Apakah Saya Memiliki Bakat Menulis?

Saya selalu bertanya pada diri saya, apakah saya mempunyai bakat menulis? Kata orang menulis itu harus punya bakat. Bakat yang sudah dilahirkan seiring dengan semakin bertambah umur hidup kita di dunia. Tetapi ada juga yang mengatakan kalau menulis itu tak perlu bakat. Anda cuma memerlukan kemauan untuk menulis, dan kemauan untuk berlatih menulis. Menulis apa yang penting untuk ditulis. Memiliki minat yang kuat untuk menulis. Tak perlu harus mengikuti gaya orang lain. Menulislah dengan gayamu sendiri. Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. (Promosi niye.., hehehe)

 

1327506850813798598

Saya jadi bingung, Apa mungkin menjadi penulis itu memerlukan bakat? Sebab yang saya tahu menulis itu bukan bakat tapi kebiasaan yang terlatih. Kebiasaan yang harus diasah terus menerus. Bahkan bisa dilatih setiap hari. Seperti kita berlatih mengendarai mobil. Tapi jangan sambil mabok atau pakai narkoba loh! Hehehe. (Jadi ingat Supir Maut Apriyani Susanti).

Menulis adalah sebuah kreativitas. Dia bukan hanya sekedar keterampilan. Kreativitas menulis akan tumbuh kalau otak anda dirangsang untuk menciptakan sesuatu. Menciptakan sesuatu yang berbeda dan  belum pernah dituliskan oleh orang lain. Itulah yang membawa saya dan teman-teman guru lainnya menjadi salah satu juaranya dalam ajang guraru award Acer 2011. Lomba menulis di blog yang sangat dirindukan oleh guru-guru di Indonesia setiap tahunnya.

Tidak gampang jadi penulis. Apalagi menjadi penulis yang sudah dikenal oleh banyak orang karena karyanya enak dibaca dan memberikan pencerahan. Apalagi bila karyanya ternyata lebih memberikan banyak manfaat untuk hajat hidup orang banyak. Pernah baca buku karya almarhum Buya Hamka? Judulnya ” Dibawah Lindungan Ka’bah”. Sangat menyentuh dan mempesona bila anda membacanya dengan hati.

Terlatih untuk jadi penulis memang butuh perjuangan. Bukan hanya perjuangan untuk melawan diri sendiri tapi juga perjuangan untuk dapat diterima oleh masyarakat pembaca. Masyarakat pembaca yang di Indonesia belum begitu banyak jumlahnya, karena budaya baca belum menjadi budaya bangsa.

Namun perjuangan yang lebih penting adalah Perjuangan untuk dapat dipahami oleh orang lain. Sebab kita ini tidaklah hidup seorang diri. Kita hidup untuk orang lain. Kita hidup untuk bermanfaat buat orang lain. Kita hidup untuk menyemangati orang lain melalui tulisan-tulisan kita. Karena itu kita sendiri harus dapat memotivasi diri. Punya komitmen dan tekad yang kuat untuk menulis.

Dengan menulis kita dapat menyampaikan apa yang ada dalam otak kita menjadi kata-kata yang bermakna. Dengan menulis kita berusaha memberikan informasi kepada orang lain. Informasi yang mungkin saja sangat dibutuhkan. Bahkan mungkin informasi yang sedang ditunggu-tunggu dan dirindukan.

Wahai para pembaca setia blog kompasiana sudahkah anda menulis hari ini???

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

4 thoughts on “Apakah Saya Memiliki Bakat Menulis?

  1. Yang saya rasa si, saya nggak ada bakat nulis, tapi saya cuma punya keinginan untuk menulis aja, sehingga pelampiasan keinginan menulis ini pun ada di blog saya ini 🙂

  2. Purple Rose

    bagaimana bisa berdamai dengan kritikan pak,, sy merasa siap secara fisik tapi secara emntal jadi takut (lagi) nulis. Takut disalah artikan,,

Leave a Reply to Purple Rose Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.