Perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang wajar, yang tidak wajar adalah kalau kita memaksakan pendapat kita terhadap orang lain. Bukankah dalan agama Islam disampaikan bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat. Tinggal bagaimana kita bersikap terhadap perbedaan tersebut.
Di SMP labschool Jakarta, sangat menekankan supaya siswanya dapat menerima perbedaan dan keragaman pendapat. Praktek yang sangat terlihat adalah ketika sekolah akan memilih ketua umum OSIS.
Kegiatan pemilihan ketua umum OSIS diawali dengan proses yang sangat demokratis yaitu penyeleksian para kandidat calon Ketua OSIS. Mereka akan di seleksi pemahaman kepemimpinannya, keorganisasiannya, wawasan keilmuannya, dan nilai ketaqwaannya.
Dari seleksi itu akan terpilih 3 atau 4 orang calon ketua umum OSIS. Kegiatan selanjutnya adalah kampanye tulis. Di dalam kegiatan kampanye tulis ini setiap kandidat ketua OSIS akan mengerahkan para pendukungnya untuk mengkampanyekan kemenangan dirinya.
Kampanye yang diadakan sehari tersebut dapat berjalan dengan tertib dan tidak terjadi saling menjatuhkan. Mereka akan bersaing secara sehat dengan mengemukakan program kerjanya masing-masing.
Selesai melakukan kampanye tulis, kemudian dilanjutkan dengan kampanye lisan. Dalam kampanye lisan setiap kandidat akan memilih jubirnya masing-masing untuk memperkenalkan dirinya. Setelah itu setiap kandidat ketua umum diminta untuk memaparkan semua program kerjanya di depan semua siswa yang hadir dalam kampanye lisan tersebut.
Selesai kegiatan kampanye lisan kemudian di adakan PEMILOS (pemilihan Ketua OSIS). Dalam kegiatan PEMILOS ini, siswa memberikan suaranya untuk memilih Ketua Umum OSIS. Setelah semua siswa telah memberikan suaranya, maka dilakukanlah penghitungan suara.
Selesai penghitungan suara, maka terpilihlah Ketua Umum OSIS. Dengan tepuk tangan yang meriah kemudian Ketua OSIS terpilih diminta maju untuk memberikan sambutan atas kemenangan dirinya dalam pemilihan ketua OSIS tersebut.
Proses penanaman nilai-nilai demokrasi seperti diatas telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga hal ini sudah menjadi budaya sekolah (school culture) kami.
Kegiatan lain yang menumbuhkan pendidikan demokrasi juga terlihat pada sidang LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) OSIS. Melalui sidang ini, siswa belajar berdemokrasi secara langsung. Sidang ini merupakan sidang pertanggungjawaban pengurus OSIS Kepada BPH MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas).
Suasana saling menghargai pendapat yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain sangat jelas terlihat. Mereka akan saling memberikan argumentasi atas apa yang mereka pertahankan, namun ketika kesepakatan telah diambil maka pihak-pihak yang berselisih akan menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.
Pembelajaran demokrasi juga bisa terlihat saat pembentukan pengurus kelas. Dalam pembentukan pengurus kelas, wali kelas tidak langsung menunjuk salah satu siswa untuk menjadi ketua kelas, tetapi pertama kali wali kelas akan meminta kepada semua siswa untuk mengajukan calon ketua kelas. Setelah terpilih 3 atau 4 orang calon ketua kelas, baru kemudian semua siswa untuk memilih 1 orang dari 3 atau 4 calon tadi untuk menjadi ketua kelas.
Langkah selanjutnya wali kelas memberikan waktu kepada ketua kelas terpilih untuk memilih pengurus yang lainnya yaitu: sekretaris kelas, bendahara kelas dan beberapa seksi untuk menjadi pengurus kelas.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay