Seorang guru Bahasa Indonesia bertanya kepada saya. Bagaimana caranya agar bisa menulis. Pertanyaan itu muncul ketika saya memberikan materi GURU IDEAL di SMP Perguruan Cikini, Menteng Jakarta Pusat. Saya pun langsung menjawabnya dengan mengatakan, ” Menulislah setiap hari dan perhatikan apa yang terjadi”.
Menulis bukanlah pekerjaan susah bila kita sudah terbiasa melakukannya. Hal yang susah adalah bila tulisan kita sudah berbau ilmiah. Kita mesti mencari acuan teoritis untuk mendukung apa yang dituliskan. Dengan begitu keilmiahan tulisan benar-benar berdasarkan data dan fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya.Itulah yang saya rasakan ketika harus menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam rapat kerja guru di SMP Perguruan Cikini itu, saya mengatakan bahwa Ki Hajar Dewantara (tokoh pendidikan Indonesia) bisa terkenal sampai saat ini karena menulis. Banyak tulisannya dibukukan, dan pemikirannya sangat menginspirasi orang banyak hingga saat ini. Oleh karena itu, salah satu ciri guru ideal adalah dia sanggup menuliskan apa yang dikerjakannya, dan mengerjakan apa yang telah dituliskannya. Keteladanan, Kesabaran, dan Kejujuran menjadi suatu hal yang mutlak bila kita ingin menjadi guru ideal.
Agar para guru bisa menulis, sempatkan waktu setiap harinya untuk menulis. Dengan begitu, ada pesan yang dituliskan setiap harinya. Ada pemikiran dari dari dalam diri yang bisa ditularkan untuk orang lain. Hal itulah yang saya lihat dari sosok Ki Hajar Dewantara yang hari kelahirannya dijadikan sebagai hari pendidikan nasional.
Kalau sekarang ini banyak guru tak bisa menulis ya wajar saja. Sebab menurut informasi dari Prof .dr.Fasli Jalal, wakil mendiknas pada kongres Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) di Asrama haji Pondok Gede yang saya ikuti sore harinya (setelah dari Percik), jumlah guru yang tidak mampu menulis cukup banyak. Khususnya mereka yang mentok di golongan IVA. Lebih dari 625.000 guru belum bisa naik pangkat karena terhambat oleh karya tulis ilmiah (KTI) yang belum dilaporkan, dan dituliskan oleh para guru. Sedih juga saya mendengar laporan pak wakil mendiknas ini. Saya pun menjadi terpicu untuk berbagi ilmu PTK kepada teman-teman guru.
Kembali kepada topik bagamana caranya bisa menulis? Untuk bisa menulis, Ya rajin-rajin saja menulis, dan belajar dari mereka yang sudah berhasil dari dunia tulis menulis. Dari situ akan anda dapatkan kesulitan, dan kemudahan menyatu menjadi satu. Dengan begitu, menulis menjadi sebuah tantangan tersendiri dan pada akhirnya akan menjadi hobi. Saya belajar menulis secara otodidak, dan banyak belajar kepada mereka yang sudah hebat dalam dunia tulis menulis seperti kang Yudhistira, Teh Pipiet Senja, Mbak Linda Jalil, mbak Mariska Lubis, kang Pepih Nugraha, dan lain-lain.
Cara jitu agar bisa menulis adalah tulislah yang ringan-ringan saja dulu. Misalnya tentang pengalaman pribadi, dan atau tuliskan apa yang sedang kita lakukan seperti saya saat ini. Sambil menulis, saya menemani Berlian (anak Kedua saya) makan siang. Dia lahap banget makan nasi sama bakwan. Kami membeli gorengan bakwan itu tadi pagi di tukang nasi uduk dekat rumah. Heeem.. lezat banget tuh bakwan. Saya pun ikutan melahapnya.
Jadi, menulis itu jangan pernah dianggap susah. Berpikirlah yang mudah-mudah saja. Bila alam bawah sadar kita mengatakan mudah, maka kitapun akan dimudahkan dalam menulis. Tetapi kalau belum-belum kita sudah mengatakan susah, ya pasti kesusahan atau kesulitan yang kita dapatkan. Ada saja segudang alasan yang datang tiba-tiba, dan menyebabkan kita tak mampu untuk menulis.
Menulis adalah pekerjaan semua orang. Semua orang pasti pernah menulis. Hanya isinya saja yang berbeda. Ada yang isinya super ilmiah, dan ada juga yang isinya alamiah seperti saya ini. Tulisannya mengalir begitu saja dan tanpa beban ketika menuliskannya. (padahal sih sebenarnya sambil promosi, hehehe).
Dalam bagian akhir presentasi di SMP Perguruan Cikini, saya sampaikan kepada teman-teman guru bahwa menulis harus menjadi kegiatan rutin kita, bila ingin menjadi guru ideal. Apalagi di tahun ajaran baru ini. Tentu kita harus menuliskan kembali administrasi pembelajaran seperti RPP, Silabus, Program Semester, dan Program Tahunan. Tentu kita melakukan itu tidak sekedar mengganti tanggal dan tahun saja, tetapi membuat administrasi pembelajaran yang jauh lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya dengan cara membaca, dan menuliskannya kembali.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
5 thoughts on “Bagaimana Caranya Bisa Menulis?”