Belajar Menulis Novel yang Baik dari Ahmad Fuadi

Senang sekali bisa bertemu kembali dengan mas Ahmad Fuadi di Kompasiana Blogshop Surabaya. Ini adalah pertemuan saya yang keempat kalinya dengan beliau. Pertemuan pertama ketika telkomsel dan kompasiana mengadakan blogshop kompasiana di Jakarta. Lalu pertemuan kedua dan ketiga di saat peluncuran film dan nonton bareng film negeri 5 menara yang mempesona.

Alhamdulillah, sebagai blogger saya kebagian menonton gratis film negeri 5 menara. Itulah indahnya jadi blogger. Setiap kali ada undangan dari sponsor, selalulah diundang layaknya seorang wartawan profesional. Saya pun mendapatkan press release dan goodie bag seperti biasanya, hehehe. (pemburu goodie bagniyee!)

1332105735534257597

Terus terang, tulisan saya tak sebagus dan sebaik mas Ahmad Fuadi. Saya pun belum mampu menulis sebuah novel. Oleh karena itu saya saya sengaja menginvestasikan waktu dan dana untuk berguru dengan mas Ahmad Fuadi. Meskipun saya harus pergi meninggalkan anak dan istri ke Surabaya dan Makasar untuk mengikuti acara blogshop kompasiana. Bagi saya uang tidaklah problem, karena banyak orang baik yang akan membayari saya berangkat kalau niat saya kuat. Semangat manjadda wajada begitu kuat dalam diri.

Ketika bertemu beliau di Gedung Bank Indonesia Surabaya, mas Fuadi sempat kaget dan terperanjat bertemu saya kembali. Beliau bertanya bagaimana caranya saya bisa pergi ke Surabaya? Saya katakan, semangat menulislah yang membuat saya dapat berkunjung ke kota pahlawan ini, dan alhamdulillah royalti buku sudah keluar laporannya dari penerbit.

Berkat menulis buku saya bisa pergi ke berbagai kota di Indonesia, dan berkat menulis pula saya banyak dikenal oleh orang banyak. Meskipun saya tak setenar dan terkenal seperti mas Ahmad Fuadi, saya tak patah semangat, dan bersedih hati. Saya justru banyak belajar dari beliau. sama halnya ketika beliau dulu belajar sama mas Andrea Hirata, penulis novel best seller Laskar pelangi. Luruskan niat adalah suntikan stamina yang tidak putus, dan teruslah berbagi kebaikan dengan menulis.
Rahasia menulis Ahmad Fuadi

Rahasia menulis novel best seller mas Ahmad Fuadi akhirnya beliau sampaikan dalam presentasinya. Inspirasi menulis dalam pengalaman nyata itulah yang membuat novelnya menjadi hidup dan memotivasi banyak orang. Dengan riset yang tiada henti, akhirnya selama 1,5 tahun novel itu jadi. Tentu dengan bantuan sang kekasih hati, istri tercinta mas Ahmad Fuadi. ” Dibalik suami yang sukses, ada istri solekhah yang menemani”.

Beliau bercerita bagaimana istrinya memberinya buku bagaimana cara menulis novel yang baiksepulangnya dari Singapura. Sebagai orang yang rakus membaca, tentu buku itu menjadi vitamin dalam pembuatan novel best seller negeri 5 menara dan 3 ranah warna.

Bagi saya, kedua novel ini begitu sangat bagus sekali untuk pelajaran hidup. Semangat manjadda wa jaddabenar-benar saya rasakan ketika malas menerpa diri. Ambisi dan cita-cita saya menjadi bertambah ketika merampungkan membaca novel yang dibuat oleh alumni pondok pesantren modern gontor ini.

Ketika diminta mas Isjet (admin kompasiana) untuk menggantikan beliau memberikan materi Jurnalisme Warga di pesantren gontor, saya sungguh sangat bahagia sekali. Namun sayang saya tak mendapatkan izin pergi ke sana karena ada tugas sekolah yang tak bisa ditinggalkan. Akhirnya, Babeh Helmi (kompasianer terpopuler 2011) yang berangkat ke pondok pesantren modern Gontor menggantikan saya.

Buat saya, alumni pesantren gontor itu luar biasa. Mereka rata-rata cerdas dan memiliki semangat yang tinggi dalam menggali ilmu pengetahuan. Sifat kenabian seperti sidiq, tabligh, amanah, dan fathonahsenantiasa terjaga dari para alumninya. Hal itulah yang saya rasakan setelah berteman lama dengan mas Iskandar Zulkarnaen yang kemarin juga menjadi nara sumber blogshop kompasiana.

Mas Isjet, begitu biasa beliau dipanggil adalah alumni pesantren gontor yang sudah banyak mewujudkan mimpi-mimpinya hanya dari menulis. Bisa pergi ke luar negeri dan berkunjung ke berbagai daerah di nusantara adalah berkat semangat manjadda wajada itu. Tak heran bila menonton film negeri 5 menara, saya seperti melihat Ahmad Fuadi dan Iskandar Zulkarnaen. Sebab keduanya adalah alumni pesantren Gontor. Hanya saja, yang satu sudah menulis novel best seller, sedangkan yang satunya belum. hehehe.

