Membaca koran kompas cetak hari Sabtu dan Minggu, 6-7 November 2010 membuat hati saya sedih. Turut merasakan derita yang dialami oleh saudara-saudara kita yang ada di Yogyakarta. Apalagi setelah melihat foto seorang pengungsi meneteskan air mata saat berhasil mencapai posko pengungsian di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, pascaerupsi Gunung Merapi,Jumat (5/11) dini hari. Sebuah foto yang didokumentasikan oleh seorang fotografer handal kompas yang bernama FERGANATA INDRA RIATMOKO.
Bagi saya, foto ini begitu menyentuh hati. Siapa saja yang masih memiliki nurani, foto ini seolah-olah berbicara kepada kita bahwa merapi telah memeras air mata kita. Ada unsur Subyek, Predikat, Obyek, dan Keterangan (SPOK) di foto itu. Saya pun tak berkedip memandang lama foto itu, dan merasakan seolah-olah saya ada di dekat ibu yang menangis itu. Merapi memang telah memeras air mata.
Dari koran kompas saya baca, hingga pukul 23.00 semalam (Sabtu 6 November 2010), tercatat jumlah korban meninggal dunia 64 orang, semuanya penduduk Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, dan luka-luka 77 orang. Sejumlah sapi mati terbakar serta sejumlah rumah terbakar dan rusak.
Di hari Minggu ini, 7 November 2010, saya kembali melihat sebuah foto di koran kompas cetak dimana para pengungsi tidur berdesakan dengan beralaskan tikar, karpet, dan kardus di pendopo pemerintah kabupaten klaten Jawa tengah. Sebuah foto yang didokumentasikan oleh mas iwan setiyawan.
Melihat foto-foto itu saya benar-benar merasakan derita mereka. Ingin rasanya saya berada di sana dan membantu apa yang bisa saya lakukan. Namun apa daya, kondisi keluarga tak memungkinkan saya pergi ke sana, dan yang bisa saya lakukan adalah memberikan bantuan dana untuk bencana alam di merapi melalui harian kompas yang dikoordinir oleh yayasan dana kemanusiaan kompas dengan no. rekening BCA Cab Gajah Mada Jakarta, nomor A/C 012302143.3.
Merapi memang telah memeras air mata kita. Bukan hanya merapi, tetapi mentawai, dan warior yang waktu terjadinya hampir berdekatan. Untunglah rakyat Indonesia tulus berbagi. Mereka terus membantu saudaranya yang terkena musibah bencana alam. Mari kita berdoa, semoga Indonesia dijauhkan dari segala macam bencana alam yang memilukan.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
22 thoughts on “Merapi Peras Air Mata Kita”