Berbagi Ilmu PTK di Sekolah Dian Didaktika Cinere

Bersama Pengurus yayasan Sekolah Dian Didaktika

Bersama Pengurus yayasan Sekolah Dian Didaktika

Menjadi guru itu pekerjaan mulia. Bahkan sangat mulia. Namun sayangnya, tak banyak guru yang benar-benar memahaminya dengan baik. Banyak guru yang tak menjadi pendidik. Mereka hanya menjadi pengajar saja.

Dari pagi sampai sore, pekerjaannya hanya mengajar saja. Melupakan hal penting yang disebut mendidik. Tak menemukan potensi unik yang dimiliki para peserta didiknya. Jadilah guru tersebut seorang pengajar yang tak mendidik. Senyumnya serasa mahal. Sangat mahal, apalagi bila tanggung bulan seperti sekarang ini.

Bila para peserta didik mendapatkan guru seperti itu, jelas sangat kasihan sekali. Suasana pembelajaran terasa jauh dari menyenangkan. Padahal, pembelajaran yang baik adalah ketika siswa merasakan sebuah kenyamanan. Kenyaman belajar di ruang kelasnya sendiri. Bagaimana mungkin para peserta didik itu merasa nyaman? Senyum sang guru pun sangat sulit untuk didapatkan.

Ketika Guruku Tersenyum Puas

Dalam pembelajaran itu hanya menganut dua pasal. Pasal satu, guru tidak pernah bersalah. Pasal dua, bila guru bersalah lihatlah pasal satu. Para peserta didik pun serasa terpenjara. Semua dilaksanakan atas dasar keterpaksaan bukan kesukarelaan. Demokrasi tak berjalan di kelas itu. Kalau sudah begitu, hasil yang didapatpun pastilah hanya sekelebatan. Masuk di otak siswa sesaat, kemudian menghilang kembali entah kemana.

Ketika para guru tersenyum puas. Dengan wajah ikhlas tanpa memelas. Tak pernah mau mengharap balas. Sebab Tuhan Yang Maha Pemberi pasti akan memberinya balas. Para peserta didikpun puas, karena didapatnya guruku tersenyum puas. Prestasi siswapun mengalir deras.

Pembelajaran itu harus menyenangkan. Guru dan siswa sama-sama belajar. Mereka saling berinteraksi. Berbagi dan saling memberi. Ketika itu dimulai dari senyuman, maka akan dibalas dengan senyuman. Ketika pembelajaran dilakukan tanpa senyuman, maka jangan harapkan ada senyum tulus dari peserta didikmu.

Ketika Guruku Tersenyum Puas

Ketika Guruku Tersenyum Puas

Ketika para guru tersenyum puas, akan terlihat suksesnya sebuah pembelajaran. Semua itu dimulainya dengan terus meneliti. Mampu meneliti di kelasnya sendiri dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Melakukan refleksi diri dari pembelajarannya selama ini. Mau dikritik oleh para peserta didiknya. Guru mendapatkan masukan yang sangat berharga. Mengevalusi apa yang telah diberikan, dan terus meningkatkan kinerjanya sebagai guru.

Foto Bersama Guru Dian Didaktika

Foto Bersama Guru Dian Didaktika

Bila anda seorang guru, dan telah melakukan hal seperti itu, maka bergabunglah bersama kami. Guru yang selalu memberikan senyum untuk para peserta didiknya. tidak hanya mampu mengajar, tetapi mampu mendidik. Tidak hanya mampu menstranfer ilmu, tetapi juga mampu melucu.

Ketika para guru tersenyum puas, maka damailah semua kelas. Prestasi siswapun akan terus teratas, karena para guru memulainya dengan tersenyum puas. Sudahkah anda tersenyum hari ini?

salam Blogger Persahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

Bersatunya Dua Tokoh Pendidikan

Prof. Dr. Conny R. Semiawan
Prof. Dr. Conny R. Semiawan

Hari ini saya bahagia sekali ketika diundang dalam selamatan ruangan baru untuk Prof Conny R. Semiawan dan Prof. Arif Rachman. Ruangan yang bertempat di gedung utama Labschool lantai 2 itu menjadi saksi bisu atas bersatunya dua tokoh pendidikan Indonesia.

Sebagai seorang pendidik yang mengabdikan diri di sekolah ini, tentu saya merasa bangga sekali. Apalagi kedua tokoh pendidikan itu kini telah resmi menjadi penasehat Labschool. Penasehat yang sangat mumpuni dari para begawan pendidikan yang kiprahnya telah diakui di tingkat nasional, maupun internasional.

Prof. Dr. Arief Rachman
Prof. Dr. Arief Rachman

Bagi anda yang belum tahu siapa Prof. Conny Semiawan dan Prof Arif Rachman, mungkin saya perlu memberitahu sedikit. Prof Conny adalah mantan Rektor IKIP Jakarta. Pada zaman beliau menjabat, beliau sangat konsen untuk membuka sekolah laboratorium kependidikan (SLK). Waktu itu, ditunjuklah oleh beliau pak Arif Rahman menjadi kepala sekolahnya, dan dari kolaborasi itulah nama Labschool terus melejit seantero negeri untuk mencerdaskan anak bangsa.