Sudah 3 kali saya menonton film negeri 5 menara. Makanya ketika mas ahmad fuadi memperlihatkan trailer film negeri 5 menara kepada para peserta blogshop, membuat saya kepengen lagi menonton filmnya. Sebab saya belum puas bener dengan akting para pemainnya. Bagi saya, sosok Baso justru lebih bagus bermain aktingnya ketimbang Alif sang pemeran utama. Sosok Baso bagi saya adalah sosok yang luar biasa karenamampu menghafal Quran dan menemukan metode dalam pembelajarannya. Ajaran agama menyampaikan bahwa sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.

Blogshop kompasiana di Surabaya menginspirasi saya untuk terus menulis setiap hari, dan menjadi guru tangguh berhati cahaya. Gak kerasa, tulisan saya di kompasiana disukai oleh penerbit, dan alhamdulillah disukai oleh para pembaca dengan membeli bukunya. Setidaknya, buku-buku yang saya susun dari hasil menulis di kompasiana akan membuat saya membuat buku baru dengan judul Catatan Harian Seorang Guru. Semoga menjadi buku best seller juga.

Meskipun kedelapan buku yang saya susun dari hasil ngeblog bukan buku novel, tapi buku-buku non fiksi, pertemuan saya dengan mas Ahmad Fuadi membuat saya ingin sekali menulis sebuah buku novel. Oleh karena itu tak salah bila saya menggunakan uang royalty buku untuk belajar menulis dengan mas Ahmad Fuadi dari Surabaya hingga Makasar nanti. Setidaknya saya ingin membuktikan bahwa semangatmanjadda wajada benar-benar akan menghampiri hidup saya sebagai penulis handal di era global.

13321079721112821402

Menulis buku yang baik memang melalui proses riset, dan melihat peluang di pasaran. Tidak langsung jadi dan maunya sendiri. Prisip 5w plus 1H menjadi inspirasi tersendiri dalam membuat buku. Tak heran bila mas Ahmad Fuadi memberikan pertanyaan di awal presentasinya, kenapa orang senang membaca novel?

Presentasi mas Ahmad Fuadi yang sangat memukau, dan ala Steve Job penemu aplle membuat saya belajar bagaimana cara menyampaikan pokok-pokok pikiran kita kepada khalayak ramai. Bagi saya mas Ahmad Fuadi telah menjadi salah satu motivator saya dalam menulis. Dari menulis sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi buku. Hal itulah yang saya lakukan semenjak bergabung di rumah sehat kompasiana. Saya terus menulis setiap hari, dan sempat terhenti ketika saya harus dirawat di rumah sakit karena terkena demam berdarah.

Namun, semangat menulis saya justru semakin menjadi usai sembuh dari sakit. Karya tulis ilmiah saya lolos di tingkat nasional dan membuat saya pergi ke Denpasar Bali menularkan virus ngeblog. Berkat menulis saya gratis pergi ke Bali di tahun 2011 lalu.

Film negeri 5 menara yang sudah saya tonton, justru menambah saya semakin bersemangat dalam menulis. Bagaimana seorang Alif akhirnya mampu menulis dengan baik dan menjadi wartawan di pondok pesantrennya. Alifpun mendapatkan pinjaman kamera gratis untuk mencari muka manis yang tak sempat di foto karena kyai Rais keburu memanggil makhluk manis yang hendak di fotonya. Adegan inilah yang pernah saya alami sendiri ketika jatuh cinta dengan seorang wanita di kampus saya dulu. Kok bisa sama ya? Hahaha.

Film negeri 5 menara juga mengajarkan kepada saya bagaimana perjuangan seorang ibu dan ayah dalam pendidikan putra-putrinya. Sebagai orang tua tentu menginginkan pendidikan terbaik buat anaknya. Gontor menjadi salah satu tempat pendidikan terbaik yang dipilih oleh orang tua Alif. Saya menyebutnya sekolah berkarakter. Sekolah yang didalamnya ada sosok guru yang tangguh dan berhati cahaya. Persis seperti judul buku terbaru saya, menjadi guru tangguh berhati cahaya yang kini sedang dicetak ulang oleh penerbit indeks.

1331042770642858725
Buku Terbaru Omjay dari hasil ngeblog di kompasiana.com

Ketika Alif bertanya, berapa gaji guru di pondok madani kepada kiai rais, saya sempat termenung dan malu dengan diri sendiri. Sebab selama ini tanpa saya sadari saya masih mempertanyakan gaji, dan belum berjuang dengan sepenuh hati seperti para ustadz di pondok madani yang menyerahkan harta dan dirinya untuk kemajuan pesantren. Tak salah bila guru-guru di pesantren madani adalah guru-guru yang berkualitas dan melahirkan peserta didik yang berkualitas pula.

