Mjudik Asyik Bersama ST12

Lebaran tahun ini memang asyik. Selain bisa mudik dengan kijang baru dengan fasilitas full AC dan Full musik, membuat mudik terasa semakin asyik. Itulah yang saya alami. Apalagi bila anda mudik dengan bintang pujaan anda. Tentu akan lebih asyik lagi. Bisa mudik bareng bersama group band ST12 yang terkenal itu. Menikmati mereka bernyanyi membawa tembang-tembang emas mereka.

Selama perjalanan mudik dari Bekasi ke Bandung, dari Bandung ke Garut, dan dari Garut ke Tasikmalaya, saya merasakan benar hal-hal yang luar biasa, bisa mudik asyik bersama ST12. Menikmati lagu-lagu mereka sepanjang perjalanan dan bermimpi seolah-olah omjay memiliki suara emas seperti Charlie, vokalis ST12  yang memiliki suara emas itu.

Entah kenapa, saya juga tidak tahu. Di dalam mobil kijang baru kakak ipar saya itu cuma ada kaset ST12 dan tidak ada kaset lainnya. Ketika saya tanya kenapa cuma satu kaset yang ada di dalam mobil kepada kakak saya itu, kakak saya menjawab dengan enteng alias meminjam istilah plesetan mas budiman Hakim, “Khan kita mau mudik asyik bersama ST12”, hehehehe.

Mudik asyik bersama ST 12 membuat kami sangat menikmati perjalan mudik kami. Anak-anak saya dan anak-anak kakak ipar saya sangat senang sekali menyanyikan lagu-lagu ST12 yang lagi populer ini. Sayapun yang biasanya suka musik dangdut dan nasyid jadi ikut-ikutan juga menyukai lagu-lagu ini. Indah di telinga, nyaman di hati. Apalagi lagu-lagu cinta dan religinya sangat menyentuh hati yang paling terdalam. Memuji kecantikan seorang wanita dan memuji kebesaran Allah.

Tanpa saya sadari, sepanjang perjalan mudik itu saya merasakan benar keindahan karya-karya group band ST 12 ini. Group band aliran melayu yang berasal dari kota bandung yang sangat terkenal saat ini. Lewat lagu-lagunya yang enak di dengar di telinga dan memiliki gaya khas melayu membuat kami sangat menikmati lagu Isabella, Memujamu, kebesaranmu, cari pacar lagi, dan lain-lain. Lewat tembang emas mereka, grup band ini masuk dalam grup band papan atas negeri ini. Menjadi group band dengan jumlah penggemar cukup banyak. Salah satunya, saya, hehhehe.

Mudik Asyik bersama ST12 menemani hari-hari perjalan mudik saya bersama keluarga tercinta. Menyusuri panjangnya jalan dan kemacetan lalu lintas yang kami temui. Dengan adanya lagu-lagu dari ST12 itu mudik lebaran serasa asyik.

(bersambung)

Group Band ST12
Group Band ST12

Mudik Asyik dan Unik di Desa Taraju (Kisah Perjalanan Mudik Omjay)

Selama saya mudik di Bandung, pekerjaan saya hanya hardolin (dahar, modol, ulin). Oleh karena itu, kakak ipar mengajak saya untuk mudik lebaran juga ke Garut dan Tasikmalaya.  Tempat asli kakak ipar saya. Perjalanan dari Bandung menuju Tasikmalaya cukup jauh juga. Apalagi tempat yang kami kunjungi lebih dulu adalah desa taraju tasikmalaya yang berada di atas gunung. Di kawasan kebun teh yang luas dan dingin. Suasana perjalanannya mirip seperti kita berkunjung ke bukittinggi, padang dan melewati kelok 44 yang terkenal itu. Naik, turun lalu belok lagi, lalu naik lagi begitu seterusnya. Bila anda yang tak terbiasa mengendarai mobil di daerah seperti ini, sebaiknya berikan kepada yang lain saja, karena resikonya cukup tinggi. Bisa-bisa anda mendapatkan kecelakaan pada saat mudik.

