Saya terharu membaca tulisan sahabat saya mas Johan Wahyudi. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia di Sragen, Jawa Tengah. Sudah setahun beliau ngeblog di kompasiana, dan merasakan betapa dahsyatnya ngeblog. Beliaupun telah merasakan bahwa blog memiliki keajaiban. Keajaiban yang dulu belum pernah dirasakannya. Ternyata berbagi ilmu dan pengalaman melalui sosial media membuat kita akan banyak memberi dan banyak menerima. Itulah sedikit kutipan yang saya baca dari tulisan mas johan wahyudi yang telah melakukan refleksi diri setahun ngeblog di kompasiana.
Di tempat lain, seorang sahabat yang juga seorang guru kimia di kalimantan tengah memberikan saya file presentasi dari makalahnya yang berjudul berbagi ala guraru. Namanya mas Urip, guru kimia MAN Pangkalan Bun kalimantan tengah yang telah berhasil menjadi juara pertama dalam berbagai lomba ngeblog di tingkat nasional. Kalau anda mampir ke blognya anda akan berlama-lama di sana.
Melalui blog interaktif http://urip.wordpress.com yang dikelolanya, beliau telah berbagi kepada semua orang di dunia maya. Kreativitasnya dalam mengelola blog dan komitmennya dalam mengupdate blog telah mengantarkannya sebagai guru era baru atau guraru. Bahkan beliau telah mendapatkan juara pertama lomba blog dalam pesta blogger 2010 yang disponsori oleh acer.
Mengapa guru perlu berbagi? Mengapa blog begitu mudah dijadikan media untuk berbagi? Jawabannya ada dalam slide presentasi beliau yang dikirimkan melalui email kepada saya. Dalam presentasi itu dituliskan bahwa sebagai guru yang merupakan makhluk sosial sudah semestinya berbagi ilmu kepada siapapun. Baik diminta ataupun tidak diminta, para guru bisa berbagi ilmu dan pengalamannya melalui blog. Kapan saja, dan dimana saja melalui media blog yang dikelolanya.
Dari blog yang dikelola oleh seorang guru, bila dilakukan dengan baik dan profesional dalam pengelolaannya, maka akan menjadi sebuah kekuatan dahsyat. Kekuatan dahsyat yang dapat menembus batas, ruang, dan waktu.
Melalui blog, guru menjadi online 24 jam dalam berbagi. Belajar pun tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Peserta didik dapat berinteraksi dengan gurunya dimana saja dia berada. Asalkan ada akses internet, yang membuat guru dan siswa saling terkoneksi di dalam dunia maya yang tak pernah tidur. Belantara internet telah menyatukan mereka dalam aktivitas belajar C generation yang menyatukan generasi digital native, (siswa) dan immigrant native (guru).
Besaran teknologi informasi dan semakin mudahnya orang berkomunikasi membuat guru sekarang ini menjadi guraru. Guru modern di era baru. Mereka dapat berkomunikasi dan berbagi kepada siapa saja dengan orang-orang di seluruh dunia. Tak ada lagi batas, karena internet telah menembus ruang dan waktu.
Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan juga teknologi komunikasi yang digabung menjadi TIK atau istilah kerennya ICT telah mengantarkan para guru menjadi guru yang luar biasa dalam peradaban dan budaya yang multikultural saat ini. Gurupun dengan mudahnya dapat berbagi kepada teman sejawat, peserta didik, dan masyarakat berpengetahuan.
Dengan cara menulis di blog, dan mempublikasikan apa yang dituliskannya di internet akan membuat guru menjadi produsen pengetahuan, dan bukan lagi konsumen. Konten-konten edukasi dengan sendirinya akan menjadi mutiara ilmu bagi mereka yang mencari informasi di internet. Semakin banyak menulis di blog, akan semakin banyak netter yang berkunjung ke blog yang dikelola oleh guru secara mandiri.
Dari mana guru memulainya? Dari pengalaman, kedaan sekitar, dan ide kreatifnya yang dituangkannya denga cara menulis. Oleh karenanya ilmu creative writing dan edupreneurship harus dimiliki oleh para guru sebelum dia mengajarkan menulis kepada para peserta didiknya. Sebab saat ini kita nelongso (bengong) melihat para guru yang tak bisa menulis mengajarkan ilmu menulis kepada para peserta didiknya.
Wajarlah kalau anak-anak kita tak pandai menulis, sebab mereka dididik oleh para guru yang tak bisa menulis. Ini nyata dan banyak terjadi di sekolah-sekolah kita. Bahkan hal ini terjadi di DKI Jakarta yang para gurunya telah mendapatkan penghasilan besar dari TUD atau Tunjangan fungsional dari daerah.
Sungguh saya salut dengan para guru kreatif seperti mas johan wahyudi, dan mas urip. Mereka adalah para guru di daerah yang telah mampu memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran. Mereka pun menjadi terkenal, dan dikenal dari kreativitasnya dalam menulis.
Guraru atau guru di era baru seharusnya mampu mencontoh dua orang guru super yang telah menjadi sahabat saya ini. Mereka telah mampu menjadikan blog sebagai sarana menyalurkan kreativitas dan imajinasinya. Mereka telah mampu mengatasi masalah dalam dirinya, dan menyingkirkan kendala yang biasa menghambat kegiatan berbagi. Penyakit malas menulis, dan merasa sudah pintar membuat guru kurang berbagi.
Banyak membaca artikel dan tulisan orang lain menjadi penyemangat mereka untuk menulis. Lahap membaca telah membuat mereka gemuk menulis, walaupun badan mereka tak segemuk penulis. Mereka pun telah menjadi kisah nyata yang menginspirasi para guru lainnya untuk segera melek internet dan mampu menulis. Dengan menulis akan banyak pesan yang mereka sampaikan, dan dengan menulis mereka pun menjadi blogger eksis, dan bukan hanya narsis.
Salam blogger persahabatan
omjay
https://wijayalabs.com
7 thoughts on “Guru Era Baru (Guraru)”