Film negeri 5 menara memang mempesona. Lebih mempesona lagi setelah berkenalan dengan sang penulisnya mas Ahmad Fuadi yang sering terlihat mamakai baju atau kemeja kotak-kotak.  Masalah baju inilah yang sempat pula ditanyakan oleh salah seorang peserta blogshop kompasiana di Surabaya. Iseng kali ya? hehehe.

Sebuah kata bisa menembus ribuan orang. Betapa kuatnya kata-kata, dan orang yang menuliskannya bisa mempengaruhi dunia hanya dari menulis. Hal yang terpenting, menulis akan membuatmu awet muda dan tulisan itu tak akan mati. Tulisan/buku tidak tua dan mati, begitu mas Ahmad Fuadi menyampaikan pesannya melalui presentasi multimedia yang sangat baik sekali. Sebagai Guru TIK, dan alumni Teknologi Pendidikan, saya memberi nilai 9 untuk presentasinya.

Menulis itu sebuah kekuatan, dan penulisnya akan menuju keabadian bila dibuat dalam bentuk buku yang bermanfaat untuk orang banyak.  Meskipun masyarakat Indonesia belum banyak yang suka membaca, setidaknya kita sudah memulai untuk menularkan budaya membaca dikalangan masyarakat ilmiah dan berpengetahuan. Apalagi bila sampai difilmkan seperti novel negeri 5 menara yang jumlah penontonya sudah hampir mendekati satu juta orang. Bisa lebih banyak dari pembaca buku novel itu sendiri. Hal itulah yang membuat seorang Ahmad Fuadi mau bersusah payah mengawal novelnya menjadi sebuah film yang layak ditonton dengan sponsor Gramedia, ib perbankan syariah, pertamina, dan susu bendera “frisian flag”.

Bagi saya, film negeri 5 menara telah memotivasi saya sebagi guru untuk terus menerus melahirkan peserta didik yang unggul dan bermanfaat untuk masyarakat. Seperti pesan kiai rais kepada para santrinya yang diperankan oleh artis Ikang Fauzi yang terlihat sangat lucu dengan logat jawanya, hehehe. (Kayaknya gak cocok deh ikang Fauzi suaranya medok, hahaha).

Tiga kali menonton film ini justru membuat saya menjadi semakin haus dan lapar karena sekolah dengan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang dicanangkan oleh pemerintah justru semakin mahal. Film negeri 5 menara justru “menohok” pemerintah bahwa sekolah bertaraf tradisional justru tak kalah mutunya dengan sekolah bertaraf internasional yang biayanya sangat “mahal” itu. Orang miskin sangat sulit untuk bisa sekolah di sekolah RSBI. Meskipun pemerintah telah mengatakan, ada alokasi anggaran 20% buat anak miskin yang mau bersekolah di program RSBI. Namun kenyataannya, seperti jauh panggang dari api.

Blogshop kompasiana surabaya dan film negeri 5 menara membuat saya belajar menulis dari sang maestro Ahmad Fuadi yang sangat rendah hati. Tidak sombong dan selalu tampil sederhana dengan baju kotak-kotaknya. Siapapun orang akan langsung akrab bila bertemu sang penulis novel negeri 5 menara, dan 3 ranah warna ini. Insya Allah akan terus awet muda bila rajin menulis, dan cepat menyelesaikan karya terbarunya. Bahkan beliau katakan, keuntungan dari buku dan film akan disumbangkan untuk lembaga pendidikan yang sekarang ini sedang dibangunnya bersama istri tercinta.

Hal lain yang saya dapatkan dari blogshop kompasiana adalah Surat-surat Ahmad Fuadi ke ibundanya di padang Sumatera Barat  menjadi inspirasi bagi dirinya untuk membuat novel setelah melakukan riset. Itulah sedikit rahasia yang dibuka oleh Ahmad Fuadi dalam acara blogshop kompasiana Surabaya. Melebihkan usaha untuk menjadi orang yang di atas rata rata dalam proses menulis 5w+1h akan membuatmu menjadi penulis luar biasa.

Akhirnya, saya harus menutup tulisan yang panjang ini dengan sebuah doa semoga saya dan anda para pembaca tulisan ini bisa seperti Mas Ahmad Fuadi yang begitu menginspirasi. Tidak mudah membuat sebuah novel. Apalagi sebuah novel yang best seller dan di filmkan pula. Bagi saya, mas Ahmad Fuadi adalah salah satu guru saya dalam menulis, dan saya akan terus belajar menulis kepada beliau. Belajar menulis novel yang baik dari Ahmad Fuadi yang menginspirasi. Beliau telah memotivasi saya untuk menulis lebih baik lagi. Sampai jumpa di Blogshop kompasiana makasar!

salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

6 thoughts on “Belajar Menulis Novel yang Baik dari Ahmad Fuadi

  1. assalamualakum, perkenalkan saya blogger pemula yang ingin berguru dari banyak orang,
    hal yang saya dapat dari artikel beliau diatas adalah semangat dan antusiasme yang kuat dalam menulis. mohon bimbingannya, dalam menulis blog yang bermanfaat dan bermakna lebih religius. waalaikum salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.