Perjalanan dari Bandung ke taraju yang hari biasa bisa ditempuh dalam waktu 3 jam, kini berubah menjadi 6 jam karena macetnya jalan selama mudik lebaran. Kami mengalami macet total mulai dari nagrek sampai Limbangan. Cukup lelah dan letih juga ketika sampai di taraju. Kami sampai pada saat adzan magrib.  Cukup letih juga Euy!. Namun, karena pemandangannya yang sangat indah dan udara dingin yang terasa di kulit membuat kami justru tak mengalami keletihan. Kami justru sangat senang berada di desa ini. Desa Taraju yang berada di kawasan kebun teh milik teh botol sosro di daerah tasikmalaya. Anda akan terpesona melihat daerahnya dan membuat anda pasti akan betah berada di desa ini. Melakukan refreshing sejenak dari kepenatan kerja di ibu kota Jakarta. Apalagi bila anda pergi rekreasi ke ACD. Ehhmmm! Mantap!.

Mang Mamad dan Bi Entin menyambut kedatangan kami dengan gembira. Mereka telah siap menyambut kami dengan telah tersedianya hidangan yang sudah siap di atas meja. Kami dipersilahkan untuk langsung makan, dan rasanya kami benar-benar berada di surga. Menikmati makanan yang enak banget dengan sambel cibiuk dari garut yang terkenal itu. Belum lagi, teh hangat yang asli taraju, serasa minum teh botol sosro, hehehe. Makanya saya sangat setuju dengan iklan teh botol sosro. “Apapun makanannya, minumnya teh botol sosro”. Hehehehe, maaf ya jadi iklan nih. Mohon maaf admin kompasiana jangan bertengkar ya???. Sudah baca tulisan mas dwiki?.

Karena lapar, kami tak lihat lagi suasana rumah. kami baru engeh justru setelah makan kami selesai dan mengobrol dengan tuan rumah. Ternyata desa Taraju juga terkena musibah gempa bumi yang baru lalu. Rumah mang mamad dan bi entin terlihat sekali baru diperbaiki di sana-sini. banyak retakan akibat gempa yang menyebabkan tembok rumah itu retak dan harus ditambal. Hampir semua ujung rumah mengalami keretakan. Televisipun rusak karena jatuh dari meja. Rupanya, gempa bumi di daerah ini cukup dahsyat juga dan terjadi dua kali sampai-sampai banyak rumah yang roboh akibat gempa itu Dari informasi mang mamad, dan saya lihat perinciannya secara tertulis dari kepala desa, ternyata kerugian yang ditanggung oleh desa ini sekitar 2 milyar lebih. Cukup banyak Euy!. Apalagi banyak sekolah yang atapnya roboh akibat gempa. Hal ini saya ketahui lebih jelas setelah esok harinya saya berkeliling di sekitar daerah ini. Bahkan ada rumah yang baru tiga hari ditempati sudah langsung roboh oleh gempa. Untunglah tak ada korban jiwa di sini, karena semua sudah dalam keadaan siap sedia dan langsung keluar ketika terjadi gempa.

Saya sungguh tak menyangka daerah gunung juga bernasib sama dengan daerah yang dekat laut. Namun kerusakan daerah ini tak begitu besar seperti daerah yang ada di dekat laut dimana terjadinya pusat gempa. Ternyata benar dalam pelajaran geografi dulu, kalau laut dan gunung memiliki keterkaitan. Makanya jangan heran bila ada pepatah yang mengatakan, asam di gunung, garam di laut. bertemu dalam satu belanga. (Hehehe nggak nyambung bok!) Ternyata bumi ini memang bulat. Antara satu daerah dengan lainnya saling ada keterikatan. Apa yang diikat ya?, coba tanyakan sama mbak Mariska Lubis, hehehehe.

Kembali kepada desa Taraju yang indah, tempat saya mudik bersama kakak ipar dan keluarga. Desa ini sangat unik. kenapa saya katakan unik?. Sebab, setelah saya berkeliling di pagi hari, pasar pagi hanya buka hari selasa dan sabtu. Angkutan umum sangat jarang sekali, dan ojek selalu ada 24 jam. Jadi kalau kita mau naik angkok, harus sabar menunggunya karena jumlahnya yang terbatas. keunikan lainnya dari desa ini adalah hawanya yang sangat dingin. Jangan coba-coba anda langsung mandi  di pagi hari bila tak terbiasa. anda bisa menggigil kedinginan seperti Omjay yang berasa banget sampai ke tulang sumsum dinginnya. Padahal Omjay sdh cukup gemuk Loh! tapi masih juga kedinginan. Makanya wajar aja kalau orang gunung rata-rata memiliki anak lebih dari dua orang. Karena perlu saling menyelimuti, hehehehehe. (Huuuss jangan ngomongin soal sex di kompasiana, nanti tulisan anda masuk jadi tulisan populer loh!).

