Senang rasanya bisa berkunjung ke propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dari Jakarta menuju Pangkalpinang hanya satu jam. Begitu indah pemandangannya, tetapi sayang ada bongkahan tanah tak terpakai. Tampak sekali bekas galian timah yang merupakan kekayaan alam terbesar dari propinsi ini.
Pemandangam alam itulah yang saya lihat hari ini, Sabtu 29 Mei 2010 ketika akan mendarat di bandara Depati Amir Bangka Tengah. Dengan menggunakan pesawat Lion Air JT 616, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di bumi Pangkalpinang Negeri Serumpun Sebalai, Kepulauan Bangka Belitung.
Kami (saya dan pak Dedi) disambut dengan penuh suka cita oleh pak Ali dan pak Halim. Event Organizer (EO) yang mengundang kami menjadi pembicara penelitian tindakan kelas (PTK). Baru pertama kali itulah saya tahu wajah pak Ali dan Pak Halim, sedangkan mereka sudah tahu wajah saya. Maklumlah blogger terkenal dan teraktif dari kompasiana (hehehehe,……GR).
Dari bandara kami diajak makan siang dulu di restoran Alim. Di sana kami mencicipi sayur ikan pari dengan bumbu kuning (lempah kuning ikan pari) dan cah kangkung. Heeem…. Nikmat sekali!. Apalagi ditambah juice Sirsak dan alpukat membuat makan siang kami bertambah nikmat.
Dari restoran alim, kami diajak ke tempat di mana kami menginap. Tempatnya Badan Diklat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas sekali tempat ini dan di aula Badan Diklat inilah acara workshop PTK akan dilaksanakan.
Ketika diajak untuk berkeliling Kota Pangkalpinang dan berkunjung ke pantainya, tanpa ragu kami langsung menerima tawaran yang menarik ini. Kami diajak ke pantai pasir padi. Sebuah pantai yang pasirnya mirip padi, makanya dinamai pantai pasir padi.
Di pantai inilah kami berlehe-lehe sambil menikmati pemandangan pantai yang indah dan juga menikmati air kelapa muda yang manis. Seeeerururup…….seger rasanya! Enak sekali buah kelapa muda di pantai pasir padi ini. Membuat saya merasakan betapa nikmatya menjadi turis lokal di negeri sendiri yang mempesona.
Banyak keindahan ada di sini, banyak keunikan terlihat di sini. Apalagi bila melihat anak kecil menangis dan ada orang sedang bertolak pinggang. Seolah-olah mengatakan kepada saya, alangkah sedihnya penduduk Bangka Belitung ini.
Hampir seluruh kekayaan alamnya dinikmati pemerintah pusat. Di sanalah terlihat kesombongan pemerintah pusat yang tak berpihak kepada rakyat di sini. Untunglah sekarang ini ada otonomi daerah sehingga kepulaan Bangka Belitung dapat memisahkan diri dari Propinsi Sumatera Selatan. Berusaha mandiri untuk membangun daerahnya agar tak tertinggal dari daerah lainnya.
Kepulauan Bangka Belitung memang mempesona. Tetapi sayang, rakyat di sini banyak yang tertidur pulas. Tak berusaha untuk melakukan inovasi dan kreativitas untuk membangun negeri. Seperti anak kecil ini yang tertidur pulas.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Pingback: BANGKA BELITUNG memanggil « Dedi Dwitagama