Tahun lalu saya berkunjung ke desa Taraju. Sebuah desa di lereng pegunungan yang berada di kabupaten tasikmalaya. Waktu itu, desa Taraju adalah salah satu desa yang terkena gempa bumi. Banyak rumah penduduk yang retak, dan bahkan ada fasilitas sosial seperti madrasah yang hancur terkena gempa itu. Kini, saya kembali ke desa taraju dalam suasana lebaran Idul Fitri. Begitu jauh perbedaannya dengan tahun lalu. Saya melihat banyak perubahan di sana-sini. Semua itu berkat adanya PNPM Mandiri dan juga swadaya masyarakat yang bahu membahu membangun kembali desanya.
Tahun lalu, saya melihat desa ini porak poranda akibat gempa. Termasuk juga rumah family saya yang ada di desa Taraju. Hampir setiap sudut rumah family saya itu retak oleh gempa bumi yang terjadi di wilayah Tasikmalaya. Ternyata gempa bukan hanya menimpa mereka yang dekat laut saja, tetapi juga bagi mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana sebuah sekolah madrasah rusak berat akibat gempa. Kini saya temui kembali, madrasah itu telah berdiri megah dengan desain yang jauh lebih modern dari sebelumnya.
Desa Taraju memang desa Idaman. Selain masyarakatnya yang senang bergotong royong, tinggal di desa ini juga relatif aman. Di desa ini juga ada kantor kapolsek dan Koramil. Hal ini menandakan kalau dari sisi keamanan, desa Taraju ini relatif aman. Saya sendiri merasakan keamanan yang terjamin berada di desa ini. Saya bisa berlalu lalang tanpa khawatir dengan keamanan diri.
Desa Taraju adalah desa idaman para wisatawan. Transportasi jalan yang mudah dilalui dan fasilitas kendaraan umum yang terkelola dengan baik, membuat desa Taraju menjadi sebuah desa yang cepat sekal i terkenal. Iseng-Iseng, saya bertanya kepada beberapa penduduk yang saya temui, dimana nilai unggul desa Taraju ini.
Dari dua orang petani yang saya temui, mereka mengatakan bahwa Taraju adalah sebuah Desa yang banyak disukai oleh banyak orang karena tempatnya yang sejuk. Alam pegunungan yang segar serta air pegunugan yang tak pernah habis serta hasil perkebunan yang terus menerus, dan membuat Desa ini memiliki daya tarik tersendiri. Mereka tetap setia dengan desa Taraju, dan sangat senang dengan pekerjaannya sebagai petani. Terus terang saya kagum dengan kedua orang petani ini yang sanggup pulang pergi berjalan di atas pegunungan. Kaki mereka seperti ringan karena telah terbiasa membawa pikulan dari atas gubung ke rumah mereka. Pantaslah kalau orang gunung banyak yang berumur panjang. Sebab mereka sellau menghirup udara segar dan makan minum dari alam secara langsung.
Di desa Taraju, masih banyak rumah yang unik, dan terbuat dari kayu. Mungkin karena daerah gempa, orang lebih menyukai rumah dari kayu. Dengan memohon izin kepada yang punya rumah, saya mengambil gambar rumah kayu yang berwarna ungu. Rumah itu unik dan lucu. Berbeda sekali dengan rumah biru yang saya tempati. Di rumah biru itu saya tinggal beberapa hari, dan merasakan kenyaman tinggal di desa Taraju yang tentram dan asri.
Hampir setiap rumah di desa ini menggunakan parabola. Hal ini dikarenakan alam perbukitan yang sulit menangkap siaran televisi, sehingga dibutuhkan parabola agar gambar televisi menjadi jelas. Tentu saja semakin banyak acara televisi yang bisa ditangkap dari antena parabola ini, dan kita pun merasakan informasi dari televisi yang terus tayang, walaupun berada jauh dari kota. Saya seperti tidak berada di sebuah desa yang berada di atas pergunungan dan perkebunan teh.
Desa taraju memang luar biasa. Akses informasi dan transformasi yang bagus membuat desa taraju ini terus membangun dan dikenal banyak orang. Tak salah bila saya menyebutnya sebagai desa Idaman di bumi Parahiyangan. Sebuah desa yang akan membuat anda berbondong-bondong untuk datang ke desa ini dan belajar tentang banyak hal. Dari mulai hasil pertanian, sampai hal-hal yang bersifat keagamaan. Mayoritas penduduk di desa taraju beragama Islam. Di desa ini berdiri sebuah masjid besar yang mampu menampung jamaah sampai hampir seribuan orang.
Berada di desa Taraju yang unik dan cantik membuat saya kerasan berlama-lama tinggal di desa ini. Sungguh sayang, waktu liburan lebaran hampir usai. Saya harus kembali lagi ke Bekasi. Sebuah kota yang sangat jauh berbeda kultur dan budayanya dengan desa taraju, walaupun masih dalam satu propinsi yaitu Jawa barat. Nampaknya propinsi jawa Barat harus dipecah lagi menjadi dua propinsi. Sebab menurut saya terlalu luas sekali wilayahnya, sedangkan daerah yang harus dilayani oleh pemerintah daerah jawa barat begitu banyak.
Ahirnya, puasa dulu baru lebaran telah membawa saya ke desa taraju ini. Saya harus mengakui bahwa desa taraju memang unik. Seunik Motor dalam gambar di atas yang saya temui tidak sengaja di desa ini. Semoga keunikannya dapat menjadikan desa ini seperti Pretty Woman yang ada di bumi parahiyangan. Kita pun akan dengan senang hati berwisata ke desa taraju ini karena keunikannya itu. Tentu akan lebih nikmat bila sambil memakan buah pisang yang hampir masak di pohon ini. (Tamat)
salam Blogger Persahabatan
Omjay
Pingback: Junior Seau Jersey
Pingback: Damon Harrison Jersey