Sebenarnya banyak keunikan lain yang saya temukan, seperti banyak bunga atau tanaman hias yang tumbuh subur di daerah ini, tetapi akan mati bila di bawa ke tempat lain. Tumbuhan itu perlu suhu khusus untuk bisa tumbuh, dan di desa taraju inilah saya melihat keindahan tanaman hias dan indahnya bunga beraneka warna. Seperti lagu lihat kebunku penuh dengan bunga yang suka dinyanyikan oleh ibu kasur waktu saya TK dulu. Memandangi tanaman di sini membuat saya merasakan kebesaran Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Apalagi sambil mendengarkan lagu-lagu ST12. Saya serasa berada di surga. Tempat berkumpulnya orang-orang baik dan selalu menebarkan kebaikan kepada sesama. Hanya memberi tak harap kembali.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin Omjay ceritakan tentang perjalanan mudik omjay dalam blog kompasiana ini, namun karena kompasiana adalah blog keroyokan, omjay akan menuliskannya lebih komplit di blog pribadi Omjay supaya tidak kelihatan terlalu terlihat narsis, hehehehe. (Emang blogger itu terkenal narsis kok!). Mohon maaf kalau ada yang tersinggung yah!. Mumpung masih suasana lebaran, euy!

omjay-sedang-santai-di-taraju
omjay-sedang-santai-di-taraju

Setelah membaca tulisan Mas Budiman hakim, akan banyak plesetan yang akan omjay tuliskan. Masih ada tulisan lainnya, “Mudik unik di kampung Naga”. Mohon bersabar ya, omjay masih harus juga baca tulisan orang lain. sebab penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. seperti pak pray dan pak CH yang selalu menjawab setiap komentar satu persatu dari postingannya. Sayang, Omjay belum masuk usia pensiun. jadi mohon maaf kalau komentarnya agak lambat di respon atau malah tak ditanggapi sama sekali. Cuma ada artikel menarik nih, ternyata kelamaan di internet bisa bikin kegemukan loh. Bacalah!.

Bersambung

Mudik Unik di Kampung Naga (Kisah Perjalanan Mudik Omjay)

Setelah menikmati indahnya desa taraju Tasikmalaya selama dua hari, kami semua pulang menuju Garut. Di Garut kita akan bersilahturahim dengan saudara dari kakak ipar saya. Namun, di tengah perjalanan menuju Garut, ada sesuatu yang membuat kami tertarik untuk mengunjunginya. Di situlah terletak sebuah kampung yang bernama Kampung Naga. Di sinilah kisah perjalanan mudik Omjay dilanjutkan.

Saya tidak tahu kenapa kampung ini disebut kampung naga. Saya coba bertanya kepada beberapa orang yang ada di sana, termasuk orang sana asli. Tetapi tak satupun orang yang menjawab dengan pasti kenapa kampung ini disebut kampung naga. Ada yang bercerita kalau kampung ini disebut kampung naga karena jalan menuju kampung ini seperti naga, meliuk-liuk dan naik turun. Ada juga yang mengatakan karena kampung ini dekat jurang, dan ada juga yang mengatakan memang sudah dari sononya. Saya jadi senyum-senyum geli sendiri, sebab saya semakin menemukan jawabnya setelah saya memasuki kampung yang unik ini. Lebih unik dari desa taraju di Tasikmalaya yang dingin itu, Hiiiiiiii masih kebayang dinginnya!

Untuk Memasuki kampung naga, anda akan melewati anak tangga  yang cukup banyak. Jumlahnya saya lupa. tapi cukup lelah juga saya karena harus berjalan sekitar 500 meter ke bawah. Pemandangan kampung ini sangat menakjubkan. Saya berulangkali menyebut Subhanallah. Maha suci Allah. Bagus banget Euy!

Di kanan kiri jalan ada sawah yang tanaman padinya mulai menguning dan sebentar lagi panen. Ada sungai yang mengalir deras airnya di sebelah kanan. Kami terus berjalan menyusuri jalan menuju kampung naga, lalu kami melewati batu-batu kerikil yang sangat baik bila melepaskan alas kaki anda. Berjalan menyusuri jalan itu tanpa alas kaki. Enak sekali rasanya. Kaki seperti dipijit-pijit refleksi. Katanya bagus untuk pengobatan stroke dan jantung.

