin berita ketika dia mulai mencari data dan fakta baik melaluiwawancara langsung maupun tidak langsung. Pemilihan kalimat dalam wawancara menjadi point penting agar mereka yang ditanyakan mengerti dan mampu menjawab apa yang ditanyakan. Dengan begitu akan tergali informasi penting dari hasil wawancara itu.
Keempat, orang akan hebat bikin berita ketika pemilihan kata-kata menjadi kalimat yang menarik dan menggoda pembaca membuat apa yang dituliskan memberikan rangsangan tersendiri. Oleh karena itu, pemilihan judul berita menjadi sangat penting bagi seorang jurnalis warga agar orang mau membaca dengan kesadaran yang tinggi.
Kelima, berita yang bagus adalah berita yang belum dituliskan oleh orang lain, dan alangkah bagusnya terinspirasi dari apa yang dilihat dan dialami. Setiap orang punya cerita pengalaman hidupnya masing-masing, dan setiap orang memiliki berita penting dari apa yang dialaminya. Jurnalis warga akan membuat berita dari apa yang dirasakannya. Menulis dengan suara hati.
Film negeri 5 menara memang memberikan pencerahan kepada saya sebagai seorang pendidik untuk mampu menjadi seorang pendidik yang melahirkan peserta didik yang hebat dan menjadi orang besar. Orang yang bermanfaat buat orang banyak. Hal itulah sebenarnya yang ingin diceritakan dan diberitakan oleh sang sutradara.
Tetapi menurut saya, Film ini lebih bercerita kepada perjalanan hidup seorang jurnalis yang mampu meraih mimpi-mimpinya menjadi nyata dengan semangat man jadda wajada. Faktor kesungguhan menjadi sangat penting artinya dari orang bikin berita. Tanpa kesungguhan tak akan mungkin seorang jurnalis membuat beritanya sendiri yang dituliskan dari gaya bahasanya sendiri. Tidaklah sama gaya penulisanPepih Nugraha yang merupakan jurnalis profesional dengan seorang Iwan Piliang yang merupakan jurnalis warga.
Akhirnya menonton film negeri 5 menara membuat saya menyimpulkan bahwa sebuah pesan akan lebih bagus bila tidak hanya dituliskan saja, tetapi akan lebih bagus lagi bila divisualisasikan. Sebab tak semua orang senang membaca. Kebanyakan orang lebih suka menonton sesuatu yang dilihat ketimbang yang dibaca. Oleh karena itu, isi cerita dan berita dari novel negeri 5 menara menjadi lebih sampai pesannya setelah difilmkan. Budaya baca masyarakat kita memang masih rendah dibandingkan budaya nonton. Tak salah bila orang hebat bikin berita akan berusaha apa yang dituliskan mampu divisualisasikan dengan sangat apik dan kreatif. Lalu apa bedanya cerita dan berita?
Salam Blogger Persahabatan
Omjay