Wajah Pendidikan Kita di Perbatasan (Liputan Peluncuran Film Batas) ~HABIS~

1305681796986294885

Setelah menonton film batas, dan mengikuti acara peluncurannya yang memukau beberapa waktu lalu (12 Mei 2011), saya pun terhenyak dengan wajah dunia pendidikan kita. Pemutaran Film Batas di Epicentrum XXI Kuningan Jakarta membuat saya tersadar bahwa pemerataan, dan layanan pendidikan di negeri ini belum tersebar secara merata. Alangkah baiknya, bila pemerintah tak menjadikan Ujian nasional (UN) sebagai bentuk ujian kelulusan sebelum pemerataan pendidikan dilakukan. Alangkah naifnya bila sekolah-sekolah di Jakarta diadu dengan sekolah-sekolah di perbatasan dalam UN. Dengan keterbatasan SDM Guru, dan juga sarana serta prasarananya, sebaiknya UN di daerah perbatasan hanya dijadikan sebagai pemetaan saja, dan bukan sebagai bentuk evaluasi kelulusan secara nasional. Sebab ketimpangan masih terjadi di sana-sini. Keadilan harus ditegakkan dalam dunia pendidikan kita.

1305682037703877376

Alangkah baiknya, para penentu kebijakan pendidikan menonton film batas ini. Sayang, pak mendiknas , Muhammad Nuh tak hadir dalam pemutaran film batas itu. Semoga ketika ditayangkan perdana pada 19 Mei 2011 nanti, para pejabat di kementrian pendidikan nasional menonton film batas  yang bagus ini. Usul saya, film ini diputar dilingkungan kemendiknas. Biar banyak pejabat di kemendiknas lebih mengetahui kehidupan masyarakat di perbatasan. Apalagi, kru film batas juga telah membuat film dokumenter tentang kehidupan, dan wajah asli penduduk di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia ini. Film ini juga wajib ditonton oleh para guru, dan juga peserta didiknya agar mereka tahu keadaan sekolah di perbatasan.

13056822491330852497

Film batas menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang bernama Jaleswari (diperankan oleh Marcella Zalianty). Jaleswari, dengan ambisi dan kepercayaan penuh, mengajukan diri untuk mengambil tanggungjawab memperbaiki kinerja program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Dia menyanggupi masuk ke daerah perbatasan di pedalaman kalimantan, dan menjanjikan dalam dua minggu Ketidak-jelasan itu dapat diatasi. Kabarnya, semua guru yang dikirimkan ke daerah perbatasan itu satu persatu mengundurkan diri, dan tak mau mengajar lagi. Hanya 1 guru yang masih bertahan, dan guru asli daerah itu yang bernama Adeus (diperankan oleh Marcell Domits).

13056825161976764684

Kedatangan Jaleswari ke perbatasan kalimantan ini juga sebenarnya untuk menutupi kesedihannya. Jaleswari baru saja ditinggalkan mati oleh suaminya. Sementara, pada saat itu dia sedang hamil muda. Orang tua Jaleswari berusaha melarang pergi anaknya itu, tapi tekad Jaleswari telah bulat. Dengan tekad yang benar-benar bulat,  lalu berangkatlah Jaleswari ke daerah perbatasan Kalimantan Barat yang jaraknya sangat jauh sekali.

Di tengah perjalanan, ban mobil yang ditumpanginya bocor, dan dengan amat terpaksa Jaleswari harus menunggu di mobilnya sampai esok harinya. Di sanalah untuk pertama kalinya Jaleswari bertemu dengan Arif (diperankan Arifin Putra) seorang pemuda yang sangat baik hatinya. Mobil yang menolongnya adalah mobil milik Arif. Mobil Arif yang lewat dan baru datang keesokan harinya, membantu jaleswari ke  desa yang dituju.  Mellaui perjalanan yang cukup melelahkan sampailah akhirnya Jaleswari di tempat yang dituju.

13056828111640973149

Ternyata suatu kehendak belum tentu sejalan dengan kenyataan. daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Mereka tidak terlalu perduli tentang kawasan perbatasan atau batas negera. Mereka hidup dengan kesadaran wawasan budaya dayak yang tidak terpisahkan oleh demarkasi batas politik. Peristiwa kehidupan yang unik telah membawa Jaleswari dalam situasi yang pelik. Konflik batin terjadi ketika dia terperangkap pada masalah kemanusiaan yang jauh lebih menarik dan menyentuh perasaan dibanding data perusahaan yang sangat teoritis, dan terasa kering karena pada hakekatnya masalah rasa sangat relatif dan memiliki kebenaran yang berbeda.

Jaleswari yang bukan seorang guru, akhirnya ikut mengajar di sekolah, dan memberikan pencerahan baru untuk anak-anak sekolah di sana. Berkat bantuan Borneo (diperankan Alifyandra) akhirnya banyak anak yang mau sekolah dan dibimbing oleh Jaleswari.