Setelah anda melewati sawah, anda akan menemukan kolam ikan tambak yang ikannya besar-besar. Siap menggoda kita untuk memberinya makanan. Setelah melewati itu, barulah kita sampai di kampung naga. Melihat keunikan rumah penduduk yang tidak boleh ada listriknya. Atap rumahpun dibuat dari genteng ijuk. Rata-rata rumahnya adalah rumah panggung dan lebih uniknya, di sini masjid tak ada pengeras suaranya. Tapi televisi ada di sini. Mereka menyalakannya dengan menggunakan Accu bekas mobil. Ketika saya tanyakan kenapa tak ada listrik di kampung naga dengan salah seorang penduduk di sana, dia menjawab itu perintah dari leluhur.  Tak boleh ada satupun rumah yang memasang listrik. Sebab mereka takut ada kebakaran akibat konsleting listrik. Sebab atap dan rumah mereka dibuat dari ijuk dan kayu yang mudah terbakar. Para leluhur takut, rumah yang mereka wariskan akan terbakar karena konsleting listrik.

Di kampung naga, kami membeli beberapa souvenir hasil kerajinan penduduk kampung naga. Istri saya membeli sandal dan tas unik di salah satu rumah yang menjual souvenir. Anak-anak pun tak ketinggalan membeli mainan anak-anak yang terbuat dari kayu, seperti kapal terbang, mobil, sepeda, motor, dll.

Hampir satu jam kami berada di kampung naga yang unik. Baru kali ini kami pergi ke kampung naga. sayang sekali, kamera yang saya bawa baterainya habis sehingga tak ada gambar dalam postingan ini.

Ketika pulang keluar dari kampung naga, kami harus menaiki tangga yang menanjak. Butuh perjuangan keras untuk orang gemuk seperti saya. Dengan perjuangan yang meletihkan akhirnya sampai juga ke atas. Kakak ipar saya membelikan beberapa buah kelapa muda. Saya langsung meminumnya. Seger banget Euy! Rasanya benar-benar butuh perjuangan untuk bisa pulang pergi ke kampung naga. Nafas saya masih tersengal-sengal  karena begitu sulitnya rintangan yang kami hadapi. Naik turun tangga yang jaraknya cukup jauh.

Buat teman-teman kompasiana yang belum pernah ke kampung naga, pergilah ke sana dan rasakan keunikan kampung ini. Untuk bisa ke sana kita cukup membayar Rp. 15.000 per mobil. Mohon maaf saya belum menceritakan semuanya. Sebab saya termasuk orang yang pelupa. jadi banyak hal yang belum saya ceritakan di sini. Bila anda belum baca kisah perjalanan omjay di desa taraju, bacalah di sini.

Bersambung

Sertifikasi Guru antara Anugerah dan Musibah

Kemarin, saya mendapatkan telepon dari teman kuliah di pascasarjana UNJ. Namanya Diah Alfaningtyas. Saya biasa memanggilnya Mbak Poppy. Beliau adalah guru berprestasi tingkat nasional tahun 2007 yang pernah diundang oleh Presiden SBY ke istana. Ada kabar buruk tentang pengelolaan sertifikasi guru. Temannya mbak Popi sudah 2 bulan ini gelisah, karena berkas-berkas sertifikasi gurunya hilang entah kemana. Sementara teman-teman guru lainnya berkasnya sudah masuk. Temannya mbak Popi itu sudah ke sana kemari mencari berkasnya itu, tetapi tetap tidak ditemukan. Beliau sangat cemas karena berkas-berkas itu adalah berkas-berkas yang asli, sebab untuk sertifikasi guru sekarang ini, semua berkas harus asli. Termasuk semua ijasah yang pernah didapatinya di perguruan tinggi atau universitas.

Kabar buruk kedua, sebelum lebaran saya mendapatkan komentar dari ibu Sri Nurhayati, dengan No.peserta sertifikasi 08026108710410, No.sertifikat pendidik 090808702783. Dalam komentarnya beliau menuliskan, Hingga saat ini saya masih dibuai harapan menunggu pencairan TPP, di mana teman2 yg lulus th 2007 mereka sudah bersuka-cita menerima tunjangan yg sudah cair untuk kesekian kalinya, sementara saya dan teman2 seangkatan hingga detik ini tunjangan yg sangat kami harapkan masih dalam bayang2 mimpi. Kami sangat berharap kepada para pejabat terkait dg masalah ini sgr dapat merealisasikan apa yg sudah menjadi hak kami, karena saat ini uang tsb betul2 sangat kami butuhkan demi kelangsungan hidup kami baik secara profesi maupun secara individual. Demikian, semoga para pejabat terkait tergugah hatinya untuk segera mencairkan tunjangan tsb sebelum hari raya Idul Fitri 1430 H. Terimakasih.