Saya terharu ketika dalam sambutannya Prof Conny mengatakan, “sekolah ini harus menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI) yang berkualitas. Para guru diminta untuk segera meng-update diri agar tak tergilas dari perubahan yang terus terjadi. Terus menerus memperbaiki diri dengan perubahan yang terencana.”

Sambutan beliau itu terus terang sangat memotivasi kami yang mendengarnya, dan lebih termotivasi lagi ketika Prof Arif Rachman mengatakan, “hiduplah seperti pohon yang akarnya menghunjam kebawah, cabangnya mampu menahan terpaan angin, batangnya kokoh, dan daunnya lebat sehingga meneduhkan siapa saja yang ada dibawahnya”.

Bersatunya dua tokoh pendidikan ini dalam sebuah ruangan dengan desain minimalis membuat saya merasakan akan ada getaran-getaran dahsyat yang akan menggetarkan sekolah kami menjadi lebih hebat karena dibina oleh dua orang penasehat yang sangat bijaksana. Sudah terbiasa memakan asam garam di dunia pendidikan dan membuat kami banyak belajar kepada mereka.

Di sela-sela kesibukan mereka yang padat, mereka masih mau membantu kami yang masih muda-muda ini untuk terus berkarya di bidang pendidikan. Menjadikan sekolah Labschool menjadi sekolah berkarakter dan berbudi pekerti yang luhur serta mampu menciptakan calon-calon pemimpin di masa depan yang cerdas dan beritegritas tinggi.

Bersatunya dua tokoh pendidikan itu di rumah kedua bagi kami, seperti memiliki kembali ayah dan ibu yang selalu mengajarkan anak-anaknya agar mampu berbuat kebaikan kepada sesama.

Semoga Allah memberikan mereka umur panjang dan kesehatan yang prima di hari-hari tua mereka. Terus berkarya bagi bangsa dan negara. Welcome home prof Conny dan Prof Arief Rachman. Kami semua sayang dan bangga dengan bapak dan ibu. Semoga kami bisa meniru keteladanan yang telah bapak/ibu berikan kepada kami. Jasamu akan terus mengalir deras, seperti air sungai kapuas yang terus mengalir tiada henti.

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

https://wijayalabs.com

Omjay

Guru Berprestasi di kota Adm. Jakarta Barat

Pak Dedi dan pak Bambang (Kasi Tendik Sudin Dikmen Jakarta barat)

Hari ini, Jum’at 25 Juni 2010, saya diajak oleh pak Dedi Dwitagama untuk mengikuti beliau dalam kegiatan pembekalan guru berprestasi tingkat DKI Jakarta. Tentu ini sebuah pengalaman yang sangat berharga sekali bagi saya.

Di sana, tepatnya di hotel Naratas Kawasan Puncak saya bertemu dan melihat langsung teman-teman guru yang terpilih dari wilayah Jakarta Barat. Dari wilayah Jakarta Barat mereka akan disaring lagi untuk menjadi guru berprestasi di tingkat DKI Jakarta.

Pemilihan guru berprestasi sellau rutin dilaksanakan oleh Pemda DKI Jakarta. Menurut pak bambang, kasi tendik Sudin Dikmen Jakarta Barat yang menangani pemilihan guru berprestasi di tingkat Jakarta barat, pemilihan ini dimulai dari tingkat kecamatan dan lalu meningkat ke tingkat kodya atau walikota. Dari walikota terus ke propinsi DKI Jakarta.

Guru Berprestasi di DKI Jakarta
Guru Berprestasi di DKI Jakarta

Semoga saja, teman-teman yang terpilih itu bisa terus terpilih mewakili DKI Jakarta di Tingkat Nasional. Bila nanti mereka terpilih di tingkat nasional, maka mereka akan bertemu dengan mendiknas dan presiden SBY di Istana Negara Jakartapada bulan Agustus 2010.

Selamat Ya!!! Saya salut dengan bapak dan ibu guru yang telah berprestasi dan menjalankan tugasnya sebagai guru. Anda memang gur profesional dan berprestasi.

Salam Blogger Perasahabatan

Omjay

https://wijayalabs.com

5 Alasan Guru Takut Lakukan PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
5 Alasan Guru Takut Lakukan PTK

M.LATIEF

Ilustrasi: Guru juga harus pandai mengatur rutinitas kerjanya agar tidak terjebak rutinitas yang justru tidak mengantarkan dia menjadi guru dan tidak diteladani anak-anak didiknya.

TERKAIT:

KOMPAS.com – Dewasa ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di dalam proses pembelajarannya. Mengapa?
Ada 5 alasan utama yang menyebabkan guru takut melakukan PTK:

Read More