13056830751856930463

Jaleswari berada dalam batas pilihan. Karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan dirinya bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat setempat. Peristiwa kehidupan manusia yang melanggar adat dan mampu menyengsarakan sesamanya tergelar jelas di depan mata. Ada pihak-pihak yang tak menyukainya, dan membuatnya dihujat oleh masyarakat setempat.

1305683996510888848

Mampukah Jaleswari bangkit, dan melewati batasnya? Mampukah dia berjuang untuk masyarakat yang lebih baik? Bagaimana nasib dunia pendidikan di daearah itu? Jawabnya ada dalam film batas yang dapat anda saksikan pemutaran filmnya pada 19 Mei 2011 yang akan diputar di bioskop kesayangan anda.

13056832491609206910

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

by

Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis. Semua perjalanan itu ia selalu tuliskan di http://kompasiana.com/wijayalabs. Omjay bersedia membantu para guru dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) online, dan beberapa Karya Tulis Ilmiah Omjay selalu masuk final di tingkat Nasional, dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat dan dibaca di blog http://wijayalabs.wordpress.com Hubungi via SMS : 0815 915 5515/081285134145 atau kirimkan email ke wijayalabs@gmail.com atau klik hubungi omjay yg disediakan dalam blog ini, bila anda membutuhkan omjay sebagai pembicara atau Narasumber.

2 thoughts on “Wajah Pendidikan Kita di Perbatasan (Liputan Peluncuran Film Batas) ~HABIS~

  1. Herizal Alwi

    Gini lho, waktu kemaren lihat berita tentang penduduk kalimantan yg tinggal di dekat -=perbatasan malaysia dan indonesia=- yg ber-belanja sembako ke negeri jiran. Betapa lucu, jika di lihat dari satu sisi yg terbalik. Betapa sedih, mengingat masyarakat di situ sangat ber-susah-payah ke negeri orang hanya untuk sekedar membeli kebutuhan pokok dengan harga yg bisa di jangkau dengan penghasilan yg tak seberapa. Dan betapa memalukan bagi pemerintah. Ini adalah sebuah pukulan keras dan menyakitkan bagi manusia yg bisa dan mau berpikir.

    Ibarat sebuah negara adalah keluarga, pemerintah adalah arang-tua, dan kita (rakyat) adalah anak2 yg harus (secara wajar sesuai aturan) di perlakukan sebagai anak. Mana ada orang tua yg baik, yg dengan rela menelantarkan anak? Mana ada orang tua menghambur2kan uang anaknya untuk kesenangannya sendiri? Dan orang tua kita itu melakukan semua yg gak pantas itu dengan bangga nya. Mau di bawa kemana, arah bangsa..
    Gini lho, secara jujur nya kita mau bilang.
    Kenapa harga barang di indonesia lebih mahal daripada di malaysia? Sedangkan, secara nalar indonesia itu adalah tanah paling subur dan paling kaya di dunia. Dengan nilai mata uang yg jauh di bawah malaysia dan dengan pendapatan penduduk yg juga di bawah, kok harga barang di atas? Apa gak mencekik itu namanya? Huh, pusing…

  2. Herizal Alwi

    Mereka tinggal jauh dari Jakarta, pusat pemerintahan. Tapi, mereka rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia juga. Masih jauh dari makmur. Tapi, tega-teganya ada yang menilap anggaran pembangunan untuk wilayah yang bersinggungan dengan negara tetangga itu.
    Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), misalnya, menemukan bukti-bukti ketidakvalidan dalam pertanggungjawaban biaya non­personel atas jasa konsultan pada Ditjen PUM (Pemerintahan Umum). Jumlahnya mencapai Rp 3,45 miliar. Itu terdapat dalam La­poran Hasil Pemeriksaan Keuangan Nomor 9a/HP/XVIII/05/2011 tertanggal 23 Mei 2011.
    Pada 2010, Ditjen PUM Fasilitasi Pengembangan Wila­yah Perba­tasan Dalam Bidang Ekonomi, Bu­daya, Sosial dan Pembenahan Tanda Batas (kode 06.90.01.0792) yang pengadaan ba­rangnya ditempatkan pada dae­rah perba­tasan Indonesia. Ang­garan yang disediakan untuk program itu Rp 124,474 miliar (belanja barang) dan Rp 166,65 miliar (belanja modal)
    Pekerjaan itu digarap Direkto­rat Wilayah Administrasi dan Perbatasan. Sampai tutup buku, anggaran yang terserap untuk belanja barang sebesar Rp99,345 miliar atau 79,81 persen dan belanja modal sebesar Rp139,633 miliar atau 83,84 persen.
    Namun, dari anggaran yang ter­­serap itu, BPK melihat ada ke­jang­galan. Dalam laporan keua­ngan itu, ditemukan ada Rp3,45 miliar untuk tiga paket pekerjaan yang tidak bisa dipertang­gungja­wabkan penggunaannya. Dalam laporan keuangan yang diterima BPK, pelaksana proyek tidak bisa menunjukkan bahwa bukti per­tanggungjawaban penggunaan anggaran untuk tiga jenis pe­kerjaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.