Lalu beliau mengirimkan kabar buruk kembali kepada saya,

Yth Bpk Wijaya Kusumah. Kabar terakhir yang saya dengar, kesalahan terletak pada beberapa guru yg sudah dinyatakan lulus, namun masih memiliki kekurangan jam mengajarnya, yakni kurang dari 24 jam. Mengapa kesalahan tersebut baru terdeteksi ketika saya dan teman-teman berada pada puncak harapan akan cairnya tunjangan tsb, seperti yang sudah dinikmati oleh teman-teman saya yg lulus tahun sebelumnya. Apakah alasan ini sengaja dicari untuk menghambat pencairan tunjangan yg sudah menjadi hak kami? Seandainya betul kesalahan hanya terdapat pd beberapa orang guru, lalu di mana letak keadilan? Mengapa kami yg sudah nyata2 lulus dg baik disamaratakan dengan yg lulus dg catatan masih kurang jam mengajarnya? Begitukah karakteristik kaum birokrat di Indonesia? Oh iya, saya guru di sebuah SMP Negeri di Kota Bogor. Terima kasih atas responnya. Kota Bogor memang selalu beberapa langkah ketinggalan dari kota2 dan kabupaten2 mana pun dalam segala hal, lebih2 kalau sudah menyangkut urusan pencairan tunjangan, pembayaran rapel kenaikan gaji dan sejenisnya.

Menganalisis dua kasus di atas, nampaknya ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam administrasi pengelolaan sertifikasi guru. Sebab kedua masalah diatas seringkali menimpa para guru. Mereka kebingungan hendak kemana mencari informasi. Ada yang sudah lulus tetapi belum dapat pencairan tunjangan dan ada yang belum dinyatakan lulus lalu berkasnya hilang.

Saya tak mau saling menyalahkan. Saya hanya ingin mencari solusi. Nampaknya memang ada hal-hal yang harus dibenahi. Ada informasi dan komunikasi yang belum nyambung antara pengelola dengan para guru yang mengikuti sertifikasi guru.

Buat mereka yang telah mendapatkan tunjangan profesi (TPP) tentu ini merupakan anugerah, tetapi buat guru yang belum mendapatkan tunjangan dan berkasnya hilang ini merupakan musibah.

Sertifikasi guru memang melelahkan. Saya pun pernah mengalaminya ketika berkas saya hilang tak jelas kemana. Masing-masing pengelola saling menyalahkan. Pihak Pemda menyalahkan UNJ, dan UNJ menyalahkan pihak Pemda. Karena tak menemukan solusi, saya langsung pergi ke dirjen PMPTK  depdiknas Senayan. Begitulah yang saya alami. Namun, berkat kerja keras dan pantang menyerah, akhirnya saya bisa juga dinyatakan lulus sertifikasi guru dan sudah menerima TPP. Setelah saya mengikuti PLPG di fakultas Teknik UNJ. Dari semua peserta PLPG itu, belum semua mendapatkan tunjangan sertifikasi guru. Mereka juga masih bingung kemana lagi harus mencari informasi.

Sertifikasi guru nampaknya harus dievaluasi dan dibenahi sistem administrasinya. jangan sampai ada terjadi ketidakadilan. Semoga saja mendiknas yang baru nanti, dapat membenahi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sertifikasi guru. Sertifikasi guru harus menjadi anugerah bagi para guru untuk menjadi guru profesional dan bukan musibah.

Salam Blogger Kompasiana

Omjay

Mudik Asyik, Antik, dan Unik

Seminggu sebelum lebaran kami sekeluarga berangkat mudik ke Bandung. Istri dan anak-anak sudah tak sabar ingin pergi ke tempat kakek dan neneknya. Intan dan Berlian kedua anak saya sudah tak sabar ingin bertemu Faisal dan Alda, anak dari kakak ipar saya yang juga tinggal di Bandung. Rumah kami di Jatibening Bekasi terpaksa kami kosongkan, dan saya titipkan kepada petugas keamanan komplek.
Read More